#2 Routinity

21 1 0
                                    

"Gaga, bangun 'nak! Nanti kesiangan!" teriak Ibun. Gary langsung bangun sambil manyun. "Gaganya lagi mimpi, Bun!" balas Gary lalu tidur lagi.

Di bawah, Ibun tertawa geli. Ibun jalan ke meja makan, membuka tudung saji yang keisi ayam goreng srundeng sama sayur asem.

Gary yang nyium aroma kesukaannya, langsung bangun dan lari keluar kamar. "Gaga 'udah bangun, 'Bun!"  Gary nyengir lebar ke arah meja makan. Ibun yang lihat itu, cuma geleng-geleng sambil ketawa kecil. Gary duduk di kursi dan berdoa tanpa disuruh. Melihat Ibun yang masih berdiri, Gary menatap Ibun. "Bun, boleh?" tanya Gary. Ibun ketawa lalu mengangguk. Gary langsung ambil piring dan menyendok nasi ke piringnya. Langsung mengambil ayam tiga potong dan makan dengan lahap. Ibun menahan ketawa.

"Ga, Ibun belum makan, lho." Ibun bercanda. Gary langsung berhenti makan. "Serius, Bun?" tanya Gary sambil mangap. Ibun tertawa lepas melihat ekspresi anaknya. Gary yang merasa dikerjain, langsung merengut kesal. "Ibunnnnnnn......."

---

Jody yang baru masuk kelas, langsung duduk di bangkunya dengan rusuh. Cowok itu mengacak-acak rambutnya. Ia menoleh ke arah Gary di sebelahnya. "Gar, mtk 'udah?" tanya Jody rusuh. Gary cuma menggeleng tanpa mengalihkan perhatian dari hp-nya.

"Terus kenapa lo santai banget 'sih, bagong?!" Jody makin rusuh. Gary menoleh. Cowok itu mengernyitkan kening. "Lo kenapa 'sih? PMS? Tumben banget nanyain PR." Jody merengut kesal.

"Ini gara-gara nyokap gue. Semalem gue diceramahin. Gara-gara nilai mtk yang jeblok mulu. Dan kalo nilai gue jeblok lagi uang jajan gue bakal dipotong dan nggak ada baso tahu sebulan!" Gary nganga.

"Yaelah, lebay lo 'nyet! Kan ada gue. Biasanya kalo nggak bawa duit juga lo minjem ke gue. Santai kali, mas." jawab Gary. Jody tersenyum lebar. "Makasih, sayang. I love you." Jody memeluk Gary yang dibalas tampolan di kepala Jody. "Jijik li 'nyet!" Gary mendorong Jody menjauh darinya. "By the way anyway go away, nanti malem ada trek. Lo ikut?" tanya Jody.

Gary mengedikkan bahu. "Motor gue lagi nggak ready." Jody mengernyit. "Lo lupa ada gue?" tanya Jody. Gary menoleh. "Boleh?" Jody menyeringai. "Asal hasilnya bagi dua, gue oke." jawab Jody. Gary memutar bola mata. "Bangke. Tapi, yaudah 'deh. Kayaknya seru hari ini." Gary berdiri dari kursinya. "Cabut, lah. Emang lo mau diem di sini dua jam pelajaran?" Jody menggeleng. Dua sejoli itu cabut dari kelas.

Gary duduk di lantai balkon sambil main hp. Jody tadi izin ke toilet sebentar. Tapi sampai sekarang nggak balik-balik 'tuh anak.

To: Jody
From: Gary

Nyet, lo di mana? Tega lo ninggalin gue.

Gary baru mau mengeluarkan rokok saat hp-nya bergetar.

To: Gary
From: Jody

Bagong, gue ditahan sama Pak Ari. Tolongin gue:(

Gary menghela nafas. Temannya yang satu itu nggak pernah jago dalam hal bolos. Ini bukan pertama kalinya 'tuh anak ketahuan bolos dengan cara yang miris. Ya, Gary juga sering ketahuan bolos. Tapi, nggak kayak Jody. Ketahuan bolos pas lagi beli cuanki Mang Amin, atau pas baru mau masukkin rokok ke dalam mulut, atau pas lagi pipis gara-gara Pak Ari salah masuk toilet, malah masuk toilet murid. Gary geleng-geleng kepala.

Karena solidaritas, Gary berdiri memasukkan hp ke saku celananya dan segera pergi. Kalau 'udah ketemu Pak Ari, tempat yang dijadikan tempat hukuman pasti nggak asing lagi. Perpustakaan.

Eighteen (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang