Sorry - Aty Kreasi

133 9 26
                                    


"Ini buku-bukumu, lain kali kalau mereka kembali menyerangmu pukul saja pakai sepatu!" ujar seorang pria yang tak dikenal seraya menyodorkan setumpuk buku pada Stella. Senyum pria itu sangat lebar dan khas, cukup untuk menarik puluhan mata gadis agar terkunci oleh pesonanya.

Stella yang masih kaget gara-gara bully-an teman sekelasnya kini sulit berkata-kata bahkan untuk membalas senyum pria itu pun rasanya kaku.

"Kau tidak apa-apa?" tanya pria itu lagi seraya mengibaskan tangannya di sekitaran wajah Stella.

"Ah, ya.. t-tidak apa-apa," jawab Stella pada akhirnya. "T-terima kasih."

"Sama-sama. Lain kali, jangan diam saja kalau mereka berbuat yang tidak-tidak padamu! Wanita juga harus tegas!"

Stella mengangguk seraya tersenyum haru. Rasanya, ia sangat kagum dengan sikap baik hati dari pria di hadapannya. Akhirnya, Stella pun memberanikan diri mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman dengan si pria. "Errmm... namaku Stella dari kelas X.3, namamu sendiri siapa dan dari kelas mana?"

Baru saja si pria hendak menerima uluran tangan Stella, tiba-tiba ponselnya berdering dan mengharuskan si pria untuk meninggalkan tempat itu. "Aku ke sana, ya... sampai jumpa!" Pria itu setengah berlari setelah mengucapkan salam perpisahan pada Stella.

Stella melambaikan tangannya walaupun si pemuda tak menengoknya kembali. Yang Stella rasakan saat ini adalah... mungkin jatuh cinta. Cinta pandangan pertama lebih tepatnya.

Semenjak saat itu Stella selalu mencari tahu siapa pria dengan senyuman khas itu, dengan hati sebaik itu? Karena bahkan namanya pun ia tak pernah tahu.

KRING KRING KRING!

Alarm pukul delapan pagi menggema, Stella terbangun dari tidurnya dengan mimpi yang sama seperti hari kemarin. Ya, mimpi tentang ingatannya pada sosok pemuda penyelamat 8 tahun silam. Mimpi itu kerap kali muncul seminggu belakangan ini, namun Stella tidak menganggap itu pertanda apa pun. Baginya mimpi cuma bunga tidur, cuma ekspresi dari apa yang sedang ia rasakan. Mungkin Stella merindukan pria itu lagi? Bisa jadi.

Dengan wajah kasurnya, Stella mematikan alarm di ponselnya dan setelahnya ia membaca sebelas pesan dari Dani-kekasihnya. Tunggu? Sebelas pesan? Bukan hanya pesan, bahkan Dani sudan menelponnya sebanyak 17 kali?

-Stella, jangan lupa jam setengah sembilan kita harus melunasi sewa gedung, loh.

-Sayang?

-Sayang, usahakan jangan telat, kalau telat keburu di pesan sama orang nantinya.

-Stella aku udah di jalan.

-Aku jemput kamu sekarang ya?

-?

-Hey, awas telat. Soalnya jam sembilannya kita harus ambil undangan juga.

Dan sebagainya.

"STELLA, DANI UDAH JEMPUT DI LUAR!" teriak ibu Stella dari ruang tengah.

"IYA MA, AKU SIAP DALAM 15 MENIT!"

Oke, Stella janji hanya 15 menit.

***

"Bahkan sampai dua tahun kita berpacaran kau tak pernah mau menemaniku saat balapan!" Dani menatap sekilas wajah Stella yang malah sibuk dengan ponselnya. Mereka baru saja selesai dari percetakan dan tengah dalam perjalanan pulang. "Hey, aku bicara padamu!" serangnya sambil mengangkat dagu Stella agar menatapnya.

"Kau fokus menyetir sajalah! Nanti salah jalur dan kita bisa celaka!"

"Jawab dulu!"

"Aku takut melihat balapan, dan aku tak suka kalau melihatmu harus jatuh dari motor. Aku sudah ucapkan itu berkali-kali, Dani!"

[Event] The Wonderful Of SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang