Sinar sang mentari yang mengenai wajah Seokmin membuat kedua kelopak matanya akhirnya terbuka. Setelah melakukan peregangan sebentar, ia membuka selimutnya. Dan kemudian dahinya mengernyit melihat tubuhnya dalam keadaan telanjang. Tidak ada itu, diujung selatan tubuhnya terdapat cairan lengket yang telah mengering.
Ketika bangkit dari ranjang, kepalanya terasa sakit seperti dihantam oleh seseorang. Mungkin semalam saat sedang tidak sadar melakukan aktivitas solo pikirnya. Tanpa menunggu lagi ia segera membersihkan tubuhnya agar segera membuat sup untuk sarapan pagi.
Selesai dengan kegiatan membersihkan diri, Seokmin mencari ponselnya terlebih dulu. Dari mulai nakas hingga ranjang yang kini bertambah berantakan, tidak menemukan benda persegi itu malah menemukan bercak darah yang mengering pada bed cover putihnya.
"Ti-dak mungkin kan aku melakukan itu pada Jeonghan noona? Jika benar pasti Jisoo hyung akan membunuhku." ucap Seokmin yang terdengar seperti bisikan untuk dirinya sendiri.
I'm Thinkin' about you
I'm Thinkin' about you
I'm Thinkin' about
I'm Thinkin' about
I'm Thinkin' about youSuara dering ponsel dari arah ruang tamu segera membuat Seokmin menuju ke asal suara. Ada banyak panggilan tidak terjawab dan beberapa pesan yang belum terbuka. Tiga puluh panggilan tidak terjawab. Dari kakak iparnya yang paling banyak menghubungi, lalu dilanjutkan dari orangtuanya, Mingyu, Eunwoo dan Jaehyun.
Kemudian pesan yang datang kebanyakan menanyakan dimana keberadaanya saat ini dan terakhir hanya sebuah alamat rumah sakit besar yang dikirimkan Mingyu tadi malam dan Jisoo baru saja. Langsung saja Seokmin menghubungi kakak iparnya itu. Pada dering ketiga panggilan itu langsung diangkat.
"Kau ada dimana?"
"Masih diapartement. Apa yang terjadi hyung?"
"Datanglah ke rumah sakit yang sudah aku kirimkan alamatnya. Kami menunggumu." setelah mengatakan itu, panggilan dimatikan sepihak.
Tadi apa? Kami? Siapa yang dimaksud kami? Jisoo dan Jeonghan? Tapi kenapa?
Secepat kilat, Seokmin mengambil jaket dan dompet serta ponselnya untuk segera berangkat. Melupakan sarapannya dan tentang bercak darah pada ranjangnya untuk sementara. Dan menghiraukan darah mengering di lantai karena tak melihatnya.
*****
Sesampainya di rumah sakit, Seokmin menuju ruang rawat Jeonghan yang terletak diujung lantai ini. Ketika pintu terbuka tampak Jeonghan yang sedang terbaring dalam keadaan tidur. Dan ada Jisoo yang sedang berada di sofa dengan menghadap laptop seperti mengerjakan laporan.
Melihat adik iparnya sudah datang, Jisoo mematikan laptopnya kemudian mengajak Seokmin untuk mengikuti dirinya keluar agar tidak mengganggu istrinya tidur.
Taman sepertinya cocok untuk mengobrol diantara Seokmin dan Jisoo. Keduanya duduk disalah satu bangku yang kosong sambil membawa minuman kaleng masing-masing.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada noona, hyung?" wajah Seokmin terlihat serius, tidak seperti Jisoo yang terkesan tenang.
"Sebelum aku menjawab, ada yang ingin aku tanyakan terlebih dahulu. Apa kau sedang memiliki masalah?"
"Kenapa?"
"Serumit apapun masalahmu, jangan pernah melampiaskannya dengan alkohol. Karena itu bisa saja membuat masalah baru."
"Katakan intinya saja hyung, jangan bertele-tele seperti ini. Bukan gayamu sekali."
"Semalam Jeonghan mengalami pendarahan. Soonyoung dan teman-temanmu yang mengatakannya padaku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn!! [✅]
FanfictionSudah jatuh tertimpa tangga pula Itu adalah deskripsi yang bisa menggambarkan keadaan seorang Lee Seokmin. #551 on fanfiction [21/04/18]