10- Enfermo

66 5 0
                                    

-Cinta memang diciptakan pada setiap hati manusia. Namun bukan berarti, dengan cinta kita dapat memaksa agar memiliki. That means only obsession is not love-

•••••


MOBIL yang ditumpangi oleh Baron, Adit dan Devan sudah berhenti tepat didepan gerbang sebuah rumah besar bergaya klasik.

"Lo yakin, ini rumahnya?" Adit menoleh tepat kearah Devan yang duduk dikursi belakang.

"Iya yakin, gue udah nyari tau semua informasinya." Sahut Devan seraya memandang kearah luar kaca mobilnya, "oke, lu berdua turun dari mobil gue, dan setelahnya kita lakuin sesuai rencana,"

Adit dan Baron mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali menanggapi ucapan Devan, kemudian Baron memberikan kunci mobilnya kepada pemiliknya. Devan menerima kunci mobil tersebut, cowok itu keluar dari mobilnya terlebih dahulu lalu disusul oleh kedua sahabatnya yang pergi menuju tempat persembunyian. Sementara itu Devan melangkahkan kaki menuju gerbang yang menjulang tinggi didepannya. Oke Van, let's play game now.

Mata cowok itu tak sengaja melihat bel yang menempel pada dinding pagar. Tak menunggu waktu lagi, ia menghela napasnya sesaat dan segera memencet belnya beberapa kali hingga gerbangpun dibuka oleh satpam yang merupakan salah satu pekerja dirumah Aurel.

"Selamat malam, Pak." Sapa  Devan seraya tersenyum tipis.

"Malam. Maaf, ada yang bisa saya bantu?" tanya Satpam yang bernama Udin tersebut.

"Iya, saya mau ketemu Aurel, pak. Ada?"

Pria berjenggot tebal itu nampak mengerenyitkan keningnya, "Nona? Maaf, anda siapanya nona?" tanyanya.

"Saya kekasihnya, pak."

"Oh, baiklah tung-" ucapan pria itu terpotong saat sebuah suara menginterupsi dari arah belakang.

"Siapa pak?"

Pria itu menoleh kebelakang dan membungkuk sopan saat Aurel mulai berjalan kearahnya. "Ini, Non, ada pacar non dateng."

"Pacar?" beo Aurel seraya menautkan kedua alisnya.

Devan yang sedang berdiri dibelakang dan tertutup oleh badan besar milik Pak Udin menggeser posisi tubuhnya kesamping hingga Aurel dapat melihatnya dengan jelas.

"Devan?!!" pekik Aurel seraya membelalakan matanya tak menyangka bahwa Devan yang datang kerumahnya.

Masih dalam posisi berdiri tak jauh dari gerbang, kini mata cewek itu sempat memperhatikan intens sosok didepannya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Guna meyakinkan diri bahwa sosok tampan itu adalah Devan Rodella Prawijaya.

Devan yang melihat Aurel terdiam seribu bahasa seraya memperhatikannya sempat memutar bola mata jengah. Kalo bukan karena rencananya untuk memberi pelajaran pada orang yang telah berani menyakiti orang yang disayangnya tentu saja dia enggan untuk menginjakkan kakinya dirumah iblis berwajah malaikat ini.

"Hai?" Devan menyapa cewek didepannya sambil mencoba untuk tersenyum semanis mungkin guna memaksimalkan sandiwaranya.

Aurel mengerjap, cewek itu tiba-tiba saja berlari kecil menghampiri Devan dan memeluknya. Devan sempat terkejut tapi ia tetap membalas pelukan cewek itu. Ada rasa jijik dan risih sebenarnya, namun mau bagaimana lagi? Ini demi keberhasilan rencananya.

Is This Love ? [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang