Lingkungan Baru

2.5K 113 7
                                    

4 bulan kemudian...

Saat ini semua terasa berbeda. Kini aku harus mulai terbiasa dengan lingkunganku yang baru. Yang jauh dari keluarga, dari tempat tinggal, juga teman-temanku yang dulu. Jujur lingkungan ini sangat asing bagiku. Di mana semua laki-laki harus menaati aturan dengan memakai sarung, kopyah, dan baju koko. Lalu harus berperilaku sopan kepada setiap orang, serta terkadang harus berbicara menggunakan bahasa arab sebagai bahasa sehari-hari. Ya, disinilah aku. Pondok pesantren yang menjadi tempatku untuk menimba ilmu setelah lulus SMA.  Alhamdulillah, keputusanku untuk mondok di Pondok Pesantren Al - Istiqomah Surabaya ini disetujui oleh kedua orang tuaku. Kata mereka, tak ada kata terlambat dalam menuntut ilmu. Dulu aku sempat minder karena ingin mondok setelah lulus SMA. Namun kedua orang tuaku selalu mendukungku akan hal ini. Dan juga karena 'dia' yang dulu selalu memberiku motivasi agar terus terpacu untuk selalu bisa mendalami ilmu agama. Iya, dia yang namanya masih terukir jelas dalam hatiku. Yang wajahnya masih menghiasi benakku selama 4 bulan yang lalu.

"Yan kamu udah setor hafalan belom buat hari ini?" tanya Yusuf. Teman baruku di pondok pesantren ini. Aku mengenalnya saat aku mengetahui bahwa aku satu kamar dengannya. Aku senang bisa mengenalnya, dia orangnya asik, pintar, juga humoris. Ia mengingatkanku pada sahabatku, Yunus. Dulu pernah ia bilang bahwa ia akan kuliah mengambil fakultas hukum. Namun kami sudah tidak berkomunikasi saat aku masuk pondok. Mengingat aturan yang melarang membawa ponsel di area pondok pesantren. Kembali ke Yusuf, di samping sikapnya yang asik, ia juga memiliki paras yang lumayan tampan menurutku. Tak heran banyak santriwati yang menyukainya.
"Belom suf. Mungkin nanti habis ashar aku ke Ustadz Somad" jawabku sambil membersihkan tempat tidurku yang berantakan. Biasalah, namanya juga laki-laki. Sebenarnya aku masih belum terbiasa untuk membersihkan tempat tidurku sendiri. Namun aku juga harus mampu belajar mandiri disini.
"Oh iya deh. Entar aku bareng ya hafalannya?" Yusuf menempatkan dirinya sejajar denganku.
"Iya. Bantuin aku nih beresin ranjang. Biar bisa cepet ke masjidnya" aku menarik tangan Yusuf untuk segera membantuku.
"Iya gausah tarik-tarik napa. Entar fans aku dari santriwati pada iri sama kamu" jelas Yusuf dengan pedenya.
"Halah, iya iya. Percaya yang punya banyak fans" jawabku dengan nada malas.
"Hehehe jangan gitu deh. Jadi malu" Yusuf yang bersikap malu-malu kucing membuatku geli melihatnya.
"Udah ah. Yuk ke masjid" aku berjalan keluar diikuti oleh Yusuf.

***

"Assalamualaikum" ucap seseorang yang duduk di sampingku.
"Waalaikumsalam" aku menjawab dengan menundukkan kepala mengingat aku berbicara dengan lawan jenis.
"Kamu mahasiswi baru ya?" tanya seseorang itu.
"Iya" jawabku singkat. Jujur aku agak gugup jika bertemu dengan orang baru. Dan aku masih dengan posisi dudukku sambil membaca buku yang aku pegang.
"Fakultas apa?" tanyanya lagi. Kali ini aku agak risih karena ia mengajukan pertanyaan yang seakan-akan mengintrogasiku.
"Sastra Bahasa Arab" jawabku.
"Oh kenalin. Aku Farhan, Muhammad Farhan Adz Dzikry dari fakultas hukum" ia mengulurkan tangan kanannya kepadaku. Namun hanya kubalas dengan menyatukan kedua tanganku padanya.
"Syahifa. Syahifa Azzahra" aku memperkenalkan diri.
"Syahifa? Nama yang cantik. Kaya orangnya"
Aku mengerti arah obrolan ini akan kemana.
"Yaudah aku masuk kelas dulu. Assalamualaikum" kurasa aku perlu mengakhiri obrolanku dengannya hari ini. Aku mulai membereskan buku-buku yang aku pegang.
"Waalaikumsalam" Farhan memberikan senyuman yang entahlah, sulit diartikan.

"Assalamualaikum fa" sapa seorang perempuan yang tiba-muncul mengagetkanku.
"Waalaikumsalam, astaghfirullah. Kamu ngagetin aja syah" aku hampir saja memukul Aisyah karena ia telah mengagetkanku. Iya, dia Aisyah. Teman baruku di kampus ini. Ia baik, pintar, juga jahil. Secara fisik, ia cantik. Ada unsur ketimurtengahan di wajahnya. Matanya yang coklat, kulitnya yang putih, serta hidungnya yang mancung membuat kesan timur tengah kental ada pada dirinya.
"Hehe... Lagian kamu tegang banget. Kaya habis diajak kenalan sama cowok aja" kali ini Aisyah memiliki tebakan beruntung.
"Atau jangan-jangan, emang kamu habis kenalan sama cowok?" Aisyah kini mulai menunjukkan sifat keponya ini. Di samping jahil, Aisyah juga pribadi yang keingintahuannya tinggi. Seandainya Aisyah tau, bahwa di hatiku masih ada nama 'Abyan'.
"Fa? Fa? Syahifa!!" Aisyah membuatku terkejut.
"Astaghfirullah ada apa sih syah? Kamu ngagetin aku mulu ya" aku mulai kesal dengan sikap Aisyah.
"Lagian kamu sih, ngelamun aja. Aku nanya juga" Aisyah mengkerutkan bibirnya.
"Yaudah aku jawab. Ehem, gini ya, tadi pas aku di taman, aku kan lagi baca-baca buku. Terus tiba-tiba ada yang ngajak kenalan. Namanya Farhan" aku menjelaskan pada Aisyah apa yang tadi aku alami.
"Farhan? Anak fakultas hukum itu?" Aisyah membulatkan bola matanya.
"Iya. Kenapa emang? Kok kayanya kamu syok gitu" tanyaku kebingungan.
"Yaiyalah. Asal kamu tau ya, Farhan itu mahasiswa yang lumayan populer di kampus ini. Nggak heran banyak mahasiswi disini yang kagum sama dia" ucap Aisyah.
"Emang apa yang bikin dia populer? Perasaan dia biasa aja" ucapku dengan ekspresi datar.
"Ya allah Syahifaa... Dia itu udah ganteng, pinter, sholeh, terus ayahnya itu yang punya salah satu pondok pesantren di daerah Surabaya. Pondok pesantren Al, Al apa gitu. Aku lupa" aku melihat Aisyah amat antusias menceritakan tentang Farhan padaku.
"Oh gitu.." jawabku.
"Ihh... Kamu kok kayaknya biasa aja sih" Aisyah mungkin kesal dengan sikapku yang cuek ini.
"Lah aku harus gimana?" tanyaku yang emang nggak ngerti harus bagaimana.
"Ah udahlah, abaikan" kini Aisyah yang ngambek.
"Ya maaf syah. Aku nggak terlalu peduli ama masalah gituan" aku meminta maaf pada Aisyah.
"Kenapa? Jangan-jangan kamu udah...."
Perkataan Aisyah terhenti saat melihat dosen yang memasuki ruangan kelas kami. Seketika kelas menjadi hening.

***

Bagaimana ya, keadaannya sekarang? Apa kira-kira ia sudah melabuhkan hatinya ke seseorang?
"Yan!" suara itu membuatku hampir serangan jantung.
"Astaghfirullah, kamu seneng ya kalo aku jantungan?" aku berbicara dengan ekspresi pura-pura marah.
"Lagian kamu ya, dari tadi aku disini tapi kamu nggak merhatiin aku sama sekali. Udah gitu bengong lagi. Kamu mikir yang enggak-enggak ya?" Yusuf nyerocos nggak jelas dengan tatapan horor.
"Hus! Apaan sih. Dosa tau su'udzon" aku memarahi Yusuf hingga Yusuf tak mampu berkata apapun selain meminta maaf.
"Iya iya maaf. Lagian kamu mikir apa sih? Cewek ya?" Yusuf bertanya dengan nada menyelidik.
"Sok tau kamu" jawabku sewot.
"Tuh kan, ceritain kek. Kamu punya cewek ya?" Yusuf masih dengan nada menyelidik.
"Ya nggak lah. Gaboleh pacaran! Inget!" jawabku
"Bukan gitu, mungkin ada cewek yang kamu sukai" sungguh anak ini tak bisa di bilangi.
"Sebenernya sih ada ya..." akhirnya aku menjawab dengan nada malas sambil menghembuskan nafas panjang.
"Siapa?"

***

Ini fiksi ya 😂

Stay Istiqomah ❤|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang