02. Kopi Jawa - To Love Or To be Loved? (Part -4)

1.3K 110 74
                                    

Buat Part-3, gue mohon maaf ya, kalau terlalu sarkatis.

Sebulan lalu, gue dapat kabar dari teman. Pabrik polyester milik orang tuanya, akan dipindah dari Cikarang ke Jawa Tengah.
Pertimbangan teman gue, biaya produksi sangat besar, sehingga harga barang menjadi tinggi.
Efek dari itu semua, harga produk menjadi tinggi dan kalah saing dengan produk luar.

Teman gue bilangnya sih, untuk kendala transportasi dan distribusi barang sudah tidak ada, jika pabrik dipindah ke Jawa Tengah. Karena infrastruktur di daerah tersebut sudah bagus.
Dari segi UMR Jawa Tengah, dia bisa menghemat biaya produksi hingga 55 Milyard per bulan. Belum untuk biaya-biaya lain yang bisa lebih murah.

Gue selalu mengingatkan, agar jangan terlena dengan tingginya UMR suatu daerah. Bagi buruh pabrik non konvensional, terutama didaerah Bodetabek, UMR sangat tinggi diantara wilayah lain di Indonesia. Masih ada tambahan lain-lain seperti upah lembur, uang makan dsb. Yang jika dijumlah total, diatas karyawan swasta di Jakarta.

Cepat atau lambat, beban itu akan membuat nilai produksi menjadi bengkak. Apabila produk menjadi kalah saing dalam perdagangan bebas, tak ayal pemilik pabrik membuat langkah penyelamatan.
Penggantian tenaga kerja manusia menjadi mesin, memindahkan lokasi industri atau merekrut buruh migran yang bisa digaji lebih murah.

Hal tersebut harus segera diantisipasi kita mulai sekarang.
Kalau hanya membanggakan upah lebih besar daripada daerah lain, itu tidak akan lama dan tidak aman. Pokoknya jangan terlena.
Yang harus dilakukan, mendidik dan mengembangkan diri sendiri, untuk memiliki pengetahuan yang lebih banyak terutama sesuai passion. Mulailah berwirausaha dan memanfaatkan jaringan online. Jangan lupa membuat jaringan atau link, sehingga usaha tetap berjalan dengan baik.

Semoga kita selalu dibekali semangat untuk survive.
Selamat menikmati minum kopi.

Eh gue lanjut mendongeng ya?

______________________

Yogyakarta, 9-5 tahun lalu

"Mas baca sendiri laaah! Sekarang internet juga gampang!"

"Ndak mau...! Aku seneng didongengin kamu."

Kalau ndak lagi di kampus, Mas Andar sudah saya cium. Bibirnya itu loh yang nggemesin, apalagi kalau berlagak manja gitu.

"Syahdan...Ada seorang Putera Mahkota dari kerajaan Paranggelung."

"Kamu itu loh pakai kata syahdan segala."

"Loh kan dongeng! Mas Andar mau ndak saya dongengi?"

"Yaudah...buruan!"

"Putera Mahkota itu bernama Bambang Ekalaya. Dia mendengar Resi Dorna, adalah guru teknik berperang yang disegani. Maka, Bambang Ekalaya menghadap Resi Dorna, dan meminta beliau untuk mengajari teknik peperangan. Sayangnya Resi Dorna sudah berjanji, jika beliau hanya mengajar untuk Pandawa dan Kurawa saja. Permohonan Bambang Ekalaya ditolak dan dia diusir dari padepokan Sokalima, oleh Resi Dorna."

"Mau minum? Nih udah aku bawain dari rumah!", Mas Andar mengambil botol minuman dari dalam tas.

Saya sudah capek berdiri, terus duduk di lantai koridor, diikuti Mas Andar.

"Lanjut yaaa? Bambang Ekalaya tidak menyerah, dia membuat patung Resi Dorna dan dia berlatih memanah dan bela diri. Ekalaya membayangkan, Resi Dorna memberi arahan sepanjang dia berlatih. Dengan ketekunan yang luar biasa, dia menjadi seorang pemanah yang hebat dan ahli beladiri yang tangguh. Dia merasa, keterampilan yang dia miliki, berkat Resi Dorna. Suatu ketika, Arjuna berburu. Bertepatan saat Ekalaya juga berburu. Tanpa disadari, keduanya memanah binatang buruan yang sama. Saat rusa itu roboh, keduanya saling berebut. Dari panah keduanya, menancap di titik yang sama. Arjuna yang merasa dirinya putra Maharaja dan dilatih oleh Resi Dorna, merasa terhina. Karena dia tidak rela, kemampuannya sama dengan orang lain. Meskipun yang dia hadapi sekarang sudah menjadi seorang Raja. Mereka kemudian berkelahi, hingga sebuah tamparan dari Ekalaya, membuat Arjuna jatuh terhuyung-huyung."

A Cup of Coffee, SirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang