02. Kopi Jawa - To Love Or To be Loved? (Part -2)

1.2K 120 21
                                    

Mas Andar terlihat senang saat kita sampai di air terjun Sekar Langit.

"Ndoko...photo-in aku ya!"

Saya mengangguk menerima handphone dari Mas Andar. Dia berulang kali memeriksa hasil photo saya. Kalau dia ngerasa ndak suka, minta diphoto lagi, dan yang menurutnya jelek kemudian dihapus. Begitu terus saja berulang, pokoknya sampai Mas Andar puas.

Riiing....riiing...

Photo Den Mas Aryasatya muncul bersamaan dengan dering telephone.

"Mas...telephone dari Bapak...!"

"Hallo..Pa...eh Romo...!"

Mas Andar melirik ke arah saya sambil tersenyum.

"Ini lagi di air terjun."

"......."

"Nggih, ini juga sama Handoko! Udah ah Romo itu ndak usah khawatir."

"........"

"Hahaha...! Inggih....! Wong saya dimarahi Ndoko tadi, dibilang Andar itu orang Jawa yang kehilangan Jawanya. Ya mulai sekarang Andar janji mau pakai bahasa Jawa dan belajar soal budaya Jawa."

Mas Andar kembali melirik saya.

"........"

"Inggih Romooo. Sampun Romoo. Besok aja ceritanya kalau Andar udah pulang!"

"......."

"Inggih, udah dikasih semua ke Simbah koook!"

"......."

"Daaag"

"Udah lanjut yok photo-photo-an lagi."

Saya mengangguk.

Saya kembali jadi tukang photo, tapi terkadang photo berdua. Saya ndak mau diphoto sendirian. Saya ndak punya handphone dan ndak punya komputer. Biarpun kata Mas Andar file photonya bisa ditaruh ke Friendster, saya ndak minat. Mending saya buka website yang bisa nambah ilmu, daripada buka-buka website yang ndak penting. Saya sih karena sayang uang saja.

Mas Andar itu kalau pose suka lucu-lucu. Dia itu pinter nggaya depan kamera. La kalau saya, posenya ndak beda kayak kalau bikin pas photo. Paling maksimal senyum sambil nunjukin posisi jari berbentuk "V". Wes...kalau namanya cah ndeso, ndak ngerti gaya. Jadi memang bener, saya jadi tukang photo aja.

Riiing....riiing...

Kali ini yang muncul photo Mas Andar, pake pose mulut terbuka, berbentuk "O", dicium cowok menghadap samping.

"Mas telephone...!"

"Siapa? Ibu?"

"Ndak tau Mas...!",
Saya bingung...cuma itu aja perasaan saya.
Ah mungkin saja itu sahabatnya Mas Andar, kan Mas Andar emang pinter berpose dan suka lucu-lucuan.

A Cup of Coffee, SirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang