3.12 AM
Suara dengungan komputer menggerung mulus memenuhi ruangan. Menemani malam-malam Jihoon yang panjang seperti biasanya. Kalau urusan bergadang, jangan tanya, Jihoon lah pemenangnya. Pasalnya hampir dalam setiap waktu luangnya ia habiskan dengan mengurung diri di dalam studio kecil yang ia anggap sebagai kamar pribadinya itu.
Ahh... apalagi kamarnya di dorm harus ia bagi-bagikan kepada S.Coups, Jeonghan, dan Mingyu... maka studio kecil inilah satu-satunya tempat yang bisa Jihoon andalkan untuk menyendiri―yang mana sangat ia suka lakukan. Surga kecilnya.
Ironisnya... di surga kecil miliknya inilah ia juga merasakan tekanan yang besar, tekanan untuk terus berusaha sebaik yang bisa ia lakukan karena nasib Seventeen bergantung pada tangannya di sini. Namun, ia tetap senang memiliki surga kecilnya ini.
Kalau surga kecilnya Soonyoung... pastilah ruang latihan dimana ia membuat segala macam koreografi untuk Seventeen.
"Hoaaahm... sepertinya aku tidak bisa kembali ke dorm malam ini" Jihoon mengerjapkan kedua matanya dengan cepat, rasanya kering sekali karena terlalu lama menatap layar komputer sambil meng-arrange lagu yang sedang dibuatnya itu.
Tangannya yang seputih salju menggapai segelas kopi di sisi komputer dan mengeggaknya, "Ah, sial..." dibaliknya gelas kertas itu dan tidak ada satu tetes pun cairan yang jatuh. Tangannya menyugar rambut frustasi. Rasanya malas sekali untuk bangkit dari tempat duduknya.
Dengan perlahan Jihoon pun bangkit dan berjalan menuju tempat latihan dimana mesin kopi berada dengan kaku. Jihoon melangkah satu-satu seperti robot soak sambil berpengangan pada dinding. "Ahahha... rasanya seperti balita yang belajar berjalan saja"
Sebenarnya sudah berapa jam aku duduk di studio, sih?
Jihoon melihat cahaya yang membanjiri keluar dari ruang latihan menerpa lorong koridor yang gelap.
Tep. Tep. Tep.
Satu alis Jihoon terangkat heran. Masih ada orang rupanya...
Tangannya menggapai sisi pintu ruang latihan yang terbuka dan menemukan Soonyoung yang sedang bergerak lincah ditengah-tengah ruangan luas itu, tatapan tajam matanya terpaku kepada cermin besar dihadapannya sedangkan tubuhnya dibanjiri oleh keringat.
Jihoon berjalan dengan perlahan menuju mesin pembuat kopi sambil memperhatikan Soonyoung. Sepertinya Soonyoung tidak menyadari keberadaannya karena terlalu sibuk berlatih.
Setelah kopi selesai dibuat, Jihoon pun menjadi enggan kembali ke ruangannya dan memilih untuk menonton Soonyoung berlatih. Aroma kopi yang kuat membuka kembali indra perasanya sehingga rasa kantuk sedikit demi sedikit memudar. Jihoon pun berusaha merenggangkan tubuhnya dan tanpa sengaja menyenggol handphone di sisinya hingga jatuh.
Sontak, Soonyoung mengehentikan kegiatannya dan menoleh untuk menemukan Jihoon "Eh, Jihoonie, apa yang kau lakukan disini?" ujar Soonyoung terkejut.
Jihoon menatap Soonyoung yang kini berjalan menuju ke arahnya dan menjawab, "Seharusnya aku yang bertanya, Bodoh. Mengapa kau masih ada di sini? Selarut ini pula"
Diluar dugaan Jihoon, Soonyoung tertawa sambil membungkuk dan mengambil handphonenya yang jatuh. "Kata orang yang habis dari studio jam 3 pagi" dengan lembut soonyoung meletakkan handphonenya di sisi mesin kopi.
Mata Soonyoung yang berbentuk 10:10 memperhatikan Jihoon dengan sangat lekat sampai membuat Jihoon gerah dan risih. "Apa? Kau ingin kopiku? Buat sendiri sana!"
"Hei, berikanku seteguk" tangannya mengembat kopi dari Jihoon dan menggaknya hingga tandas di hadapan Jihoon.
Mata Jihoon serta merta membulat, "YA! Kau mencuri kopiku!"
"Aw! Aw! Sakit Jihoonie.... Berhentilah memukuli kepalaku!"
Dengan kesal, Jihoon menginjak kaki Soonyoung tanpa ampun sebagai sentuhan terakhir dan pergi kembali ke mesin pembuat kopi yang hanya tiga langkah dari bangku yang didudukinya. "Rasakan!"
Soonyoung memperhatikan langkah Jihoon yang tersendat dengan wajah muram.
Tiba-tiba sebuah lengan kokoh menyelimuti pinggang Jihoon dan Jihoon diam tak bereaksi. "Jihoonie, kau harus beristirahat, tubuhmu sudah lelah, tuh"
Jihoon menggelengkan kepalanya, "Tidak bisa, masih ada beberapa bagian yang harus kuedit, kalau menunggu nanti-nanti hasilnya tidak akan sesuai dengan yang kuharapkan"
"Jihoonie, mengapa kau selalu bekerja keras sendirian? Tidak tahukah kau bahwa kami ber dua belas mengkhawatirkanmu?" ujar Soonyoung cemas dari belakang lehernya. "Bahkan Jeonghan hyung tadi ingin menyusulmu ke sini dan menyeretmu pulang ke dorm"
Tubuh Soonyoung yang menempel erat dengan tubuhnya sangat tidak membantu Jihoon untuk memikirkan jawaban atas petanyaan itu, apalagi lehernya terasa menggelitik karena Soonyoung mengendus-endusnya. "Kau berat, Soonyoung. Cepatlah pergi sana! Kau berkeringat pula, bau"
Soonyoung malah semakin mengeratkan pelukannya dan kini meletakkan kepalanya ke relung bahu Jihoon, panas nafas Soonyoung pada kulit Jihoon yang dingin terasa geli dan... sudahlah Jihoon memiih untuk mengabaikannya.
"Kau tahu bahwa aku tidak boleh membiarkan kerja keras kalian hancur sia-sia hanya karena pekerjaanku yang jelek. Aku tidak akan membiarkan kalian jatuh" jawab Jihoon sambil menyibukkan tangannya pada mesin pembuat kopi
"Lalu bagaimana dengan kerja kerasmu?"
Gerakan tangan Jihoon terhenti. "Apa maksudmu?"
Soonyoung melepaskan pelukannya dan menghempaskan tubuhnya frustasi pada bangku yang tadi Jihoon tempati, matanya menatap Jihoon tajam, "Iya, kau selalu berkata kerja keras kami, kerja keras kalian, lalu bagaiama dengan kerja kerasmu sendiri? Apakah kau tidak sayang dengan kesehatan badanmu sendiri? Kau harus beristirahat"
Mendengar nada Soonyoung yang ketus memunculkan amarah dalam diri Jihoon, sehingga tanpa sadar ia pun menaikkan suaranya, "Apa maksudmu mengatakan hal itu kepadaku, Kwon Soonyoung. Apa kau ingin aku menelantarkan Seventeen dan fokus pada diriku saja? Kesehatanku saja?" Jihoon dapat merasakan matanya membesar dan urat bibirnya menegang.
Soonyoung mengalihkan wajahnya sehingga tidak perlu menatap Jihoon, "Ya, kau sangat egois, Lee Jihoon. Bahkan kecemasan kami semua tidak dapat meruntuhkan dinding keegoisanmu"
Jihoon kesal, mengapa sekarang jadi seperti ini? "Oh, kalau begitu aku minta maaf karena telah menjadi orang paling egois sejagad raya!"
Soonyoung terkekeh ketus, "Aku bahkan ragu kau dapat meminta maaf, lagipula apa yang harus dimaafkan? Apakah ada yang salah di sini?"
"Keluarkan maksudmu dengan tegas Kwon Soonyoung, aku tidak mengerti"
Soonyoung tertawa tak percaya, "Kau bahkan masih mempertanyakan maksudku sejak tadi? Seberapa bebalnya sih kau itu?"
Dengan kata-kata itu pula, Jihoon mengangkat kakinya dengan segelas kopi ditangan, berjalan secepat mungkin dengan kakinya yang masih kaku menuju studio kecilnya. Meninggalkan Soonyoung di ruang latihan sendirian.
Jihoon tidak mengerti mengapa suasana dapat berubah secepat itu, sepertinya tadi baik-baik saja, terus mengapa sekarang jadi begini? Satu-satunya yang Jihoon ingin lakukan sekarang hanyalah mengendap di dalam studio kecilnya dan melupakan apa yang sudah terjadi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Hardworking || Soonhoon (BxB)
Fanfiction[Completed] "Jihoonie, mengapa kau selalu bekerja keras sendirian? Tidak tahukah kau bahwa kami berdua belas mengkhawatirkanmu?" -Kwon Soonyoung "Tidak bisa, masih ada beberapa bagian yang harus kuedit, kalau menunggu nanti-nanti hasilnya tidak aka...