Yang kutahu ayah adalah asisten pribadi seorang direktur perusahaan terbesar di Indonesia. Atau sebut saja sekretaris pribadi direktur.
Ayah memang memiliki jadwal yang padat dan sering pergi lembur di luar jam kerjanya namun begitu tiap akhir pekan beliau selalu menyisihkan waktu untuk menghabiskan hari bersamaku di rumah.
Ibu ku meninggal 2 tahun yang lalu akibat kanker payudara stadium akhir.
Di rumah kami tidak memiliki asisten rumah tangga ataupun supir.
Aku sudah memiliki SIM dan tidak memiliki waktu untuk merusak rumah. Kurasa hidup berdua bersama ayah sudah membuatku bahagia.
Subuh tadi ayah berangkat tergesa - gesa. Direktur mengalami kecelakaan pesawat saat tengah berlibur bersama keluarganya di Maldive.
Siang ini semua channel TV menyiarkan berita kematian direktur dan istrinya. Anak laki - laki tunggal direktur berhasil di selamatkan walau tengah terbaring koma di rumah sakit.
Dapat kulihat ayah yang tengah sibuk mengurusi upacara pemakaman direktur dan istrinya.
Tanpa sadar airmataku mengalir hangat. Kehilangan seorang ibu telah kurasakan betapa sakit dan berat menerima kenyataan di tinggal oleh orang yang telah lama hidup bersama kita.
Aku tak tahu bagaimana reaksi anak laki - laki itu saat terbangun dari koma dan menyadari bahwa orangtuanya telah wafat.
Kring kring
"Halo"
"Rachel, kau sudah melihat berita ?"
"Iya, ayah baik - baik saja ?"
"Ya, ayah harus menyelesaikan beberapa masalah untuk kedepannya. Dan ayah rasa lebih baik ayah menginap disini. Ayah telah menghubungi Bi Teni kau bisa menginap disana untuk beberapa hari."
"That's okay, aku ingin di rumah saja"
"Ya, jaga dirimu baik baik."
"Ayah juga"
Pip
Kuhempaskan badanku ke kasur. Rasanya aneh mengingat banyak barang di rumah ini merupakan pemberian dari atasan ayah yang tak lain adalah direktur tersebut.
Dia dan istrinya beberapa kali pernah mengunjungi rumah ini.
Rumah kami sebenarnya tak terlalu kecil hanya saja ibu tak begitu peduli dengan seni arsitektur atau semacamnya. Dia hanya membeli perabotan yang sekiranya dibutuhkan dan cukup untuk kami tinggali.
Manusia benar - benar tidak mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya aku berharap anak laki - laki itu dapat melanjutkan hidup dengan baik.
....
2 minggu berlalu siaran di TV masih hangat membicarakan keadaan pasca tragedi kematian direktur dan istrinya terlebih anak tunggal mereka telah sadar dari koma. Permasalahan yang disiarkan membahas pengalihan kekuasaan dan saham, serta anak laki - laki itu.
3 hari yang lalu aku mulai tidur di rumah Bi Teni. Iseng saja karena Bi Teni sering menjengukku dan membawakan makanan yang tidak bisa kumasak di rumah dan aku ingin makan masakan Bi Teni lebih sering. hehehehe 😁
Bi Teni hidup berempat bersama suaminya dan 2 anak kembarnya Arkan dan Raka. Adik sepupuku yang sangat tampan dan menyebalkan. Terasa lebih ramai tinggal di rumah Bi Teni mengingat Arkan dan Raka adalah anak yang sangat aktif.
"Kak, apa kakak pernah bertemu dengan anak dari direktur itu ?"
"Sekali saat pesta ulang tahunnya sekitar 2 tahu yang lalu."
"Ganteng ngga?"
"Lumayan, tinggi dan cerdas."
"I see."
"Ada apa ?"
"Aku hanya membayangkan apa yang akan terjadi padanya mengingat bahwa dia adalah pewaris tunggal CN Group."
"Aku rasa semua orang juga penasaran akan hal tersebut."
Malam ini Bi Teni dan Mang Handi pergi menghadiri pernikahan sahabatnya. Alhasil aku bertanggung jawab akan 2 anak ajaib ini. Aku memutuskan membawa mereka makan diluar. Untung saja aku membawa my lovely pink swift ke sini.
"Ya ampun kak, aku kira yang pink hanya luarnya saja. Dalamnya pink juga."
"Hehehe sudahlah lagi pula ini bagus kok. Iya kan Raka ?"
"Bagus ? Mataku sakit tahu lihatnya."
Aku hanya terkekeh mendengar keluhan bocah kembar ini. Selesai makan malam aku mengajak mereka pergi ke taman kota mumpung besok hari minggu dan tidak bersekolah.
"Kakak punya pacar ?"
"Ngga."
"Jujur banget sih." Ucap Arkan mengejekku.
"Lagian Kan, mana ada sih yang mau sama nenek sihir bawel kayak Kak Rachel ini." Raka menambah bumbu sambil melirikku sinis.
"Oh jadi gitu. Ok kalian pulang sendiri. Bye."
"Ampun kak, kita kan Cuma bercanda iyakan Raka ?"
Raka hanya melengos malas dan membeli segelas coklat hangat. Raka adalah tipe cowok yang dingin dan tegas. Namun begitu dia bisa kumat dan berubah seperti adiknya Arkan. Mereka berdua memang aneh.
.....
"Rachel, ada yang ingin ayah sampaikan."
"Ada apa ?"
Malam ini special acara makan malam kepulangan ayah yang hampir satu bulan hanya menengokku sesekali dan selalu tidur di rumah sakit menjaga anak tunggal direktur.
Aku memasak beberapa menu seafood kesukaan ayah dengan resep keluarga yang telah diajarkan oleh Bi Teni.
"Tentang anak dari direktur, ayah tak mungkin meningalkannya sendiri. Direktur tidak memiliki keluarga lain. Jadi.."
"Jadi ?" Tanyaku penasaran, ayah tampak mengamati ekspresiku dan tersenyum.
"Kau tidak keberatan apabila dia tinggal disini kan ?"
"Apa ?!!" teriakku mendengar pernyataan ayah yang tak pernah kuduga sebelumnya.
Yang dulu ku bayangkan adalah anak laki - laki itu akan pindah keluar negeri untuk pemulihan mental atau apalah itu bersama keluarga besarnya yang tak kalah kaya.
Tapi apa ini ? Tinggal bersama kita di rumah kecil yang mungkin hanya sebesar kamarnya saja ?
"Ngga papa kan ?"
"Aku sih ngga papa, emang dianya mau Yah ?"
"Dia setuju. Dan ayah mau kamu jadi teman yang baik buat dia ya. Dia mungkin ngga ada masalah dengan mentalnya, dokter bilang trauma yang dia alami tidak begitu berat. Jadi ayah mau kamu hati - hati dalam berbicara dan bersikap ya. Jangan sampai mengungkit kejadian itu."
"Ya."