Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cantik itu bukan kelebihan tapi Ujian
•••••
Update dari jumat, tapi di repost soalnya gaada notif😊
Wajah wanita itu demikian molek dan rupawan. Ia termasyur sebagai wanita tercantik di kota mekah. Paras wajah itu selalu membuat ia bangga.
Bahkan, pada suatu hari ia pernah berkata, "Siapa yang tak akan tergila-gila memandang wajahku ini!". Kalimat itu diucapkan nya saat ia sedang bersolek memoles wajahnya didepan cermin rumahnya.
Tanpa sengaja, ternyata ada seseorang yang mendengar perkataan wanita itu.
Ia menjawab, "Ada!" Katanya pasti.
"Siapa?" Tanya wanita itu.
"Ubaid bin Umair. Ia terkenal wara' dan alim", jawab orang itu.
"Kalau begitu aku akan menggodanya dengan wajahku ini" bisik wanita itu didalam hatinya.
***
Setelah bersolek dan berdandan secantik mungkin, ia pun pergi ketempat biasanya Ubaid bin Umair berada.
Kata orang-orang, Ubaid selalu berada di salah satu pojok ruangan dalam Masjidil Haram.
Wanita itupun segera menuju kesana. Dalam hatinya dengan penuh keyakinan ia memastikan bahwa dirinya akan mampu menundukkan Ubaid dengan wajahnya yang cantik itu.
Benar saja, setelah ia sampai di Masjidil Haram, ia melihat Ubaid bin Umair sedang berada di salah satu pojok ruangan masjid.
Ia pun segera mendekatinya. Setelah ia berada di hadapan Ubaid, terjadilah percakapan antara dirinya dan Ubaid.
"Aku mencarimu agar engkau mau menikmati wajahku dan mau bercinta dengan ku. Lihatlah parasku ini". Kata wanita itu seraya memutar tubuhnya.
"Kalau itu maksud kedatanganmu, baiklah. Tetapi, sebelum kita melakukan hal itu aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan dan ku harap engkau jawab. Jika jawabanmu benar, aku akan mengabulkan keinginanmu." Jawab Ubaid dengan diplomatis.
"Semoga aku bisa menjawab pertanyaanmu dengan benar." Kata wanita itu sambil bertingkah genit.
Ubaid pun memulai mengajukan pertanyaan.
"Seandainya saat ini datang malaikat maut untuk mencabut nyawamu, apakah engkau merasa senang aku mengabulkan apa yang engkau inginkan itu?" Tanya Ubaid.
"Tidak!"
"Engkau benar! Lalu seandainya engkau dimasukkan kedalam kuburmu, kemudian dihadapkan pertanyaan-pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir, apakah ketika itu engkau merasa bahagia bila aku mengabulkan permintaanmu itu?" Tanya Ubaid, Lagi.
"Tidak!" Wanita itu menjawabnya lagi.
"Betul. Di akhirat nanti semua orang akan menerima catatan perbuatannya selama didunia. Ketika itu Anda belum tahu apakah buku catatan amalan anda itu datangnya dari sebelah kanan atau sebelah kiri. Orang yang menerimanya dari sebelah kanan maka itu pertanda baik dan orang yang menerimanya dari sebelah kiri maka itu pertanda buruk. Apakah ketika itu anda akan senang jika aku mengabulkan permintaanmu itu?" Ubaid kembali mengajukan pertanyaan ketiga.
"Tidak!"
"Wahai wanita! Takutlah engkau kepada Allah! Allah telah memberimu rezeki yang banyak dan nikmat kecantikan yang tidak dimiliki semua wanita. Tapi mengapa engkau malah menyalah gunakannya?" Demikian perkataan Ubaid mengakhiri pertanyaannya.
Kata-kata Ubaid itu terasa menusuk jauh ke dalam lubuk hati sang wanita. Tanpa komentar apapun, wanita itu segera meninggalkan Ubaid.
Ia kembali ke rumahnya. Ia gagal menggoda Ubaid dengan cinta birahinya.
Kalimat-kalimak Ubaid yang penuh kebenaran itu telah menghujam lubuk hatinya yang ingin berbuat maksiat. Hatinya luluh dilumat oleh kalimat iman itu.
Wanita itupun segera kembali kerumahnya, bukan bersolek yang lebih cantik lagi, bukan pula untuk membanggakan wajah nya untuk memikat kaum laki-laki agar berbuat maksiat kepada Allah, tetapi untuk menumpahkan segala tangisan taubatnya kepada Allah.
Akhirnya, wajah wanita itu tidak lagi dijadikan alat untuk membuat fitnah. Ia kembali ke jalan yang benar.
Wajahnya itu kemudian digunakan untuk sujud kepada Allah. Ia tenggelam dalam ta'abbud kepada Rabbnya. Nafsunya ditundukkan melalui kecantikan wajahnya.
Ia benar-benar menjadi hamba Allah yang taat dan penuh ibadah selama hayatnya.
