JARAK PADA RINDU

10.8K 159 14
                                    

JARAK PADA RINDU

Pacaran jarak jauh memang tak semudah air yang jatuh, tetapi pacaran jarak jauh mampu menumbuhkan rindu yang utuh.

"Aku kangen kamu, kapan kita ketemu? " Kalimat itu mengawali hari ini. Entah kenapa aku sangat merindukanmu beberapa hari ini. Sudah 1 bulan lebih aku tidak berjumpa denganmu. Jelas sudah, jaraklah yang menjadi penyebab utama. Aku bersyukur, kamu bukan tipe orang yang dingin. Sesibuk apapun itu, kamu tidak pernah lupa memberiku kabar. Ya, walau terkadang hanya ucapan selamat pagi, sebelum memulai aktivitas, dan selamat malam, sebelum mengakhiri hari. Itu cukup membuatku merasa senang.

Wildy aprilia, dia adalah pacarku. Meski hubunganku dan dia dipisahkan oleh jarak, namun tidak sedikitpun terpikir untuk menghianati nya. Walau tak hanya sekali dia menghianati ku. Aku tau semua itu, namun untuk cintaku, berkali-kali aku hanya diam. Menerima semua kecurangan itu dengan lapang dada, tak lain karena aku tak mau kehilangan Wildy. Bodoh memang, namun bukan begitukah anak jaman sekarang? (Kids jaman now) yang tak malu terlihat bodoh karena cinta.
. . . . . . . . .

"Teeet, teet" suara bel pulang sekolah berbunyi. O, iya namaku Tama Putra, aku seorang siswa disebuah sekolah favorit di kotaku. Saat ini aku tengah memasuki bangku SMA tepatnya kelas 12.
Tak hanya bersekolah di sekolah favorit, aku juga ditempatkan di kelas favorit di bidang olahraga disini. Ya, bisa dibilang aku cukup pintar dibidang olahraga. Walaupun, aku bukan siswa terpandai dikelasku.
Rencananya, sore ini ada pengambilan foto untuk tugas kelompokku. Jelas saja aku dan teman-teman bergegas mempersiapkan semuanya setelah keluar dari ruang kelas. Usai sholat Ashar, aku dan teman-temanku berkumpul di tempat yang sudah kita sepakati sebelumnya. Tepatnya disebuah taman di tengah kota. Taklama kami berpose sesuai kelompok dan tema yang sudah di rencanakan jauh-jauh hari. Selesai sudah agenda hari ini, foto untuk tugas kelompok sudah kami laksanakan. Langsung saja aku berpamitan kepada teman-temanku yang masih sibuk berfoto disana. Hari ini sangat melelahkan bagiku.
. . . . . . . .

Sesampainya dirumah, segera kubaringkan tubuhku diatas kasur. Ku pejamkan mataku sejenak, sembari meraba-meraba saku bajuku mencari telepon genggam yang beberapa jam terakhir kuabaikan. Takada notifikasi. "mungkin Wildy lagi sibuk" gumamku dalam hati. Namun perlu diketahui walaupun chatku sepi bukan berarti tidak ada orang yang menghubungiku selain Wildy, tapi aku memang tidak pernah menghidupkan notifikasi untuk orang selain Wildy. Entah kenapa aku tidak suka membalas chat dari orang selain Wildy.
. . . . . . . . . .

Aku terpanjat ketika mengetahui hari sudah gelap. Kulirik jam dinding disudut kamar, pukul 7 malam. Kuraih ponsel disebelahku, tidak ada notifikasi. Beberapa hari ini Wildy takseperti biasanya, dia mendadak cuek dan dingin. Kucoba menelfonnya, "call not answer" lagi seperti itu. Kesal sekali rasanya setiap kali kau takbisa dihubungi. Entah apa yang terjadi jauh diseberang sana, hingga kau mengabaikan ku. Aku mencoba untuk tangguh dan berfikir positif tentang nya, tapi aku tau sesungguhnya setiap orang sangat rapuh, angkuh dan merasa tangguh. Kepura-puraan adalah cara untuk mengulur waktu agar hati tidak berteluk pada nestapa. Nyatanya, hati bagaikan kemarau yang sedang melanda dipadang luka.
Untuk membuang rasa kesalku, kucoba terhanyut pada sosial media. Iseng-isenh kuupload foto-foto ditaman tadi, beberapa temanku mengomentari foto itu. Sejenak aku lupa dengan rasa kesal itu.
. . . . . . . .

"Selamat pagi" hari ini, hari kelima kamu menghilang begitu saja. Aku rindu denganmu, sesak rasanya menahan rindu, kau harus tau rindu itu berat, aku rasa kau takkan sanggup. Kamu benar-benar menguji kesabaranku, aku tau kau disana bersama laki-laki lain. Tak pernahkah kau lihat? Aku tetap menyayangimu disini. Meski kamu masih seperti itu. Seharusnya kamu melihat itu, aku menyayangimu. Aku cuma minta kabar dari kamu itu saja, dan kumaafkan apa yang kau lakukan. Tapi sekarang? Kamu bahkan sudah mulai menyepelekan itu. Apa kamu bosan? "Wildy, tolong hubungi aku" gumamku penuh amarah, kesal, rindu, cemas semua seakan bercampur dalam benakku. Aku merindukanmu Wildy.
Aku taktau akankah kau disana merindukan ku? Dan aku berharap iya. Dan akankah kau disana ingin berjumpa dengan ku? Dan aku berharap iya.
Kali ini rindu menyelimuti tubuhku yang begitu hebat dan takterbiasa aku rasakan. Rasa sakit dan rasa rindu yang selalu menghantui setiap malamnya. Yang selalu teringat akan hadirnya dirimu. Tawa dan candamu selalu tersimpan dibenakku. Aku takmengerti dengan apa yang aku rasakan.
Maaf kan aku yang rindu tertawa bersamamu
Maaf kan aku yang rindu memelukmu
Maaf kan aku yang rindu menghabiskan waktu bersamamu
Dan maaf kan aku yang rindu akan hadirnya dirimu disetiap hari-hariku.
Maaf mungkin jika kau tau rindu ini akan membuatmu risih tapi biarkanlah cukup aku saja yang merasakan nya karena aku tau kalau rindu itu sakit.
Aku tidak akan menyalahkanmu jika tak rindu. Mungkin ini hanya salahku yang takbisa jauh darimu.
Dan aku taktau harus bagaimana, yang aku tau cuman bisa menunggu dan berharap. Aku berbicara pada angin tentang rindu yang kian dalam tentang asa yang kian menjurang. Berharap angin akan menyampaikan padanya bahwa rindu yang sesak ini melumpuhkan jiwa, namun angin takmengerti atau enggan mengerti, seperti ia yang takkunjung memahami
Dan aku hanya bisa berdiam diri menerka-nerka kabarnya yang hilang ditelan jarak menunggu takdir mempertemukan kembali serta mempertahankan hati agar tetap utuh.
. . . . . . . . .

Sepulang sekolah kulempar tas ransel kesudut sofa. Langsung saja kubaringkan tubuhku diatas kasur. Masih dengan harapan yang sama dan untuk orang yang sama, kubuka ponselku. Yes, 4 pesan dari Wildy. Dengan berbunga-bunga, segera kubuka pesan-pesan itu. "Hi Tam, udah pulang sekolahnya?", "Gk dibalas Tam?", "Tama aku mau ngomong sesuatu", "telfon aku ya kalau udah gak sibuk". Semangatku seakan bertambah setelah membaca pesan itu, akhirnya Wildy menghubungi ku. Tanpa basa-basi kutelfon Wildy, dan benar takperlu menunggu lama telfonku langsung diangkat. "Hallo Wil, kau lagi apa? Kok sekarang susah dihubungi ya?" langsung saja ku ungkapkan yang ada dipikiranku belakangan ini. Aku harus tau, apa alasannya. "kita kayaknya agak menjauh dululah, kau tahu kan kita kalo pacaran gimana?" jawaban dari Wildy sontak membuatku kaget. Dengan terbata-bata aku kucoba membalas apa yang Wildy ucapkan "maksudnya apa Wil? Kok kita pake acara menjauh segala? Bukan kah jarak kita emang sudah jauh?".
"Ya sementara kita menjauh aja. Tau sendirilah sekarang aku sibuk dengan urusanku, kau juga sibuk dengan urusanmu kan?". Setelah beberapa lama menghilang, sekarang kau menghubungiku? Dan hanya untuk membicarakan hal seperti itu? Hebat kamu Wil.
Aku takmenyangka kamu akan berkata seperti itu. Sesaat kita terdiam, aku berharap kau tak serius dengan ucapanmu tadi. Jujur aku takmau kehilanganmu, dua tahun lebih bersamamu adalah waktu yang taksebentar untuk meletakkanmu dalam posisi teratas dihatiku.
"Ya, begitulah Tam. Sekarang mending kita urus masa depan masing-masing dulu. Lagian kau tahukan kalau hubungan ini takkan berhasil. Ini semua ada baiknya nanti. Percaya, sekarang kita udahan dulu Tam".
"Jika itu memang keinginanmu ya mau gimana lagi Wil, ya sudahlah". Dengan perasaan yang tidak karuan ku tutup telfonnya.
. . . . . . . . . .

Dengan apa harus kubunuh ingatan tentangmu?
Jika namamu menjadi pena yang mengikuti arahku menulis.
Aku ingin menjadi kehilangan yang kau tangisi, aku ingin menjadi hati repas berserakan yang kau ratapi.
Kita saling mendo'akan, walau pada akhirnya kau tidak bersamaku, setidaknya itu jawaban terbaik dari Tuhan.

🍃🍃🍃

TERUNTUK HATI YANG TERABAIKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang