"Permisi Dokter! Pasien selanjutnya," ucap suster cantik di depanku yang sedang membuka pintu ruang praktek dokter umum mempersilahkanku masuk ke ruang praktek.
"Baik Feni," suara yang sudah aku kenal menanggapi ucapan suster cantik ini. Suster itu berbalik memandangku sambil tersenyum jahil. Ya... dia mengenalku dan aku mengenal baik suster cantik itu.
"Terima kasih, Sus!" ucapku berbisik padanya, masih di balik pintu yang menyembunyikan sosok dokter umum yang ingin aku kunjungi.
"Siang Dok!" sapaku sambil membuka pintu ruang prakteknya.
"Apa-apaan kau ini?? Mengganggu waktuku bekerja saja. Kenapa kau datang ke sini?" ucap dokter cantik di depanku kesal. Aku tertawa melihat reaksinya. Padahal aku sudah sering melakukan ini, tapi dia masih saja kesal dengan kelakuanku.
"Aku sudah katakan pada Feni untuk menolak pasien sepertimu, kenapa dia masih saja melakukan kesalahan?"
"Aku yang memintanya Ay. Lagipula aku juga membayar kunjunganku ini," ucapku santai sambil duduk di bangku yang disediakan untuk pasien. Aya hanya mendengus kesal mendengar ucapanku.
"Kau pikir aku ini dokter psikolog, sampai kau datang ke sini untuk membicarakan masalah pribadimu! Cepat keluarlah! Aku harus memeriksa pasien yang lain," perintah Aya, sahabat cerewetku.
"Apa ada dokter psikolog yang tampan dan masih single di rumah sakit ini? Aku ingin menjadi pasiennya. Katakan padaku!" tanyaku antusias, tapi sayang pertanyaanku dihadiahi pukulan pena Aya yang tepat mengenai puncak kepalaku.
"Apa kau dengar apa yang aku katakan? Keluarlah!! Atau aku benar-benar memanggil dokter psikolog untuk menjemputmu ke bagiannya." Aku tersenyum senang mendengar ucapan Aya.
"Tampan kan?" tanyaku masih antusias.
"Ya tampan, tapi mereka di bagian kejiwaan, dan aku pastikan kau akan masuk ke dalamnya. Karena aku pikir kau sudah positif sakit jiwa!" Aku memajukan bibirku, kecewa dan kesal mendengar ucapan Aya.
"Jahat sekali kau Ay!! Aku hanya ingin curhat."
"Baiklah aku akan dengarkan curhatanmu, tapi setelah pekerjaanku selesai. Bagaimana?"
"Aku harus segera kembali ke kantor karena ada meeting dua jam lagi."
"Kalau begitu kembalilah ke kantormu dan jangan ganggu aku." Aku terdiam sejenak di hadapan Aya. Apakah aku harus katakan padanya atau diam saja?
"Ada apa? Sepertinya masalah serius," ucapan Aya terdengar khawatir. "Apa ada yang bisa aku bantu?"
"Carikan aku pacar Ay! Teman-teman seprofesimu juga tidak apa. Aku hanya ingin punya gandengan di acara pernikahan adikku nanti." Aya tertawa dengan permintaanku itu.
"Tunggu!! Kau bilang apa?? Pernikahan adikmu?? Jadi adikmu akan segera menikah?" Aku mengangguk mengiyakan.
"Apa kau tidak apa dengan semua ini?" Kali ini aku menggeleng dengan pertanyaan Aya.
"Kau tidak iri?" Aku menggeleng lagi.
"Apa kau tidak suka Adam Levine?" Aku masih menggeleng. Eh?
"Tentu aku suka! Itu pasti pertanyaan jebakan."
"Habis setiap aku tanya jawabanmu hanya gelengan kepala. Baiklah, nanti malam aku jemput ke kantormu," ucap Aya secara halus mengusirku.
**
"Jadi kau mengijinkan adikmu menikah lebih dulu?" tanya Aya setelah menjemputku dan membawaku ke apartemannya yang mewah ini.
Aya memang dari keluarga berada. Kedua orang tuanya juga seprofesi dengan dirinya yang sama-sama dokter. Hanya saja Om Danu, Papa Aya berprofesi sebagai dokter ahli bedah sedangkan Tante Tika, Mama Aya sebagai dokter ahli kandungan. Dan rumah sakit tempat Aya bekerja adalah rumah sakit milik keluarganya yang hampir semua keluarganya berprofesi sebagai dokter. Rumah sakit taraf internasional yang tidak bisa dibayangkan seberapa kayanya keluarga Aya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE CONTRACT
RomanceLalitha (Atha) terpaksa meminta bantuan sahabatnya untuk mencarikannya pasangan. Bukan karena kesepian tidak memiliki pasangan, namun keputusan adiknya untuk menikah dengan pujaan hatinya memaksanya untuk terlihat baik-baik saja di depan keluarga da...