Namanya Kevin Antonio, usianya 33 tahun. Enam tahun lebih tua daripadaku. Itu yang Aya katakan sebelumnya. Selain dia tampan, playboy, dokter handal, dan seorang pria tua lajang yang masih ingin bermain-main dengan wanita, aku tidak tahu lagi tentangnya. Karena semua yang aku tahu hanya cerita dari Aya. Dan sekarang aku sedang berada di lorong rumah sakit lantai tiga, dimana dokter Kevin bekerja.
Aku berdiri sendiri di lorong ini, Aya sama sekali tidak ingin terlibat dengan pendekatanku pada dokter Kevin. Sepertinya ada masalah diantara mereka hingga membuat Aya tidak ingin berdekatan dengan dokter yang katanya tampan itu. Baru beberapa langkah untuk berkeliling di lantai ini, aku sudah mendengar suara tangisan seorang anak. Kutajamkan pendengaranku, mencari sosok yang menangis itu. Sosok yang kini duduk termenung di depan ruang pasien. Aku menghampirinya, karena bagaimanapun aku tidak suka melihat orang menangis di hadapanku.
"Hai Little Princess!!" Sapaku yang langsung duduk di sampingnya. Seorang gadis kecil dengan wajah yang sudah basah menatapku.
"Kenapa kau sendirian di sini?" Dia diam masih menatapku. Akupun diam tidak ingin mengganggu acara tangisnya. Namun suara tangis itu sudah menghilang tergantikan dengan sesengukan isaknya. Dan aku masih terdiam di sisinya. Mengusap punggungnya dan membelai rambutnya yang lembut.
"Menangislah kalau tangismu bisa membuatmu tenang. Tapi kalau tidak bisa, maka ceritakanlah pada Tante, mungkin Tante bisa menenangkanmu." Anak itu langsung memelukku. Anak yang aku perkirakan usianya sekitar lima sampai delapan tahun.
"Tante harum seperti Mama," ucapnya kemudian.
"Lalu dimana Mamamu, Sayang?"
"Mama pergi meninggalkan Rara setelah menyelamatkan Rara dari tabrakan itu." Apa maksudnya? Aku masih belum bisa menebak kemana arah pembicaraan anak yang bernama Rara ini.
"Papamu?"
"Papa juga sudah meninggal sebelum Rara dilahirkan." Juga?? Apa itu artinya ibu anak ini sudah meninggal? Ya Tuhan!!
"Maafkan Tante Sayang, kalau Tante mengingatkanmu pada orang tuamu. Tapi apa kau tahu? Air mata ini tidak baik kalau terus kau keluarkan seperti ini."
"Kenapa Tan?" Aku lihat Rara penasaran dengan ucapanku.
"Karena Papa dan Mamamu akan bersedih kalau terus melihatmu mengangis."
"Memang Papa dan Mama melihatku?"
"Tentu saja! Mereka akan terus memperhatikanmu di dunia yang berbeda. Mereka sedang menunggu kedatanganmu nanti, setelah kau menjadi anak yang baik dan berbakti."
"Benarkah itu Tante?" tanya Rara sambil mengusap air matanya.
"Ya. Karena itu jangan menangis lagi ya! Buatlah Papa dan Mamamu bangga dengan keberadaanmu di dunia ini. Mereka pasti akan menyambutmu dengan bahagia saat kalian bertemu lagi."
"Tapi kapan Rara bisa bertemua Papa dan Mama?" tanyanya.
"Setelah kau menjadi anak yang baik dan bisa membanggakan orang tua, walaupun Papa dan Mama sudah tidak ada. Jadi sekarang jangan menangis lagi ya?!" pintaku dibalas anggukan oleh anak cantik yang berwajah blester Eropa.
"Tapi... apa Tante akan mengunjungi Rara lagi setiap hari? Rara tidak punya siapa-siapa lagi," ucap Rara sambil menundukkan wajahnya.
"Pasti! Kalau Rara ingin bertemu tante, minta Suster panggilkan dokter Raiya ya?! Nanti dokter Raiya yang akan menghubungi tante."
"Permisi!" Suara bass tiba-tiba terdengar tepat di belakangku. Aku menoleh dan menatap wajah tampan di sana.
"Dokter Kevin!" suara Rara kini benar-benar mengejutkanku. Bukan karena suaranya yang bass dan terdengar seksi, tapi nama yang Rara sebutkanlah yang membuatku terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE CONTRACT
RomanceLalitha (Atha) terpaksa meminta bantuan sahabatnya untuk mencarikannya pasangan. Bukan karena kesepian tidak memiliki pasangan, namun keputusan adiknya untuk menikah dengan pujaan hatinya memaksanya untuk terlihat baik-baik saja di depan keluarga da...