01.Kopi Malabar - A Hope and Hopeless (Part 3)

4.6K 224 91
                                    

Sebuah Desa di Perbukitan antara Gunung Pangrango dan Gunung Gede,
1,5 tahun lalu

"Abang...jangan keras kepala ah. Abang harus ke Puskesmas!"

Baru kali ini Dani berkata sedikit keras kepadaku.

"Dan, kalau aku nggak masuk, gimana anak-anak? Siapa yang mengajar?"

"Bang, kalau Abang masuk kerja hari ini, terus besoknya justru Abang nggak masuk seminggu. Terus anak-anak lebih rugi nggak?"

Aku tersenyum sambil menepuk pipi Dani.

"Yaudah, aku berangkat ke Puskesmas pagi ini."

"Bentar! Saya yang antar!"

"Nggak usah Dan. Aku bisa sendiri pakai sepeda. Kamu bantuin Ibu-Ibu itu buat bawa makanan ke Masjid."

"Abang mah aneh. Naik sepeda 10 kilo dalam kondisi sakit? Terus yang ada Abang malah harus rawat inap di RSU."

"Ya sepeda taruh penitipan dibawah atu Dan. Terus pakai angkutan."

"Abang nunggu angkutan mau berapa jam? Udah nurut saya!"

Aku akhirnya mengalah dengan kemauan Dani.
Padahal sebenarnya aku kasihan dengan Dani. Semalaman dia tidak tidur dan terus mengawasi panas badanku. Berkali-kali dia mengompres keningku. Terkadang dia mengusap-usap kepalaku supaya aku tertidur lagi. Rasanya tidak tega jika sekarang dia harus mengantarku ke Puskesmas.

"A Dharma makan jajanan apa hayo?", tanya dokter Indah setelah selesai memeriksaku.

"Kenapa Dok? Saya tidak pernah jajan! Eh, beberapa kali saya jajan bakso."

"Hmmm... Bisa jadi dari jajanan atau sanitasi yang buruk."

Wah yang harus dibenahi di desa itu banyak ya?

"A Dharma rawat inap ya?"

"Ah jangan Dok!"

"Kenapa?"

"Dok, kasihan murid-murid saya. Mereka sebentar lagi ikut seleksi masuk SMA dan UN."

"Tapi A Dharma harus benar-benar istirahat selama tiga hari ini ya! Makan makanan yang lembut dulu, nggak perlu porsi besar, asal teratur. Banyakin minum. Dan obat harus habis!"

"Ya Dok..! Saya sakit apa sih Dok?"

"Typus! Ya mungkin A Dharma harus lebih hati-hati saja setiap mengkonsumsi makanan."

Hmmm.... aku makan memang tidak begitu mempedulikan makanan. Masa iya, saat bertamu di rumah penduduk aku menolak ajakan makan dari tuan rumah. Apakah itu tidak menyinggung perasaan mereka?

"Gimana A, diatas kan ada longsor. Rumah Aa bagaimana?"

Pembicaraan kemudian beralih ke masalah longsor. Untunglah, dokter Indah akan mengusahakan adanya bantuan team kesehatan, meskipun dari Kabupaten aku rasa juga sudah mulai bergerak.

Trrr....trrr

Aku sebenarnya sangat malas menerima telephone saat ini.

"Hallo Yang...!"

"Ya..."

"Kata Dani kamu kena typus? Terus kemarin kata Dani kamu bantuin evakuasi...

Dani sekarang sudah berubah jadi mata-matanya Mitha.

Trrr....trrr

A Cup of Coffee, SirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang