5. Tawuran

105 18 3
                                    


warning typo. 

"Lex lo gak apa kan ke atap sekolah sendirian? Gue gak enak nih ninggalin elo, Lesta gak bisa jemput lagikan?" Riri berjalan bersampingan dengan Alex menatap tidak enak pada Alex yang kini mengutak-atik kamera. Alex tersenyum sambil menepuk bahu Riri teman Ekskul fotografi.

"Yaelah santai aja lagi. Nyokap lo lebih penting dari barang diatas atap. Gue bisa mesan Ojol kok. Cepetan lo balik sana, jangan khawatirin gue." Alex menggerakan tangannya mengusir Riri untuk segera balik kerumah. Riri sempat terdiam lalu mengangguk dan berlari meninggalkan Alex yang berjalan di selasar kelas.

Alex melihat jam di pergelangan tangan menunjukan pukul lima sore. Ia baru saja selesai rapat ekskul fotografi. Dan ini sudah memasuki tiga kali rapat setelah satu minggu dia bersekolah. Alex sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya sekarang baik dirumah maupun di sekolah. Ia juga sangat senang karena teman sekelasnya terutama perempuan sangat baik padanya, berkat bantuan Lesta juga Alex mudah beradaptasi. Karena Alex merupakan orang yang tidak suka berdadaptasi. Dan ketika Lesta menjelaskan tentang ekskul apa saja yang ada di SMA Kasturi Alex langsung meminta mencarikan ekskul Fotografi yang untungnnya di SMA Kasturi ada klub Fotografi.

Klub fotografi terdiri dari limabelas anggota tergabung kelas dua dan kelas satu. Kelas tiga tidak lagi aktif, karena harus fokus untuk ujian. Ketika Alex mendaftarkan untuk menjadi anggota, ternyata klub fotografi juga sedang menjalankan rapat untuk penyelenggaran pameran fotografi yang diadakan sekitar dua bulan lagi untuk memeriahkan ulang tahun sekolah. klub fotografi memerlukan orang untuk menjadi PJ dalam ulangtahun sekolah, maka ketika alex mendaftarkan ia langsung diterima.

Hasil rapat, masing-masing dari anggota menyumbangkan dua foto untuk ditampilkan pameran. Reo ketua klub mengatakan tidak menentukan tema jadi seluruh anggota cukup lega karena tidak dipusingkan dengan batasan tema.

Alex terus berjalan menaiki tangga sambil memegang kamera film yang dibawa. Hari ini ia membawa dua kamera karena akan mencari objek foto menggunakan kamera DSLR dan Kamera Film. Tadinya ia akan memotret menggunakan Kamera Film tapi Alex baru sadar bahwa roll film sudah habis, dan ia tidak mempunyai stok yang biasanya selalu ada disediakan di dalam tas.

"Kayaknya ntar malem minta anterin Bang Sarfin aja deh untuk beli Roll Film." Ucap Alex dan baru sadar bahwa ia sudah berada di depan pintu Atap sekolah. Dengan cepat ia membuka dan berjalan keluar. Terpaan angin sore membelai halus wajah dan rambut pendek Alex. Alex mengedarkan pandangan mencari tas kamera milik Riri yang dijemur temannya itu diatap sekolah karena basah terkena jus di kantin. Ketika benda yang dicari sudah tertangkap mata, Alex segara berjalan dan mengambil tas kamera memasukkan ke dalam tas bersamaan dengan memasukan kamera filmnya.

Bunyi lonceng terdengar menandakan semua siswa sudah harus meninggalkan sekolah. Dengan langkah cepat Alex menuruni tangga. Sesampainya di depan gerbang Alex mengambil ponselnya untuk memesan ojek online.

"Yaelah pakai mati lagi nih Hp!" rutuk Alex memasukan kembali ponsel ke saku celana karena baterai ponselnya habis. Lalu memutuskan berjalan kaki hingga kerumah- jika tidak menemukan angkot.

Alex berjalan sambil mengeluarkan kamera DSLR dan berbelok menuju pertigaan sekolah. Mata Alex membulat ketika melihat tak jauh dari tempatnya berada terdapat beberapa siswa berlari kearahnya membawa kayu ditangan. Wajah Alex memucat dengan kaki yang terpaku di tempat ia berdiri. Jantung miliknya berdetak dengan sangat keras.

"WOI LARI DARI SITU CEPETAN!" teriakan nyaring terdengar di samping Alex. Alex menoleh mendapati murid sekolahnya menggunakan masker meloncat dari pagar sekolah membawa tas beserta tongkat baseball.

KenaitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang