Akad [END]

4.3K 171 5
                                    

Pagi ini, bagiku adalah pagi yang sangat cerah. Secerah suasana hatiku saat ini, meskipun masih ada rasa takut juga gugup. Tak kusangka hari ini akan benar-benar terjadi. Aku harap ini bukan mimpi, yang hanya sementara lalu aku terbangun dengan kenyataan yang masih itu-itu saja.

Aku masih asik bercermin dengan penampilanku yang tak biasa. Memakai gaun, serta kerudung putih. Dengan wajahku yang sudah di make up.
"Syahifa..." seseorang memanggilku dari belakang.
"Iya bu?" ucapku saat
"Ibu lihat, kamu bahagia sekali" ucap ibuku sambil tersenyum dan merangkul pundakku.
"Hm, ibuu..." ucapku malu-malu sambil tersenyum. Aku benar-benar tak bisa menyembunyikan raut wajah bahagia di wajahku.
"Udah. Kamu sudah siap kan? Ayo kita keluar, semua sudah menunggu" ibuku menggandeng tanganku menuju tempat yang sudah disediakan. Aku hanya mampu mampu menunduk, menyembunyikan rasa deg-deg an pada jantungku. Rasa deg-deg an ini semakin menjadi saat aku harus duduk di samping Abyan. Aku tak berani menatapkan mataku padanya. Karena aku takut, ia akan tidak fokus nanti (pede ya 😌).

Perasaanku bercampur aduk saat ini. Antara bahagia, takut, juga gugup. Aku takut jika nanti Abyan salah mengucap ijab qabul. Atau ada hambatan lainnya. Ya allah, lancarkanlah semuanya...

"Saudara Abyan saya nikahkan kamu dengan putri saya, yang bernama Syahifa Az Zahra binti Muhammad Salman dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai"

"Saya terima nikahnya Syahifa Az Zahra binti Muhammad Salman dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillahi robbil 'alamin..."

Alhamdulillah ya allah terima kasih...
Ijab qabul berjalan dengan lancar.
Kini aku sudah sah menjadi istri dari Abyan. Kini Abyan menatapku, ia tersenyum. Dan untuk pertama kalinya aku mencium tangan Abyan. Ya allah, sungguh ini seperti mimpi.

Aku kembali ke dalam untuk beristirahat. Karena resepsi pernikahan kami akan dilaksanakan nanti sore. Kami? Iya aku dan Abyan, wkwkwk

"Fa..."
"Ha? Hm, iya?"
"Aku pengen..." ya sekarang aku sedang bersama Abyan di ruang keluarga. Disaat yang lain sibuk berbincang dengan kerabat juga temannya masing-masing, aku dan Abyan lebih memilih untuk ngobrol berdua. Berdua saja? Gapapa kan udah halal wkwkwk~
Ucapan Abyan tadi tampaknya masih ada kelanjutannya. Aku menatap lekat mata Abyan, posisi kami sangat dekat. Abyan mendekatkan badannya ke arahku, aku berusaha menjauh dan akhirnya...
"Ehem!" suara itu membuat kami tersadar, dan kami pun menunduk.
"Udah nanti aja nak. Aduh, ngebet amat kamu" ucap ayahku dan di ikuti dengan gelak tawa dari semua orang. Kulihat pipi Abyan memanas, ia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. Sedangkan aku? Apa yang bisa aku perbuat selain tertunduk malu.
"Lagian kamu sih" ucapku berbisik pada Abyan.
"Ya, ya maaf. Namanya juga baru nikah..." ucapnya tanpa rasa bersalah sama sekali. Ya allah, gini-gini dia suamiku juga. Eh? 😐

***

Senja sore ini begitu indah. Dan aku berharap keindahan ini tak hanya sementara. Resepsi pernikahan aku dan Syahifa kini di mulai. Kami duduk di atas kuade berdua. Ya allah, sungguh aku tak percaya bahwa ternyata penantianku selama ini tidak sia-sia. Para undangan sudah mulai berdatangan. Aku melihat seseorang yang sangat berpengaruh untukku. Ia datang menghampiriku dan Syahifa.
"Abyan, saya selaku ayah dari Farhan ingin minta maaf sama kamu dan Syahifa. Sungguh saya benar-benar tidak tau apa-apa soal masalah ini. Dan saya...." iya Pak Kyai Abdurrohman, selaku guruku di pondok pesantren dan sekaligus ayah dari Farhan memang sengaja aku undang. Aku sama sekali tidak membenci Pak Kyai, meskipun beliau adalah ayah dari Farhan. Sekalipun Farhan, aku sama sekali tidak membencinya.
"Sudahlah Pak Kyai. Yang lalu biarlah berlalu. Saya sudah memaafkan Farhan. Dan saya yakin, Syahifa pun demikian" aku melihat ke arah Syahifa, dan ia pun mengangguk. Kulihat wajah Pak Kyai seperti menanggung beban atas perbuatan Farhan.
"Tidak apa-apa Pak. Saya juga sudah memaafkan Farhan" kini Syahifa juga ikut menimpali ucapanku.
"Terima kasih Syahifa, Abyan. Semoga rumah tangga kalian menjadi sakinah, mawadah, warohmah" ucap Pak Kyai yang di aminkan olehku dan Syahifa.

Semua tamu undangan kini saling bersalamam denganku. Termasuk teman-teman yang sudah ku undang.
"Eh bro! Selamat ya bro" ucap Yusuf sambil memelukku.
"Iya makasih ya udah mau dateng"
"Makasih juga udah mau bantuin aku nyelesaiin masalah aku" ucap Yusuf sekali lagi. Yang aku jawab hanya dengan senyuman.
"Udah gih makan sana. Ada soto tuh!" aku berusaha menggoda Yusuf.
"Kamu mah gitu ya. Dia emang gini fa, sukanya ngebully orang" ucap Yusuf pada Syahifa. Dan Syahifa hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Lah, lah. Udah sana..." aku mendorong Yusuf pelan, dan ia pun terkekeh. Namun tak lama kemudian, Yusuf berbalik badan dan kembali menghampiriku.
"Nah, sekarang mau apa lagi?" ucapku dengan nada sok ketus.
"Semoga cepat di beri momongan ya" setelah berucap demikian Yusuf langsung pergi ke tempat makanan sambil terkekeh. Aku melihat jelas pipi Syahifa yang tengah memanas akibat ucapan Yusuf tadi. Ini memberiku sebuah ide untuk menggodanya.
"Fa?" ucapku agak berbisik.
"Apa?"
"Jadi gimana?"
"Gimana apanya?" kini ia memandangku dengan tatapan kebingungan.
"Pengen punya anak berapa?" tentu saja kakiku sudah berhasil mendapat injakan kuat dari kaki Syahifa. Dan untung saja aku menutup mulutku dan tidak jadi berteriak.
"Aduh aduh, sakit" aku memekik kesakitan.
"Lagian kamu sih"
"Minta maaf sayang.." ucapku sambil menahan tawa.
"Mau aku injek lagi?" Syahifa kini memakai nadanya yang versi judes.
"Enggak enggak sakit" ucapku sambil meringis.

Ya allah terima kasih. Sungguh aku percaya bahwa keistiqomahan akan membawa pada keberkahan. Sekali lagi terima kasih ya allah, aku sungguh bahagia, atas anugerah yang telah Engkau berikan.

***

Assalamualaikum
Alhamdulillahi robbil 'alamin akhirnya ini cerita selesai juga. Terima kasih buat kalian yang udah memberikan vote dan komentar. Jazakallah khairan... 😊😚

Pesan saya sebagai author dari cerita ini adalah...
Jangan pernah ragu akan setiap doa-doa yang telah kalian panjatkan. Karena sungguh, Allah itu akan mengabulkan segala doa yang baik. Perihal jodoh, meski raga kalian sering bertemu namun tak pernah bertegur sapa, itu tak masalah. Yang penting sapalah ia dalam doa di sepertiga malam.

Thank you, and good bye... 😊

Stay Istiqomah ❤|✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang