= Episode 5 =

37 6 1
                                    


***

Ayahnya, Nam Woohyun dan hutan terlarang.

Mengapa ketiga hal itu berkaitan satu dengan yang lainnya?

Terjadi sebuah kekacauan dalam otak Myungsoo, otak cerdasnya mendadak berjalan tersendat. Seperti jalan raya yang sedang mengalami kemacetan total. Ia tak bisa mencerna semua ini. Dan siapa itu Woosan? Ia harus menanyakannya secara langsung ke pemuda aneh yang satu itu. Disamping itu, dia juga memerlukan kesaksian dari ayahnya. Mungkin saja kekacauan ini saling berkaitan satu sama lain.

Pertama tama, siapakah yang harus dihadapinya? Ayahnya sendiri atau Woosan?

Mungkin ia harus menanyakannya ke Woosan terlebih dahulu, seputar 3 hal tersebut. Yakni tentang Ayahnya—Kim Sunggyu—, Nam Woohyun dan Hutan terlarang. Karena ia menemukan pohon yang bertuliskan nama Nam Woohyun, maka dari itu Myungsoo dapat menyimpulkan kalau hal ini saling berkaitan. Ia butuh petunjuk yang lain.

***

[ Back sound : INFINITE – Why Me ]

Seperti yang telah direncanakannya sebelumnya, ia berniat untuk mengunjungi Woosan. Saat ia akan mengunjungi tempat yang biasa dijadikan tempat pertemuan mereka. Myungsoo malah menemukan sosok pemuda asing disana. Pemuda itu sedang memandangi pohon besar yang berkaitan dengan misteri yang sedang diselidikinya. Sekilas dia mirip dengan Woosan jika dilihat dari belakang, ketika ia akan menyapanya, Myungsoo malah mendengar sederetan gumaman yang tak sengaja didengarnya.

"Kim Sunggyu memanggilku? Pasti dia memanggilku, dan kuharap itu benar. Tapi dimana dia?" pemuda itu nampak kebingungan, caranya bergerak dan bertingkah juga agak berbeda dengan biasanya. "Aku tidak melakukan pelanggaran kan? Sunggyu hyung, tolong datanglah dan jelaskan padaku." Jemari panjangnya menyentuh permukaan kasar pohon tersebut, pohon yang sangat berkaitan erat dengannya.

"Nam Woohyun." Myungsoo menyebutkan nama itu, tak bermaksud memanggil, namun seseorang yang berdiri di depan sana menolehkan kepalanya—seperti merasa terpanggil oleh seseorang. "Eoh? Woosan?" Betapa terkejutnya dia ketika ia mendapati sosok teman dekatnya disana, merespon Myungsoo yang baru saja menyebutkan nama orang yang selalu disebutkan oleh ayahnya kemarin malam. Woosan itu Woohyun?

"Myungs—Momo-ya!" Woosan mencoba memanggil Myungsoo yang baru saja memergokinya. "Ternyata kau mengingat namaku dengan baik, Mengapa kau terus memanggilku dengan nama itu?" mata Myungsoo terasa memanas, terasa dibohongi oleh pemuda yang selama ini menjadi temannya. Ia mendengarnya dengan baik, dia hampir saja menyebut namanya.

Karena aku tidak bisa menyebut namamu.

"E-eoh ..." Woosan agak terkejut mendengar reaksi Myungsoo yang seperti itu. Ia tak bisa tinggal diam dalam kondisi yang seperti ini. "Supaya kita bisa lebih akrab, maka dari itu aku memanggilmu dengan Momo." Woosan mencoba berdalih, mencari alasan agar Myungsoo tidak memaksanya untuk menyebut namanya. ".... tapi kita kan sudah akrab, mengapa kau masih memanggilku seperti itu?" tanya Myungsoo yang tak habis pikir dengan jawaban dari Woosan—Woohyun—yang terdengar tak masuk akal.

"Kau Woohyun, kan? Nam Woohyun?" Woosan akhirnya terpojok, dia tidak bisa mengelak dari pertanyaan Myungsoo. Myungsoo sudah berhasil menebak identitasnya. Bahkan tadi ia sempat menolehkan namanya ketika Myungsoo memanggil dirinya. Tidak ada pilihan lain selain mengalah. Dia putus asa.

"Memangnya kenapa jika aku benar benar Nam Woohyun?! Kau mau apa? Sudah kubilang aku ini bukan manusia," dia membiarkan ucapannya menggantung sejenak. "K-karena aku sudah mati." Kemudian suaranya terdengar bergetar. Isakan kecil juga mulai lolos dari bibir tebalnya.

"Dan aku dibangkitkan kembali oleh dewa hutan. Aku hidup seperti arwah penasaran, tetapi masih bisa terlihat seperti manusia pada umumnya." Lagi lagi bola mata pemuda itu berubah warna menjadi biru.

Warna biru, pelanggaran ringan.

"Dia ingin aku menyelesaikan penyesalanku. Tetapi aku tidak tahu dimana dia."

"Kim Sunggyu?"

Woosan mendongkakkan kepalanya cepat, menatap tajam Myungsoo dengan sorotan warna mata yang berwarna biru terang. Dia baru sjaa melakukan sebuah pelanggaran. "Apa yang kau tahu tentangnya? Pasti dia sudah hidup bahagia dengan istrinya, entah apa tujuannya untuk memanggilku seperti kemarin."

Dia mengetahuinya? Haruskah aku mempertemukan mereka?

"..... Pasti dia sudah melupakanku."

No, he wasn't

"Pasti dia sudah berbahagia, memiliki anak seperti seseorang pada umumnya."

Dia memang sudah memiliki anak, tapi dia tidak bahagia.

Apakah dia membuat kontrak itu karena dia tahu Sunggyu sudah punya anak atau belum? Apa motifnya untuk mengikatkan diri dengan kontrak seperti ini? Buat apa membuat kontrak untuk melindungi orang asing seperti Myungsoo? Ia tidak dapat berfikir lagi, rasanya sukar sekali untuk dipahami dalam waktu singkat.

Rasanya canggung sekali untuk berbicara dengan Woosan dalam keadaan yang seperti ini, ia belum pernah melihat Woosan yang berbeda seperti ini. Bahkan caranya untuk berbicara juga berbicara jauh. Kali ini dia terdengar seperti orang yang tersiksa akan sesuatu.

"Woohyun...-ssi." Agak canggung untuk memanggil orang yang /jelas/ lebih tua darinya secara banmal, maka dari itu dia menambahkan embel embel formal pada namanya. "Tidak usah memanggilku seperti itu, panggil aku seperti kau memanggil Woosan." Ujarnya dingin, tak suka dengan cara Myungsoo yang memanggilnya. "Kita bisa dihitung seumuran, karena umurku tidak bisa bertambah."

"Woo ... hyun?"

[ Song Ended ]

***

"Aigoo Myungsoo-ya... kemana saja kau hari ini?" seperti biasa, Jang Imo menyambutnya dengan sebuah pertanyaan. Wanita paruh baya itu terlihat asyik dengan cangkir teh dan beberapa buah biskuit yang tertata rapi di atas piringan melamin. Sepertinya ia tiba di rumah pada saat yang salah, ia baru saja mengganggu moment santai Jang Imo. "Aku baru jalan jalan." balas Myungsoo singkat, seperti biasanya, ia tak banyak bicara di dalam rumah. Situasi di dalam rumah menyulitkannya untuk menjadi seseorang yang talkactive.

Ia hanya bisa menjadi orang yang banyak bicara di hadapan Woosan—Woohyun—saja. Sebelum ia memasuki kamarnya, ia melontarkan sebuah pertanyaan. Sebuah kalimat tanya yang berkaitan dengan ayahnya. "Jang Imo, apakah kau mengenal Nam Woohyun?"

"N-Nam Woohyun?" wanita itu nampak tersentak ketika mendengar nama tersebut. Ia meletakan cangkir tehnya ke atas meja dengan tangan yang bergetar. "Darimana kau mengetahuinya?" tanya Jang Imo masih dengan raut wajah shocknya. "Ani— kemarin aku tidak sengaja mendengar seseorang meneriakan nama 'Nam Woohyun... Nam Woohyun....' saat aku akan tidur." Myungsoo mulai berbicara panjang lebar, bahkan ia menirukan apa yang ia dengarkan kemarin malam. "Jika aku boleh tahu, itu suara siapa ya?" kemudian ia mengakhirinya dengan sebuah pertanyaan.

"...." hening, tidak ada suara dari wanita itu. "Sepertinya aku tidak bisa menyembunyikannya darimu lebih lama lagi." Tiba tiba wanita itu bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke suatu tempat. Setelah mengambil beberapa langkah, akhirnya mereka tiba di ruangan gudang yang berada di sebelah kamarnya Myungsoo.

"Apapun yang terjadi, jangan pernah tanyakan dia sesuatu yang membuatnya tertekan." Ujar wanita paruh baya itu memberi peringatan awal. Seperti sebuah tutorial dalam sebuah game. Kim Myungsoo hanya mengangguk kecil pertanda mengerti. Kemudian pintu gudang itu terbuka lebar, menampakkan sosok pria yang sedang duduk meringkuk di ujung sana.

"Woohyun? Kaukah itu?" itulah pertanyaan pertama yang dilontarkan Kim Sunggyu setelah terkurung dalam gudang ini. Biasanya ia hanya menangis dan mengumamkan sesuatu yang tak dapat diterjemahkan. "Nam Woohyun...." Sunggyu bangkit dari posisi meringkuknya, mendatangi Myungsoo yang berdiri di sekitar daun pintu.

"Aku tahu kau akan menyelamatkanku disini, Nam."

"....." Myungsoo hanya bisa terdiam disana, ia tak tahu harus menghadapinya dengan kebenaran atau kebohongan. Tindakannya disini akan mempengaruhi keadaan ayahnya. Jika keadaannya semakin memburuk maka ia tidak dapat mendapatkan informasi.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Tree : Boy In WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang