WINDU

941 39 3
                                    


Sejak kecil Windu (Angga Aldi) dan kakaknya Pandu (Rizky Nazar) tidak pernah terpisahkan. Pandu selalu ada untuk Windu dan selalu menjaganya. Begitupun dengan Windu yang sangat setia kepada kakaknya. Walaupun mereka tidak satu ibu tapi mereka satu ayah. Kedua orang tua mereka sibuk bekerja bahkan tidak pernah ada waktu luang untuk kedua anak-anaknya. Meskipun begitu Windu dan pandu sangat bahagia karena selalu menghabiskan waktu bersama seperti berkeliling ke hutan, menikmati indahnya puncak gunung, memancing di danau dan berteduh dirumah pohon. Sampai suatu ketika seperti biasa Pandu dan Windu setiap pulang sekolah selalu memancing ikan di danau dengan perahunya. Namun kali ini tidak biasa. Windu dan Pandu sudah berada ditengah danau dengan perahunya.

"Kamu tau gak dek, kenapa kamu kakak ajak kesini" tanya pandu

"Seperti biasa, memancing dan lalu membakar ikannya. Abis itu kita memakannya diatas rumah pohon."

Pandu menggenggam kedua tangan windu.

"Aku cinta kamu"

Windu keheranan dan sedikit geli mendengar kata-kata itu.

"Aku akan katakan ini pada Kasih"
Tambah pandu.

Hujan kemudian turun membasahi keduanya. Pandu memeluk Windu dengan erat. Air mata windu jatuh. Tapi Windu berusaha menyembunyikan rasa sedihnya. Hati Windu sangat hancur bagaimana jika pandu berpacaran dengan kasih. Bagaimana jika pandu meninggalkannya. Terlebih kebiasaan yang selama ini mereka lakukan.
Windu berfikir terlalu jauh.

"Maaf, aku gak bilang sebelumnya ke kamu kalo aku lagi deket sama kasih" pandu memegang kedua pipi windu yang sendu.

"Aku akan selalu bahagia kalau kakak juga bahagia"

Hati Windu seperti terbakar. Hujan semakin deras seolah ikut merasakan kesedihan windu. Perasaan apa ini. Windu juga bingung mengapa dia harus sebegitu sedih dan terluka mendengar Pandu akan menembak kasih. Windu hanya takut kehilangan kakaknya. Kakak yang sangat ia sayangi dan selalu ada untuknya. Hujan kemudian reda.

"Kakak boleh minta tolong sama kamu" menepuk bahu windu

Windu hanya menganggukkan kepala.

"Kamu kan paling jago membuat burung kertas dari origami. Kakak mau kamu membuat burung kertas berwarna putih sebanyak mungkin. Lalu kamu hias danau dan rumah pohon dengan origami itu."

Windu mengangguk menyanggupi.

"Oya kakak mau siap-siap dulu kakak mau beli hadiah buat kasih dan kakak akan menjemput kasih. Kakak akan menyatakan cinta kakak kepada kasih disini dan kamu harus menjadi saksinya."

Pandu kemudian mengayuh perahu agar menepi dan langsung meninggalkan Windu.

"Aku akan selalu menuruti semua maumu kak" windu menunduk

Windu berlari kearah rumah pohon dan menangis sejadi-jadinya diatas rumah pohon itu sambil sesenggukan. Windu benar-benar putus asa bagaimana bisa ia menyaksikan peristiwa itu. Sedang hatinya kacau hanya baru mendengar rencana pandu. Windu sangat menyayangi pandu dan tidak ingin kehilangannya.

Malam itu windu berhasil menyulap danau dan rumah pohon yang hening menjadi sangat indah. Karena Windu memang mempunyai jiwa seni yang tinggi. Windu pernah menjuarai seni melukis di sekolahnya.

Burung-burung kertas dari origami itu dibiarkan menjuntai dari atas rumah pohon ke bawah. Lampu-lampu berwarna putih juga turut mempercantik nuansa danau. Ada beberapa burung-burung kertas yang dibiarkan berserakan memperkuat seni itu sendiri. Ditepi danau ada sebuah lampu yang juga memperindah malam itu.

"Aku sudah selesaikan semua maumu kak. Dan aku tidak tahu bagaimana caranya menghadapi ini semua."

Windu kembali ke rumah pohon dan meneteskan air mata untuk kesekian kalinya.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DEMI NAMA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang