"Mendingan gue balik aja ya? Atau nggak bujuk Ayah lagi buat sewa apartemen aja? ANJIR! Gimana nih! Masa iya gue tinggal sama Lima saudara beda ibu!"
"Kalau mereka nyiksa gue gimana? Gue dijadiin babu? OH GOD!"
Alex menggaruk kepala tertutup kupluk dengan frustasi memikirkan opsi lain dari keputusan yang ayahnya berikan. Sekarang ia sedang berada di depan rumah minimalis tempat opsi yang dipilih walaupun dengan terpaksa. Itu semua karena Ayah Alex, Gili yang akan menetap selama kurang lebih satu tahun di Jerman untuk mengambil S3 disana.
Jadi Alex yang sebelumnya tinggal bersama Ibunya diusir secara paksa karena dirinya dibenci oleh ibu sendiri, drama? Memang! pikir Alex. Venna ibu Alex sudah bercerai dua bulan yang lalu dengan Gili. Orang tua Alex bercerai dikarenakan Venna ibu Alex ketahuan selingkuh, dan ayahnya tidak bisa mentolerir sikap Vennna terlebih lagi Venna sedang hamil tiga bulan.
Buset!
Ya itu adalah respon pertama ketika mendengar perkelahian kedua orang tuanya, dan ibunya mengaku dengan lantang tanpa rasa bersalah. Dari kecil Alex tidak dekat dengan Ibunya, karena Ibunya sangat sibuk dan ia hanya dekat dengan Gili. Saat mendengar perceraian dilayangkan Gili, Alex tidak merasakan kekecewaan terhadap keputusan ayah maupun ibunya. Perasaanya sangat lempeng, dan Alex hanya memberi respon kepada tentang perceraian orang tuanya adalah "Jadi aku tinggal dengan siapa?"
Selama sebulan setelah perceraian Alex tinggal bersama Venna, namun di bulan berikutnya ia benar-benar di tendang layaknya mahasiswa nunggak bayar kostan lima bulan di dekat rumahnya. Tidak diizinkan untuk datang kembali ke rumah Venna. Tapi ia masih beruntung, jika mahasiswa kos yang didepak di dekat rumahnya itu barangnya di lempar ke jalanan, barang Alex tidak. Venna memberi waktu dua hari untuk mengambil barang milik Alex. Lebih dari waktu yang ditentukan akan dijual.
Jadi Alex menelpon Gili untuk menolongnya yang ternyata sedang berada di Jerman. Dan Gili sangat sibuk hingga ia memberikan dua opsi kepada Alex, untuk tinggal bersama lima saudara tirinya, atau ikut Gili menetap di Jerman selama sekitar dua tahun. Alex sempat menawarkan ayahnya untuk menyewa apartemen dengan menambah uang tabungannya yang selama ini ia simpan. Namun Gili menolak karena Alex akan berada di luar pengawasannya. Jadi dengan tegas meminta memilih dua pilihan itu. Alex tidak mempunyai pilihan dan Alex terpaksa memilih tinggal bersama kelima saudara tiri yang tidak pernah ia temui. Ralat. Tidak ingin ditemuinya, karena ia sangat malas harus beradaptasi jika pindah ke Jerman.
"Akh!! Apa gue telpon Biru aja ya, nginap dirumahnya? Tapi kalau gue bawa barang sebanyak ini gue dikira minggat sama om dan tante. Jadi gimana?!"
Alex tidak memperdulikan orang-orang di komplek tempat saudara tirinya yang melihatnya dengan tatapan penuh tanda tanya. Yang diperdulikannya adalah apa yang terjadi jika masuk kedalam rumah ini.
Pintu garasi terbuka dengan keras, membuat Alex yang tadinya membelakangi rumah tersebut menoleh mendapati seorang cowok memakai baju basket menatapnya. Cowok tersebut terdiam lalu menyipit mengawasi dengan sangat mengerikan.
"Elo Alex?" Tanya cowok tersebut, Alex membenci tatapan cowok tersebut, dan melihat pergerakan mencurigakan Alex segera memegang kopernya dengan erat dan siap berlari. Namun belum sempat ia mengambil langkah untuk berlari kedua lengannya dicengkram erat oleh dua orang kembar, yang entah darimana datangnya.
"Lo Alex? Jangan kabur. Kita semua udah nunggu elo di dalem tiga jam yang lalu." Alex menelan ludahnya dengan susah, ia melirik empat cowok sudah berada di dekatnya, dua orang membawa koper, dan tas jinjingnya- yang membawa tas jinjing masih menggunakan celemek- beserta dua orang kembar memegang lengannya erat. Alex tidak bisa kabur. Jadi ia cuman bisa mengikuti langkah saudara tiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenaito
OverigSarfin Andry Kenaito (Jaksa): Kata Ayah kita bakalan kedatangan saudara lagi. Namanya Alex. Vinoto Ray Kenaito (Pemilik Kafe): Yaelah cowok lagi adek gue. Dia pandai masak gak? Ogah gue punya adek malas masak lagi. Gue mulu yang masak. Arka Daniel K...