Sesampainya di apartement, Seokmin langsung masuk kedalam kamar miliknya. Menghiraukan panggilan Jeonghan yang sedang menonton televisi. Hanya satu yang ia inginkan saat ini, tidur. Mungkin hal itu bisa mengurangi sesak didadanya. Walaupun hanya sementara.
Namun, harapan tinggal harapan. Belum ada lima menit pintu kamarnya diketuk. Siapa lagi jika bukan kakaknya.
"Jangan mengganggu, aku ingin tidur noona." teriak Seokmin melarang kakaknya memasuki kamar.
Tapi bukan Jeonghan namanya jika tidak melanggar. Dengan gerakan perlahan, ia membuka pintu kamar. Adik bodohnya sedang terlentang sambil memejamkan mata. Bahkan jaket kulit yang dipakainya tadi belum terlepas dari tubunya.
"Kau kenapa?" seolah memahami adiknya yang sedang ada masalah, Jeonghan menghampiri lalu duduk ditepi ranjang dan dengan lembut mengusap pelan rambut hitam legam itu.
"Biarkan aku sendiri noona. Aku....." belum sempat Seokmin menyelesaikan kalimatnya, Jeonghan kembali menyela.
"Kau berharap aku mengabulkannya? Aku akan tetap disini sampai kau akan membuka mulutmu untuk bercerita."
"Aku putus." kalimat itu akhirnya keluar juga dari bibir Seokmin. Menyerah dengan sikap pemaksa kakaknya. Jeonghan dan keras kepalanya memang satu paket.
Jeonghan yang paham akhirnya diam. Tidak menanyakan lebih lanjut bagaimana dan kenapa alasan memilih memutuskan hubungan. Mereka sudah dewasa, tau mana yang terbaik untuk diri masing-masing.
Sepengetahuan Jeonghan, pacar adiknya kali ini baik dan sopan. Bahkan terlihat pendiam saat beberapa kali kesempatan bertemu. Mungkin dikarenakan Jeonghan tidak terlalu dekat dibandingkan dengan Soonyoung -yang notabenenya tetangga adiknya- jadi tidak terlalu tahu seperti apa kepribadiannya.
"Bukankah lebih baik kau melakukan sesuatu? Misalkan membuatkan keponakanmu ini nasi goreng omelette dan segelas jus mangga? Ah sepertinya pudding coklat yang dingin juga lezat sebagai makanan penutup." bujuk Jeonghan dengan maksud tertentu.
"Aku hanya perlu tidur noona, jadi kumohon keluarlah." dengan tidak berperikemanusiaan Jeonghan menyeret tangan kiri adiknya menuju dapur.
Sebenarnya, Seokmin bisa saja menepis pegangan tangan kakaknya di lengannya jika saja saat ini kakaknya tidak sedang berbadan dua. Ada kemungkinan hal yang buruk akan terjadi. Apalagi ia tidak bisa memprediksikan hal lain apa yang akan terjadi jika menolak permintaan tersebut. Mengadu pada suaminya mungkin salah satu contohnya.
Dengan telaten, Seokmin segera menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan dan kemudian memasaknya dengan tenang. Jika berfikir Jeonghan akan membantu, itu adalah hal mustahil. Karena pada kenyataannya dia hanya melihat sambil mengomentari ini itu. Bahkan pada saat Seokmin kesusahan memasak nasi goreng sambil membuat omelette secara bersamaan yang dilakukannya hanya memvideokannya lalu mengupload ke salah satu sosial media.
Selesai dengan nasi goreng dan omelette, Seokmin beralih mengupas mangga lalu menjadikannya segelas jus seperti keinginan Jeonghan.
Seperti anak kecil yang diberi permen lolipop oleh ibunya, Jeonghan langsung menyantap makanan dihadapannya tanpa berniat berbagi beberapa suap untuk adiknya. Namun Seokmin membiarkannya, ia malah merasa senang karena kakaknya menikmati masakannya dan hanya memandang.
"Kenapa? Kau ingin juga?" sahut Jeonghan tanpa menelan dahulu makanan yang berada dimulutnya.
"Daripada itu, sebenarnya aku heran apakah di rumah Jisoo hyung tidak memberikan noona makan? Kenapa makan lahap sekali, seakan tidak pernah makan selama seminggu penuh."
"Yaaaa!! Asal kau tau, Jisoo ku selalu baik dalam hal apapun. Dia yang terbaik." jawab Jeonghan menggebu sambil memberikan dua ibu jarinya dihadapan Seokmin.
"Lagipula sebelum kau kembali aku sempat menghabiskan empat buah cupcake coklat." lanjutnya menggerutu pelan.
"Sebanyak itu??" kedua mata Seokmin membulat seakan tak percaya.
"Tak perlu menghakimiku seperti itu, saat istrimu nanti sedang hamil juga akan mengalaminya. Ahhh dan jika kau beruntung kau yang akan mengalaminya."
"Ckckck.Jangan mengatakan hal-hal yang aneh padaku noona."
"Ahhhh berbicara soal istri, kenapa kau tidak mencarinya? Apa perlu aku kenalkan pada beberapa temanku yang masih melajang?" tawar Jeonghan.
"Aku masih ingin sendiri." tiba-tiba, suasana yang tadinya menyenangkan berubah menjadi canggung. Dan Jeonghan baru menyadari jika ia salah berucap. Mengingatkan tentang luka adiknya akibat baru saja putus dari sang kekasih.
"Se-setelah ini kau tidak akan pergi lagi kan? Temani aku menonton oke? Jisoo tidak akan pulang ke rumah malam ini, jadi aku akan menginap disini." Jeonghan berkata dengan hati-hati.
"Baiklah." hanya itu balasan dari Seokmin. Setelah itu ia melenggang keluar dari dapur.
*****
Setelah pembicaraan yang kurang menyenangkan itu, Jeonghan sebisa mungkin mengajak bicara tentang banyak hal. Seperti bagaimana musim dingin di Jepang, bagaimana makanan disana, bagaimana rasanya jauh dari keluarga sampai bertanya pada adiknya untuk melakukan diet agar berat badannya bisa sedikit berkurang.
"Bukankah hal itu wajar? Mengalami kenaikan berat badan selama hamil? Lagipula usia kandungan noona sudah memasuki enam bulan."
"Tapi tubuhku membengkak terlalu banyak." jawab Jeonghan seakan frustasi dengan keadaannya.
"Lakukan saja jika sudah tidak menyayangi babymu. Lalu aku akan menyuruh Jisoo hyung mencari penggantimu." sontak Jeonghan memukul adiknya dengan bantal lalu perlahan menangis.
Seokmin yang tidak mengerti dengan keadaan kakaknya tentu saja kaget dan menatapnya dengan pandangan aneh. Sebelumnya tidak pernah terjadi hal seperti ini, karena biasanya hanya akan berteriak lalu pergi. Tapi ini? Sesuatu yang baru baginya.
"Soo, kau hiks tidak akan mencari wanita hiks lain kan? Kau hiks tidak akan meninggalkan hiks aku kan? Hiks hiks hiks." Seokmin menoleh ke arah kakaknya yang diperkirakan sedang menghubungi suaminya. (anggep saja itu Jeonghan lagi nangis 😂)
"................"
"Si bodoh Seokmin."
Daripada menunggu kakaknya berbicara aneh lebih lanjut, Seokmin segera mengambil kunci mobil dan memutuskan akan pergi ke salah satu rumah temannya yang sudah lama tidak dikunjungi.
"Yakkkk???! Kau akan pergi kemana?" teriak Jeonghan.
"Aku akan pergi ke rumah Mingyu. Jangan tunggu aku." balas Seokmin dengan teriakan juga.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn!! [✅]
FanfictionSudah jatuh tertimpa tangga pula Itu adalah deskripsi yang bisa menggambarkan keadaan seorang Lee Seokmin. #551 on fanfiction [21/04/18]