= Episode 4 =

45 3 0
                                    


***

"K-kontrak? Apa maksudmu?" tak bisa dipungkiri kalau ia dipermainkan dalam kisah ini, ia berhadapan dengan orang yang membuat kontrak yang mengatasnamakan dirinya. Apa maksudnya? Apa yang membuatnya berkaitan dengan semua ini. Seketika kepala Myungsoo terasa pening karena situasi yang tak terduga seperti ini. Akhirnya sebuah pertanyaan lolos dari labia oris miliknya: "Mengapa kau lakukan ini?"

"Payung." Singat, dia menyebutkan kata yang sulit sekali membuatnya tenang. Woosan selalu merasa gusar setiap malam, memikirkan masa lalunya. Berawal dari payung hingga berteman baik seperti ini. Woosan benar benar seseorang yang misterius, bukan?

Meski jawabannya cukup rancu, Myungsoo memilih untuk tetap bungkam. Membiarkan sosok aneh itu bercerita. Mungkin ia akan menemukan jawabannya.

"Saat aku bertemu denganmu, aku merasakan kehadirannya." Woosan menatap tajam pemuda yang berdiri di hadapannya. Pupil matanya mengarah lurus ke arah pupil sang lawan bicara, mengunci pandangannya dalam sekejap. "Sang pemilik payung, rasa penyesalanku akhirnya terjawab sudah."

Sebuah penantian panjang yang buahkan sebuah jawaban. Woosan memilih untuk menjaganya karena berkaitan dengan seseorang yang belum jelas ada dimana.

"Maka dari itu aku membuat kontrak dengan dewa hutan untuk tidak mengusikmu, karena aku ingin melindungimu." Jeda, Woosan nampak begitu putus asa ketika mencoba menjelaskan situasinya. Sorot matanya seakan memaksa Myungsoo untuk mendengarkannya. "Jika aku tidak menyetujui kontrak itu, maka kau akan mati karena kondisimu yang ... sangat buruk pada saat itu."

Kondisi yang buruk? Apa yang terjadi. Bahkan Myungsoo sendiri tak pernah berada dalam keadaan sekarat seumur hidupnya.

Rupanya Woosan dan Myungsoo memiliki pemikiran yang berbanding terbalik. Woosan yang begitu putus asa dan Myungsoo yang menolak untuk mendengarkannya.

"Jawaban yang tidak memuaskan, ternyata mendengarkanmu hanya membuang buang waktu." Laki laki surai hitam legam itu berkata dengan dingin. Kim Myungsoo melengos pergi meninggalkan Woosan, acuh dengan penjelasannya.

"Bisa bisanya kau ... Menceritakan hal hal yang tak masuk akal begitu." Dia juga merasa tidak terima ketika mendengar Woosan memberitahukan kalau ia sudah membuat kontak perjanjian yang melibatkan dirinya tanpa sepengetahuannya.

"Sebenenarnya apa yang ingin kau sampaikan kepadaku, Woosan? Setiap kali kau berbicara selalu saja menyebutkan payung, payung dan payung!"

Melihat Myungsoo yang pergi begitu saja, Woosan hanya bisa menundukkan kepalanya kecewa dan mengumamkan kalimat terakhir yang belum sempat ia sampaikan. Dengan lirih.

"Tentu saja, aku menukarnya dengan sebuah kenyataan aku yang tak bisa disentuh manusia."

***

....

Kim Myungsoo merasa bosan disini, ia akhirnya memutuskan untuk berjalan jalan sejenak. Ia sempat merasa lelah untuk mendengarkan ocehan panjang lebar dari Woosan yang sama sekali tak dimengertinya. Ia tak akan pernah mengerti apa maksudnya. Kontrak? Yang benar saja. Selama ia masih bisa bernafas disini, Myungsoo tidak akan pernah mau repot repot berfikir ini hutan terlarang atau tidak.

"Tidak ada yang masuk akal disini!" pekik Myungsoo dengan suara cemprengnya. Cukup sudah dengan kebohongan berkepanjangan seperti ini. Ia hanya ingin mencari teman baru disini, bukan untuk mengonsumsi cerita cerita fiksi aneh seperti itu.

Karena itu bukan tujuannya datang kemari.

Ia hanya ingin menghabiskan waktu dengan Woosan. Entah kenapa, dia punya perasaan aneh ketika berhadapan dengannya. Seperti merasa berdebar debar ketika melihatnya melepas topeng.

The Tree : Boy In WonderlandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang