[Friday, 11 June 2010]
"Myungsoo-ya, untuk sementara kau akan tinggal di Jeonju."
Terdengar sebuah suara yang menginterupsi lamunan sosok pemuda yang kini sedang asyik menatapi pemandangan jalan. Sorot matanya nampak kosong, seperti sedang memikirkan sesuatu yang tak menentu. "A-ah," pemuda yang dipanggil dengan nama 'Myungsoo' itu sedikit terkejut. Lamunannya seketika buyar terpecahkan oleh suara dari wanita yang selama ini merawatnya. "Apakah eomma akan pergi lagi?" suara serak pemuda itu melontarkan sebuah pertanyaan simpel. Pertanyaan yang terdengar seperti sebuah pengharapan.
"Maafkan Eomma, Myungsoo-ya." Seperti yang diperkirakan Myungsoo, ibunya tidak akan tinggal bersamanya di area asing ini. "Untuk sementara kau akan tinggal bersama Jang Imo, baik baik ya dengan anaknya." Lanjut Kim Myungja, berusaha mengalihkan topik. Bahkan tidak menyebutkan penyebab kenapa Myungsoo harus menetap di Jeonju. Rasanya sudah seperti dibuang saja-Ah iya, jika boleh berkata sarkas, Myungsoo memang sudah dibuang sejak kecil. Tidak ada yang sudi mengurusinya, ataupun mendengarkan kisah kasih di sekolahnya. No one gives a shit about him.
Sekarang usia Myungsoo sudah mencapai usia remaja yang sebentar lagi akan beranjak ke usia dewasa. Dan dia akan dikuliahkan disini bersama dengan anak dari Jang Imo, Myungsoo sudah mengenal siapa dia. Tapi itu bukan urusan pemuda tampan yang satu ini, Myungsoo sama sekali tak memperdulikan hal seperti itu. Yang ia tahu, ia akan terpisah kembali dengan ibunya. Untuk ke sekian kalinya.
Shit, mengapa ibunya gemar sekali meninggalkannya?
Setelah menempuh perjalanan selama 2 jam, akhirnya mobil sedan keluaran 80-an itu tiba di depan rumah desain minimalis dengan banyak tanaman bunga di pekarangannya. Nampak banyak sekali pohon yang tumbuh subur di depan rumah itu. Nuansa perdesaan yang sangat kental juga dapat dilihatnya dari rumah itu sendiri. Warna terang dan asri mendampingi warna tanaman yang menghiasi pekarangannya.
Dekorasi rumah yang indah, komentar Myung Soo dalam hati.
"Jja, kita sudah sampai." Ujar Eomma Myung Soo yang baru saja mematikan mesin klasik mobilnya. Wanita paruh baya itu nampak berjalan keluar dari mobilnya, meninggalkan kursi panasnya setelah membuka pintu mobil. "Ayo turun, Myung Soo-ya." Ajak Eomma Myungsoo yang entah sejak kapan berdiri di sekitar pintu tempat duduknya.
Pemuda Kim hanya mendesah kasar, membuka pintu mobil sembari menenteng tas ransel yang berisikan barang barang pentingnya. Pemuda itu berjalan mengekori ibunya yang sudah memasuki area pekarangan rumah itu. "Shin Jae-ya.." Myung Soo mendengar ibunya sedang memanggil seseorang dari dalam rumah, seperti memanggil orang yang jelas jelas lebih muda darinya.
"Aigoo, ternyata kalian sudah datang.." sapa wanita yang disapa Shin Jae lembut ketika membuka pintu rumahnya. Myung Soo tidak teralu memperdulikan reuni keluarga yang sedang terjadi di depan rumah, tetapi ada sesuatu yang baru saja mencuri perhatiannya.
*
*
*
Masih di saat yang sama, Myungsoo mendapati sosok pemuda misterius berpayungkan payung transparan. Berdiri sendirian di sekitar pagar rumah orang lain. Sosok itu seperti sedang memperhatikan sesuatu. Sesuatu yang berada di sekitar Myungsoo?
Tiba tiba terlintas ide iseng dalam benak Myungsoo. Pemuda yang menggemari warna hitam itu kini menatap lekat pemuda misterius tersebut. Dalam dunia fotografi, Teruna surai hitam legam terebut berani menyimpulkan kalau pemuda itu dapat menjadi sosok yang dapat menjadi model dadakannya. Dengan pergerakan yang cepat, Myungsoo sudah mengeluarkan kamera DLSR miliknya dari peraduannya.
Ketika ia sedang mencoba untuk membidik pemandangan itu, ditemukannya sebuah keanehan yang misterius. Sebagus apapun kualitas kameranya, ia tetap tidak dapat memfokuskan kameranya pada bagian wajahnya. Hanya terlihat 'blur' pada bagian wajahnya saja saja, seperti pemuda tak berwajah. Sepandai pandainya lensa kamera, Kim Myungsoo belum pernah menemukan object yang aneh seperti ini. Seperti hal yang tabu saja, ia tak bisa melihat wajah sang pemuda. Sudah berapa kali ia memutar mutar lensa kameranya, mencari titik fokus yang tepat.
"Mwoya ... " pemuda Kim bergumam kecil, menurunkan kameranya-berusaha memastikan pandangannya sendiri dengan pandangan kameranya. Semakin lama semakin kesal dibuatnya, Myungsoo menampakkan rasa kecewanya pada wajahnya. Dengan dingin dia mengatakan : "Ah, aku tidak peduli dengan wajahnya." Dan akhirnya ia membidik potretnya.
'Blush!'
Seketika pemuda itu menghilang dari presensi semulanya, tiba tiba sekumpulan kupu kupu datang mengerubunginya tanpa sebab yang jelas. Berterbangan mengintarinya, tanpa memberi tanda tanda akan berhenti. Serangan kupu kupu itu benar benar merusak kegiatannya, kegiatan untuk memperhatikan pemuda aneh di depan sana. Tak ingin mendapat serangan yang lebih parah lagi dari ini, akhirnya Myungsoo memilih untuk mundur dan melarikan diri dari area tempatnya berdiri.
"Menyingkir kalian semua!" seru Myungsoo yang segera melarikan diri memasukki rumah yang pintunya masih dalam kondisi terbuka lebar, rombongan kupu kupu itu terus berterbagan mengejarnya. Seakan akan tak akan berhenti sebelum Myungsoo berhasil mereka serang, namun menurut tampilan fisiknya, kupu kupu itu sama sekali tak bisa menyerang ataupun melukai seseorang.
Setelah dirasa aman dengan memasuki area rumah, pemuda Kim itu segera menutup pintu tersebut bak orang yang dikejar kejar setan. "Ada apa Myungsoo-ya?" Tanya Jang Imo memecah keheningan diantara mereka. "Aniya, sepertinya aku butuh istirahat ..." Myungsoo berjalan gontai menuju kamar kosong yang diasumsikannya sebagai kamarnya. Toh dia juga sudah sering berkunjung disini-pada setiap musim panas, dia hafal betul kalau dia akan ditempatkan pada kamar tamu. Tepat di sebelah gudang yang kerap kali membuatnya mendengarkan suara aneh. Seperti suara seseorang yang tengah tersiksa akan sesuatu.
"Sepertinya Myungsoo akan beradaptasi dengan baik disini," ujar Eomma Myungsoo antusias, senyumannya merekah luas begitu Myungsoo memasukki rumah dengan sendirinya. Tanpa menelusuri lebih lanjut jalur pemikiran Myungsoo. Biasanya Eomma Myungsoo selalu membujuknya jika sedang mengajaknya ke rumah saudara ataupun rumah yang sekiranya asing baginya. " Kutitipkan Myungsoo padamu, ya."
***
Belum genap sehari disini, Myungsoo menemukan hal yang aneh disini, satu hal yang berbeda dari kunjungan kunjungannya sebelumnya di rumah ini pada setiap liburan musim panas. Pemandangan asing dari orang baru yang dilihatnya. Pemuda tanpa wajah itu mulai mengganggu pikirannya. Sedikit tidak sabaran, Myungsoo menarik tas ranselnya-mencari cari benda pusakanya.
Tidak ada yang aneh dengan area di sekitar pemuda itu, hanya saja wajahnya terlhat tidak fokus. Dan badannya masih terlihat jelas, dengan kemeja putih beserta jeans berwarna biru. Bisa dikatakan orang itu cukup stylish dengan gaya agak jadul-nya. Serius, bagi Myungsoo gaya berpakaian seperti itu bukanlah gaya gaya yang cocok dengan anak anak jaman sekarang. Myungsoo sedikit memiliki pemahaman akan fesyen, walaupun mayoritas dari semua pakaiannya itu berwarnakan gelap.
"...." Myungsoo hanya terdiam memandangi hasil bidikannya, entah apa yang membuat kameranya mendadak tidak bisa fokus. Apakah ia harus membeli lensa baru lagi?
"Myungsoo-ya! Makanan sudah siap!" pemuda Kim meletakkan kameranya di atas ranjangnya, berjalan menuju ruang makan rumah Jang Imo. Tanpa pemuda itu sadari, layar kamera yang ditinggalkannya itu menunjukkan perubahan yang aneh. Sekarang kamera itu sudah sukses menunjukkan wajah dari pemuda misterius itu. Wajah oval tegas dengan surai hitam yang berantakkan akibat tertiup angin, dan gigi taring lancipnya yang terlihat bersama dengan senyumannya ketika menyentuh permukaan batang pohon tersebut. Namun hal itu hanya berlangsung beberapa detik saja sebelum berganti kembali ke gambar aslinya.
to be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tree : Boy In Wonderland
FanfictionCerita ini menceritakan kisah dari Kim Myungsoo dan pemuda yang mengaku bernama Woosan. Diam diam pemuda yang bernama Woosan itu memiliki sebuah rahasia yang tak terduga. Apakah itu? 🌿🌿🌿 Fanfic ini sempat dipost pada tahun 2018, kemudian sama a...