TENTANGNYA

4.8K 81 2
                                    


Tentangnya. Tidak sesingkat itu. Aku ingin menuliskan banyak lagi tentangnya. Meski dia tidak melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan untuknya. Tapi aku punya cara tersendiri untuk mengekspresikan apapun yang menarik perhatianku.

Aku tidak terlalu suka menulis. Tapi karena menulis adalah satu-satunya cara yang pantas dilakukan di saat semua hal yang dilisankan tak mampu dicerna jelas, di saat sebuah rasa lewat kata-kata tak terbalas, di saat semua aksi tak mampu merebut perhatiannya, dan di saat apapun yang kita inginkan tak berpihak pada kita.

Aku menyukai semua hal yang ada pada dirinya. Meski dia bukanlah sesosok yang istimewa, tapi aku begitu menyukainya. Dia sungguh berbeda. Ada hal unik yang tersirat dalam dirinya yang sederhana. Dan aku.. mengaguminya dengan cara pandang yang berbeda.

Sering kali aku mencari alasan yang tepat mengapa seseorang sepertinya mampu membuatku jatuh hati. Namun, sejauh aku mencari jawaban, hanya malah makin memperumit keadaan yang ada.

Apakah kau hanyalah suatu ilusi optik? Yang diciptakan karena adanya kesalahanan penangkapan mata manusia, yang pernah menatapku dengan cara yang tak biasa. Yang pernah memberiku sebuah senyuman yang tak pernah kumengerti. Kau pernah, memberiku harapan bahwa kupikir kau juga menyimpan rasa untukku. Apa maksudmu? Memperlakukan itu semua kepadaku, lalu membiarkanku jatuh begitu saja? Apakah hanya sebuah perlakuan sok manis yang kau tujukan untuk seorang laki-laki yang mencoba mengerti dirimu? Memang berat rasanya, saat kutemukan diriku jatuh untuk seorang teman baik dari sodara laki-laki ku.

Kau, seseorang yang pandai bergaul, menciptakan tawa teman-temanmu, penyanyi terhebat di mataku. Setiap orang menyebut namamu, ingin menyaingi dan mengalahkan skil-mu. Dan aku hanya tersenyum tipis saat teman-temanku membicarakanmu.

Aku tak pernah mengira bahwa aku akan jatuh hati padamu. Kau yang dulunya hanyalah kukenal sebagai seorang teman baik sodara ku. Kini telah menjelma sebagai sesosok yang tak biasa bagiku. Namun, entah sejak kapan rasa itu hadir dengan sendirinya. Apakah karena letak kelas kita satu lantai, sehingga mengharuskan aku untuk lebih sering bertemu denganmu setahun terakhir ini? Memang benar kata orang, cinta muncul karena terbiasa bersama dan bertemu.

Aku suka memandangi langkahmu saat melewati kelasku. Meski terkadang hal itu agaknya sedikit melunturkan bahagiaku saat bertemu denganmu. Kau tak sendiri, kau bersamanya. Bisa kurasakan itu, ada hasrat yang membara antara kau dan dia. Tawamu saat sedang bersamanya. Aku benci itu. Namun, walaupun begitu aku masih suka memandang tawamu, meski bukan diperuntukkan untukku.

Kau tahu, aku menyukaimu. Tapi, aku ingin lebih dari itu. Aku ingin kau mengerti, bukan sekedar tahu. Aku ingin kau memaknai, bukan sekedar membaca. Apakah sebuah surat dariku beberapa waktu lalu tak cukup bagimu? Ataukah itu terlalu berlebihan? Baiklah, mungkin memang iya. Entah itu kecerobohan ataupun keberanianku sehingga rasaku tersampai dengan jelas. Walau tidak cukup sepenuhnya. Namun langsung pada poinnya.

Oh ya, satu lagi. Ada hal yang tak bisa kulupakan tentangmu. Saat melihat aksi spontanmu menendang bola nyasar yang dimainkan anak-anak sekolah dasar. Hampir saja bola itu mengenaiku. Padahal aku juga ingin menendang bola itu. Hanya untuk sekedar merebut perhatianmu, boleh kan?

Apakah cinta memang diciptakan hanya untuk menciptakan luka? Itulah jawaban yang masih belum kutemukan sampai saat ini. Lalu, apalagi? Jika memang iya, aku akan berhenti mencintaimu. Semampuku, sebisaku.

Ketika mengagumimu hanya menciptakan luka.. haruskah aku bertahan pada rasa yang tak ada ujungnya ini? Menyukaimu secara berlebihan adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan.

Sebersit rasa ini tumbuh begitu saja. Sampai waktu membawa kita ke ujung perpisahan.

Segalanya akan kuhapus, rasa sakit yang pernah kau berikan. Aku akan berhenti dari apa yang diharapkan dan dari apa yang diidamkan.
Menyerah tidaklah sulit, tapi sadarkah engkau, ketika menyerah pasti ada yang menjerit, terasa terbelit lalu tak lagi dapat bangkit.
Menyerah menyebabkan aku buta, tak dapat melihat, dan akupun takdapat merasa.
Semua seakan sama, tak berasa.
Meski aku tau, cinta itu nyata dan praktek nya penuh dusta. Menyerah pada cinta bukanlah hal yang bijaksana.
Karena sesungguhnya cinta tak butuh logika ataupun norma.
Namun mengapa cinta takseindah ceritanya? Bagiku kamu tetaplah kamu. Seseorang yang pernah begitu kucintai dan kurindukan di malam-malamku. Seseorang yang pernah kuingini,meski akhirnya pelan-pelan kusadari,kamu tidak lagi milikku.
🍃🍃🍃

TERUNTUK HATI YANG TERABAIKAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang