Bagian 1

8 1 0
                                    


Bab 1
   

*** tujuh tahun lalu ***

Kota bandung tak lagi ramah untuk akbar. Akhir-akhir ini terlalu banyak kejadian yang membuat nya terluka. tak ada lagi udara segar  karena semuanya sudah terasa hampa, tak ada lagi kenangan yang indah semuanya terasa  sama saja bahkan lebih buruk, kota yang seharusnya terasa ramai sekarang terasa hening. Malam ini kota bandung terasa asing, semuanya terasa berbeda, kota yang terkenal akan keramahannya terasa seperti kota yang menyeramkan, terasa hampa, semuanya terlihat asing. Tidak ada tempat yang bisa dituju lagi untuk akbar.  Entah kemana kakinya  akan membawanya pergi.

     Udara yang sangat dingin kini akbar rasakan, bintang bintang yang biasanya bertaburan  kini tak terlihat lagi,saat ini hanya ada  awan gelap. Suasana kota yang biasanya ramai kini sangat hening.

   Akbar  berjalan dan terus berjalan hingga akhirnya, ia sampai disebuah kedai yang biasa ia kunjungi, namun tempat ini terasa sangat asing.
Akbar merasa asing di tempat ini,

“ kenapa bar?” tanya pemilik kedai.

Akbar tak menjawab dia hanya terdiam dan menunduk.
Tak ada lagi tujuan untuknya semuanya sudah hilang, tak ada lagi keluarga untuknya bersembunyi.
Beberapa menit kemudian seorang perempuan menghampiri akbar dan duduk disebelahnya. Dan pemilik kedai itupun langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

“ malem malem gini kamu mau kemana?” tanya kakaknya.

“ saya gak tahu kemana. Saya capek gaada lagi tujuan buat saya hidup.” Jawab akbar dengan dingin.

“semuanya sudah terasa hampa udah gaada gunanya lagi.” Lanjut akbar.
“ kamu masih punya teteh. Teteh  keluarga kamu” ucap kakaknya.

“ saya capek, saya muak sama semuanya.”  Ucap akbar penuh emosi. Darahnya terasa berdesir lebih keras dari biasanya.

Bella menghela nafasnya “ kamu bukan lagi akbar yang teteh kenal, dulu kamu sangat ramah bukan seperti ini orang yang pembangkang, dingin. Dan sekarang mau kamu  gimana? Setelah kejadian tadi apa mungkin kamu kembali ke rumah lagi?” tanya kakanya kembali.
Akbar memejamkan matanya“ saya akan coba hidup sendiri, dan saya gaakan pernah datang lagi kerumah itu” ucap akbar dan mengalihkan pandangannya ke jendela.
Kakaknya terdiam mendengar perkataan akbar.

“saya gak bisa larang kamu. Sekarang kamu sudah besar. Jika memang kamu mau coba hidup sendiri itu terserah kamu. Apa yang akan kamu lakukan tanpa uang, keluarga, tempat tinggal, juga pekerjaan. Apa mungkin kamu bisa bertahan hidup?” tanya kakaknya.

“ saya akan coba!!!” ucap akbar mengeras.

“ saya gak bisa bantu kamu. Tapi ini saya punya alamat teman saya mungkin dia bisa bantu kamu buat nyari pekerjaan” ucap kakaknya sambil meletakkan sebuah kertas ke hadapan akbar.” Disitu juga ada sedikit uang, mungkin itu cukup buat kamu cari tempat tinggal atau kontrakan, dan juga mungkin cukup buat kamu cari makan” sambung kakaknya, dan langsung pergi meninggalkan akbar.
Akbar terdiam. Iapun langsung membuka kertas dari kakaknya .disitu tertulis sebuah alamat rumah dan juga sebuah kalimat yang membuat akbar kembali berfikir.
“jangan lupa kunjungin ibu! Dia pasti sedih kalau tau kamu pergi dari rumah”
Kalimat itu berhasil menampar hati akbar dengan keras  dan membuatnya meneteskan air mata. Dia  ingat dia masih punya ibu yang harus dijaganya. Iapun berlari menuju tempat ibunya namun di pertengahan jalan.
Brukkk
Seseorang memukul akbar sehingga berhasil membuatnya tersungkur, akbar tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang memukulnya namun saat dia mencoba bangkit kembali lagi pukulan demi pukulan kembali mendarat ditubuhnya. Dia tak bisa berbuat apapun terlalu banyak orang yang menyerangnya. Hingga sampai pukulan terakhir tepat mengenai perutnya dan membuat darah keluar dari mulutnya hingga ia tak sadarkan diri.

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang