BAGIAN 4

21 3 3
                                    

RIVANNA.

Udah berapa lama aku hanya berdiam diri didepan meja belajar sambil menatap pr bahasaku?!

Ahhh.. daritadi pikiranku tidak bisa tertuju ke-PR. Ada sesuatu yang mengganjal dipikiranku.

Ya, kejadian tadi pagi. Hm.. kira-kira apa ya yang buat Ryan jadi gitu? Tapi kalo yang aku liat-liat, dia gak begitu nakal kok. Dia baik, ramah, bertanggung jawab, ganteng pula...

Eh?

"Mck, kok aku keingat dia terus sih?" Decakku frustasi, lalu menyenderkan kepalaku kesandaran kursi meja belajarku.

Hffttt.. eh iya..

Aku teringat tadi siang sepulang sekolah, pak Aldian memberiku nomor handphone Ryan karena aku belum punya nomor handphone nya Ryan.

Aku segera mencari handphone ku yang sejak kemarin belum ku keluarkan. Ah, dapet. Tapi..

"Lho, kok hape ku mati sih? Ohh iya kan belum aku cas sejak kemarin. Duh dasar, vanna bego" gerutuku kesal sambil berjalan kearah saklar untuk mengecas handphone ku.

Setelah selesai mengecaskan hp, aku kembali duduk dikursi meja belajarku.

Aku melihat buku paket bahasa dan buku tulis serta pulpenku diatas meja belajar. Ah, aku benar-benar sedang tidak mood belajar hari ini.

"Apa aku tidur aja ya? Mana tau ntar pas aku bangun tidur aku udah mood belajar." Gumamku kecil sambil mengarah ketempat tidurku untuk tidur.

Aku mulai merebahkan diriku dikasur. Dan gak berapa lama, aku sudah berada dialam mimpi.

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

"Rivanna... bangun sayang... udah sore lho ini, mandi gih sana terus kebawah." teriak mama membangunkan ku. Aku masih belum ingin beranjak dari tidurku.

"Hmmm" gumamku mengubah posisi tidurku.

"Vanna. Bangun nak.. kamu ini lho, males banget jadi perempuan. Kamu itu udah gadis, harus pandai merawat diri, harus pandai mengatur jadwal bangun tidur. Jangan males-malesan gini. Kalo kamu males kayak gini, gak akan ada cowok yang mau ngelirik kamu. Ayo bangun, Vanna.." cerocos mama saat melihatku tidak ingin beranjak dari tidurku.

Aku menutup kedua telingaku dengan bantal.

"Mama cerewet banget sih. Bentar lagi lah ma, masih ngantuk tau." Gerutuku kepada mama.

"Yaudah, padahal kamu dibeliin oleh-oleh makanan korea dari seseorang. Mama makan aja ah, makanan koreanya." Ujar mama sambil berlalu keluar kamarku. Sontak, mataku terbuka.

"Makanan korea?! Aaaa mama, jangan dimakan dong." Teriakku sambil bergegas keluar kamar menuju ruang dapur.

Aku langsung mengecek lemari dapur.

Ah bener rupanya. Ada berbagai macam makanan korea. Huft, syukurlah belum dimakan sama mama.

Btw, Aku ini cewe penikmat segala yang berbau "korea" guys, jadi maklumin aja ya hehe.

Karna begitu tergiur, aku langsung mencoel makanan itu lalu memasukkannya kedalam mulutku.

"Eh, makanannya kok dicoelin gitu sih, dek. Gue kan mau juga." Ujar seseorang lelaki bersuara berat. Aku yang mengenal suara itu pun langsung menoleh ke asal suara.

"BANG VANNO?!"

"Yee, biasa aja kali. Gausa teriak gitu, budeg kuping gue." Katanya sambil berjalan mendekatiku lalu memelukku. Dia, abangku, Rivanno.

"Aaa abang" aku bermanja ria dipelukan abang kesayanganku.

"Lho, abang kapan datengnya? Kok Vanna gak liat abang ya dari tadi siang?" Tanyaku ke abangku itu.

My Sweety BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang