Chapter 1 - Boom!!

52 13 2
                                    

Jakarta,08.30

"Kembali lagi bersama saya,jeffry rey. Kali ini saya sedang berdiri di jalan tamrin,tepatnya di depan plaza sabrina. Dimana beberapa jam lalu telah terjadi pengeboman beruntut di beberapa daerah,salah satunya terjadi di gedung plaza sabrina pintu utara yang disusul oleh aksi tembak antara pelaku dan aparat keamanan. Aksi tersebut memperoleh 7 korban jiwa,5 diantaranya adalah pelaku dan 2 lainnya adalah warga sipil. Ditambah lagi salah seorang penjaga gedung yang tewas dalam aksi terror ini. Saat ini,dapat kita lihat para korban akan segera dilarikan ke rumah sakit terdekat,yaitu HI HOSPITAL. Langsung saja kita wawancarai salah satu saksi mata yang terlibat dalam aksi tembak ini. Baiklah,permisi non -"

Klik

Layar tv menjadi gelap seketika,disebabkan oleh pria yang kini bergegas mengambil kunci mobil dan mengendarainya menuju rumah sakit miliknya yang kebetulan berada di daerah tamrin setelah mendengar berita di televisi.

Tak perlu waktu lama untuk sampai ke tempat tujuan,dia sesegera mungkin menuju resepsionis sembari mengenakan jas lab dan tanda pengenalnya. Walaupun tanpa tanda pengenal,resepsionis itu tahu kepada siapa ia bekerja.

"bagaimana dengan para korban dari plaza sabrina?"Tanyanya cepat tanpa salam atau sapaan.

"para korban jiwa telah di tangani,ada yang meninggal,ada pula beberapa pasien luka tembak masih berada di UGD dok. Namun ada salah seorang korban yang sedang terluka,sedari tadi membrontak ingin melihat keadaan temannya yang kritis di ruang ICU,sedangkan dirinya sendiri sedang terluka parah. Itu yang saya tau dok"jelas perawat itu kepada pria di depannya.

"antarkan saya ketempat pasien itu berada!"Pintanya tegas dan wanita baruh baya tersebut mengangguk tanpa banyak bicara berjalan menuju ruang icu.

***

Sakit

Kepala dan bahu kananku sakit.

Tapi yang membuatku sakit bukan karna kepala dan bahuku,melainkan hatiku. Melihat orang yang kusayangi tergeletak pasrah di atas tandu tak berdaya.

Ya. Pria itu adalah orang yang kusayangi,bukan karna dia adalah kekasihku. Tapi dia adalah temanku satu-satunya yang kupercaya dan ada di sampingku selama kurang lebih 8 tahun ini.

Walaupun aku tak pernah menunjukkan bagaimana bahagianya aku mengetahui ternyata masih ada orang baik di sampingku.

Bahkan saat dua hari lalu ia memberitahuku kalau minggu ini dia akan bertunangan dengan wanita yang sejak 5 tahun lalu menjadi kekasihnya,tentu saja aku senang melihatnya bahagia. Tapi ntah kenapa rasanya sulit untuk tersenyum lagi.

Saat ini aku berjalan mengikuti dia yang tengah digotong oleh beberapa orang,melupakan nyeri yang ada di tubuhku ini.

Sialnya tiba-tiba ada seorang wartawan yang sepertinya ingin mewawancaraiku saat ini juga.

"permisi nona,bisa ceritakan sepintas bagaimana peristiwa tembakan yang terjadi tadi?"

'Right? Dasar tak tahu kondisi!!'

Terpaksa aku memperkecil langkahku.

"aksi tembak tadi adalah bentuk perlawanan terhadap para terduga pelaku yang melakukan terror bom beruntut oleh Irak,dengan demikian hal ini adalah aksi terrorisme"jelasku seadanya.

"biasakah anda perjelas lagi?"Tanyanya lagi.

"maaf,itu bukan wewenang saya."aku hanya bisa memberikan senyum kaku.

"lantas,bagaimana anda bisa terlibat?"Katanya. 'terlalu penasaran,dasar paparazi'

"saya adalah tentara Jerman yang sedang cuti dan kebetulan saya ada di lokasi kejadian,jadi saya berimprovisasi sedikit dengan para pelaku. Mungkin hanya itu yang dapat saya katakana,permisi"dengan itu kulangkahkan lagi kakiku mengikuti Fatah yang ternyata baru akan masuk mobil ambulance tanpa menggubris panggilan sang reporter tadi.

PROOFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang