NERO APRIANSYAH

246 19 6
                                    

Senin, 9 Juni 2014. Hari ini aku telah menjadi siswa baru di Provinsi DKI Jakarta, sedang dalam perjalanan di pagi hari dengan suasana sepi nan gelap yang menampakkan langit sama sekali belum memancarkan sinar matahari cerah, menuju sekolahku yang baru. Ketika aku melewati rute Jln.Pahlawan Komarudin-yang biasanya tak kulewati, angkutan kendaraan beroda empat seringkali berhenti setelah melihatku dan menganggap bahwa aku akan naik angkutan mereka untuk berangkat ke sekolah sehingga membuatku jengkel berkali-kali dalam perjalanan menuju sekolah. "Menyebalkan sekali angkot 29 ini," umpatku dengan penuh kekesalan.

Hingga pada akhirnya aku sampai di Jln.Pendidikan yang merupakan sebuah nama jalan yang berada di sekolah baru itu. Tak lama kemudian aku sampai di gerbang sekolah. Gerbang itu terbuka lebar bagaikan siap menerima murid-murid untuk mendapatkan ilmu yang menentukan masa depan mereka. Di atas gerbang sekolah terdapat plat besi dengan tertempelnya cetakan huruf, yang kubaca :

SELAMAT DATANG DI SMP NEGERI 138 JAKARTA SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL.

Yang berwarna kuning sehingga membuat plat ini terlihat jelas sekali walau dari kejauhan.

Aku selalu menulis buku harian setiap hari, jadi hari ini adalah langkah awal yang kumiliki untuk menulis segala hal yang kualami meskipun itu buruk, sedih, menarik, aneh dan bahkan membosankan sekalipun. Kupikir ini memang hobi yang aneh dan mungkin lucu ketika orang lain mendengarnya, tetapi aku sangat ingin menunjukkan kepada anak dan cucu-cucuku tentang hal-hal yang dialami oleh pendahulu mereka. Kuharap, hari pertamaku sekolah bisa membuat Buku Harian yang kupunya mendapatkan pengalaman yang jauh lebih baik dibandingkan pengalaman sebelumnya.

Seperti yang dikatakan Ibu, sekolah ini berlantai tiga. Aku masih bingung di lantai mana kelas VIII-1 berada. Yah, kurasa berkeliling sebentar tidak masalah. Kalau tak salah, denah sekolah biasanya ada di Ruang Tata Usaha atau Ruang Guru kan? Mungkin sebaiknya aku mencari Ruang Tata Usaha terlebih dahulu untuk mencari tahu di mana kelas VIII-1. Betapa beruntungnya aku, karena butuh waktu tak lama untuk mencari Ruang Tata Usaha, sebab kebetulan aku sekarang tepat di depan Ruang Tata Usaha-juga di depan Meja Piket.

"Kenapa kau mau melakukan hal yang merepotkan begitu? Bukankah kau bisa mengetahui letak ruang kelas VIII-1 disana?" kata seseorang dibelakangku. Ketika aku menoleh, ternyata seorang siswa. Kulitnya yang pucat pasi hampir saja membuatku kaget, karena pada saat suasana yang sepi seperti ini siapa saja jika bertemu dengannya, pasti akan terkejut-lebih tepatnya terkejut seperti melihat hantu. Siswa yang tadi sedang menunjuk ke arah sebuah papan yang terletak di depan Ruang Tata Usaha, namun sebelumnya aku tidak melihatnya, karena terhalang tanaman-tanaman kecil yang ada di depan Ruang Tata Usaha itu.

"Papan pengumuman? Memangnya di papan pengumuman ada denah sekolah?" tanyaku, heran.

"Tentu saja, kata siswa yang tadi. Yah, walau nanti kita akan bertemu di kelas nanti. Tapi cobalah untuk melihat denah sekolah di papan pengumuman itu, karena pasti akan sangat berguna nanti dan akan sangat merepotkan jika jam istirahat nanti kau mengajakku berkeliling sekolah. Kalau begitu sampai jumpa," lanjutnya. Siswa yang menyapaku tadi berambut hitam pekat yang lurus dan mempunyai mata yang tajam namun khas. Dia juga membawa buku di tangan kanannya, sementara tangan kirinya di kantong celana putihnya yang panjang-mengantongi tangan kirinya.

Aku sempat melihat namanya di baju bagian dada kanannya, yaitu Nero Apriansyah. Tapi ada yang aneh, mengapa dia bisa tahu bahwa aku sedang mencari kelas VIII-1?

"Tunggu dulu!" seruku. Lalu dia menoleh ke arahku. "Darimana kau tahu kalau aku sedang mencari kelas VIII-1?"

"Tentu saja aku tahu. Karena aku adalah seorang Detektif." Jawab murid berkulit pucat tersebut, berbalik lalu menaikki tangga menuju lantai atas.

DETECTIVE NEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang