prolog

70 8 0
                                    


.......
Keberanian datangnya tidak dari langit
Keberanian datangnya dari hati yang murni
Jiwa kesatria
Tidak akan berkobar tanpa adanya hantaman gelombang
Persahabatan, cinta, dan pengorbanan
Menjadi tonggak datangnya kekuatan
(Ranan, Pelopor Pejuang Penyelamat Bumi)

Tahun 1350 M
Di atas bumi Kalimantan, tepatnya di atas wilayah Kerajaan Nan Sarunai, tampak pijaran api biru membungkus sebuah benda dari luar angkasa. Benda itu ukurannya sebesar bola basket, berbentuk oval layaknya telur burung unta, namun permukaannya kasar seperti batu karang. Benda itu terus melaju kencang menembus atmosfer bumi seperti peluru yang dilesakkan ke dalam air. Setelah berhasil melepaskan diri dari tujuh lapisan yang membentengi bumi, benda biru berkilauan itu melaju lurus menuju rimbunnya hutan, membelah malam yang tenang, dan terus melesat menuju air terjun yang tingginya sekitar dua puluh meter.

Kraakkk!!!

Suara tabrakan menggema. Reranting pohon ulin yang berdiri gagah layaknya tangan-tangan makhluk raksasa hancur beterbangan. Benda itu kemudian menghantam seekor burung enggang yang sedang tertidur nyenyak di atas dahan. Seketika, burung itu pun mati tanpa sempat mengeluarkan suara.

Bluuaaarrr!!!

Benda asing itu akhirnya menghantam permukaan tanah lalu meledakkannya sehingga menciptakan lubang sedalam lebih dari lima meter. Serpihan tanah dan bebatuan akibat ledakan itu berhamburan kemudian bercampur menjadi satu dengan kepulan asap yang membumbung tinggi ke angkasa. Asap itu berwarna biru pekat.

Hantaman itu juga membuat tanah di sekitarnya bergetar, bahkan air terjun pun mematung sekian milidetik sebab terkena gelombang kejutnya. Pohon-pohon kecil di sekitarnya rebah telentang dengan daun-daunnya yang hancur. Aroma hangus dari benda yang gosong sempat mengudara, tetapi hanya sekejap. Bau itu langsung lenyap tergantikan bau wangi yang mengental. Bau itu semacam bau yang abstrak, seperti tak pernah ada di Bumi.

Mendengar kegaduhan itu, binatang penghuni hutan langsung menegakkan kepalanya. Mata mereka terbelalak, menatap nyalang asal suara. Seekor kelinci berbulu putih meloncat-loncat di atas rerumputan basah mencari tahu apa yang sedang terjadi. Gemuruh ledakan itu telah mengganggu tidurnya.

Sampai di tempat ledakan, kelinci itu terkejut bukan main. Dia melihat puluhan burung enggang telah berdiri melingkar di tepi lubang yang menganga, sedangkan binatang lainnya hanya menatap dari kejauhan. Mereka seakan takut dengan apa yang ada di dalam lubang itu.
Sang kelinci kemudian berjalan dengan ragu. Ia penasaran. Ia mencari celah di balik himpitan bulu-bulu burung bertanduk sapi itu.

Deg! Jantungnya seakan berhenti. Mulutnya ternganga. Mata kelinci itu berbinar-binar tak percaya. Di tengah lubang itu, sebuah benda asing berkilauan, diselimuti cahaya yang menakjubkan. Benda itu tampak mengapung, tak menyentuh tanah. Cahayanya berkilauan dan berputar-putar seolah tornado. Mata para binatang itu semakin terbelalak ketika tiba-tiba benda itu retak, lalu terbelah menjadi empat bagian seperti kuncup yang mekar. Kemudian sebuah benda menyerupai berlian—berbentuk marquise—muncul dari dalam dan mengeluarkan cahaya kebiruan yang teramat indah—cahaya surga.

Semua burung enggang yang berada di sana tiba-tiba berjalan mendekat, sedangkan binatang lainnya hanya termangu di tempat mereka berdiri. Burung-burung itu seperti sedang terhipnotis. Mereka berjalan mendekati benda asing itu dengan perlahan. Namun, ketika jarak mereka hanya tinggal beberapa langkah, tiba-tiba secara bersamaan mereka menghentakkan kaki dan mengepakkan sayap, berebut hendak menyentuh benda misterius itu. Sayangnya, benda itu tidak tertembus. Ada semacam kekuatan asing yang melindunginya.

Ngiiing...

Dengung suara melengking menyentak kesadaran mereka. Tubuh mereka kaku. Lalu, sebuah gelombang kejut muncul layaknya kilat, menghantam tubuh mereka hingga tumbang. Napas mereka tercekat. Ada sebuah kekuatan besar yang menarik-narik ruh mereka, seolah hendak menghisapnya. Suasana berubah mencekam. Cahaya mendadak lenyap. Pepohonan menahan napas. Kelinci dan binatang lainnya meringkuk di balik pepohonan seraya menatap nanar pemandangan ganjil di depannya. Dalam hati mereka terus bertanya-tanya, benda apa itu sebenarnya?

Beberapa menit kemudian, dengan diiringi desis angin yang lemah, sebuah gumpalan cahaya berpendar-pendar menampakkan diri. Cahaya itu seolah-olah membentuk semesta. Di dalamnya, puluhan bayangan putih—serupa burung enggang—meliuk-liuk dengan sangat indah.

***

PORTAL ANOMALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang