Part 2

6.3K 249 0
                                    

Sekitar jam 6 malam mobil alphard berwarna hitam sampai di depan rumahku. Ayah berjalan disamping seorang laki - laki. Ya itu anak tunggal direktur.

Sangat tampan dengan tubuh tegap tinggi, tersenyum kepadaku. Aku balas memberi senyum kepadanya.

Ayah megajak kami masuk dan makan malam bersama. Rasanya aneh sekali aku makan dengan sangat halus dan ini membuatku tidak nyaman.

"Hhm" Aku berdeham pelan meminta perhatian dua lelaki dihadapanku.

"Apa apa Rachel ?"

"Yah, aku tidak bisa makan seperti ini."

"Bukannya ini lauk favorit mu ?"

"Bukan itu maksudku Yah, ah rasanya aneh."

"Kau kenapa ?" Dia bersuara menatapku dengan sangat perhatian.

Tangannya masih memegang sumpit dan memakan pasta buatanku dengan sangat lahap.

"Apa masakannya enak ?" Tanyaku.

"Ya, enak sekali. Kau yang membuat ?"

"Ya."

"Lain kali aku akan mengajarimu, saus pasta ini terlalu asin." Ucapnya sambil menyipitkan mata seolah - olah rasa saus pastaku benar - benar asin.

Dengan gerakan cepat aku mengambil saus pasta dan memakannya dengan seksama. Asin ? Sungguh ? Ah tidak kok.

"Ayah apa saus pastaku asin ?"

"Ya ampun Rachel setiap orang memiliki selera masing - masing.'

"Ah, benar juga ya."

Selanjutnya aku memberi tatapan melotot pada laki - laki itu yang malah terkekeh melihat kelakuanku. Ya ampun dia tampan sekali.

....

Selesai makan kami bertiga duduk di sofa ruang tengah sambil menonton TV. Ayah meminta kami berkumpul untuk membicarakan beberapa hal untuk kedepannya.

Oh ! Apa yang akan aku alami selanjutnya ya ?

"Dion, paman memutuskan untuk menyekolahkanmu di SMA Harapan Bangsa. Bagaimana menurutmu ?"

"Tidak masalah."

"Paman melakukan ini setelah mempertimbangkan beberapa hal dan Rachel juga bersekolah disana. Akan lebih mudah untuk menjagamu."

"Paman tak perlu repot untuk menjaga dan mengawasiku. Rachel pasti sudah paham."

"Hey, aku bukan baby sittermu tahu. Jangan berlebihan deh." Ucapku sewot.

Ganteng iya, tapi narsis banget orangnya.

Ayah menatapku prihatin. Terserah lagi pula Dion tak akan menimbulkan masalah kan ? Aku harap begitu.

Paling hanya urusan dengan beberapa siswi centil yang akan mengganggu hari - harinya di sekolah. Dan aku harap tak akan ada masalah besar yang terjadi.

Dion tidur di kamar yang berhadapan denganku. Kemarin ayah telah khusus mendecor ulang kamar tersebut menjadi lebih manly. Mengingat itu adalah bekas kamarku dulu yang penuh dengan aksen pink.

....

Jam 4 aku langsung bangun dan mandi. Hello ini Jakarta jam 5 pagi paling tidak aku sudah berada di dalam mobil.

Why ? Macet, jam berangkat sekolah dan kantor pasti macet terlebih jarak rumah dan sekolah cukup jauh. Aku mengetuk kamar Dion tak ada jawab dengan hati - hati aku membuka pintu kamar.

Dia masih tidur dengan tenang. Apa semua laki - laki tidur dengan bertelanjang dada. Dion terlihat sangat sexy. Aduh. Apa yang kipikirkan sih ?

"Dion bangun ini sudah pagi"

"Dion bangun"

Kuguncang sedikit bahunya. Dia menggeliat sebentar dan mulai mengerjapkan matanya dan kaget melihatku.

"Hey ! Kenapa kau di dalam kamarku ?"

"Membangunkanmu. Cepat mandi dan membantuku masak di bawah. Jam 5 kita harus sudah berangkat sekolah."

Dia mengangguk paham dan segera masuk kearah kamar mandi. Pasti Dion tipikal laki - laki yang sering pergi ke gym dan peduli dengan penampilannya.

Lengannya sangat kekar juga punggung lebarnya. Ya ampun aku sangat malu sebagai seorang perempuan yang tak terlalu peduli dengan penampilanku.

Aku langsung berjalan keluar memasuki kamar mandi dan mulai mandi dengan cepat. Banyak yang harus kumasak hari ini. Mengingat harus menyiapkan bekal untuk kami bertiga.

Ayah selalu mengingatkanku untuk membawa bekal. Sekolahku bukan sekolah elit. Hanya sekolah swasta biasa. Namun begitu sekolahku merupakan salah satu sekolah terbaik di Indonesia.

Sekitar 20 menit dan aku langsung ke dapur mulai memasak. Dion sudah rapi dengan seragam sekolah SMA Harapan Bangsa, Menurutku dia adalah tipe cowok yang selau tampan memakai pakaian apapun.

"Apa yang bisa kubantu ?"

"Pecahkah telur itu, dan buat telur gulung untuk 6 orang."

"6 ?"

"Iya, 3 untuk sarapan dan 3 lagi untuk bekal."

"Ok."

Sekitar 20 menit masakan sudah jadi, bekal sudah siap. Ayah juga telah duduk manis di meja makan. Dion membantuku menata makanan di meja makan.

[DONE] The HeirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang