3

2.6K 390 7
                                    

Wonwoo yang sedang memapah Jihoon sedemikian rupa agar tinggi badannya tidak mengganggu Jihoon menatap Soonyoung di paling depan sana dengan kesal.

Menurutnya apa yang telah Soonyoung lakukan tadi sudah kelewat batas.

"Wonwoo-ya... Aku mengerti kau mengkhawatirkan Jihoon,"

Wonwoo menatap Mingyu cepat, masih kesal. Bercampur khawatir.

Tangan Mingyu mengusap-usap bahu Wonwoo lembut. "Tapi jangan sampai hal itu mengganggumu juga. Arraseo?"

Wonwoo menunduk seraya tersenyum simpul, mengangguk pelan. "Ne..."

Masa bodoh lah apa yang terjadi antara Soonyoung dan Jihoon. Biarkan mereka menyelesaikannya sebagai orang dewasa berdua.

Sebuah cengkraman pada lengannya mengembalikan perhatian Wonwoo pada Jihoon yang berjalan lemah bagaikan kapas. Kepalanya menunduk, menampilkan puncak surai hitam rambutnya yang lembut. Wonwoo tidak dapat melihat wajahnya tetapi kupingnya bersemu merah terang.

"Aish teman yang satu ini... Sama menyusahkannya dengan wanita hamil..."

Wonwoo tidak peduli lagi jika nanti dilempar gitar atau bahkan jatah line nya dipotong. Pokoknya, Wonwoo akan mengunci Jihoon ke dalam mobil dengan bantuan Jeonghan―Partner in crime nya―dan melempar mobil itu kembali ke dorm.

"Eh, Mingyu-ya. Apakah kau melihat Jeonghan-hyung?" matanya mencari-cari. Siap melancarkan niatannya.

Mingyu mengangkat bahunya. "Mana kutahu. Tanya saja Seungcheol-hyung"

"Aish... Mengapa kau itu bisa sangat tidak berguna, sih? Dikemanakan matamu itu, hah? Bahkan Seungcheol hyung juga ti―"

BRUGH.

Pantat Wonwoo sukses mencium lantai dengan keras selagi benaknya masuk ke dalam zona syok.

Pergerakan Mingyu yang kalang kabut di sisinya terlihat samar-samar bagaikan film jadul di slow motion.

"Wonwoo-ya! Wonwoo!" Itu Mingyu.

Para member lainnya lekas-lekas menghampiri untuk melihat apa yang terjadi. Seseorang bahkan mendorong-dorong dengan kasar.

Suasana sangat kacau dan benak Wonwoo masih berusaha mencerna apa yang terjadi. Ucapan yang dimuntahkan secara bersamaan dari para member tidak membantunya sama sekali, menambah sakit kepalanya.

Dengan cepat setelah kesadaran datang, Wonwoo memperhatikan Jihoon yang teronggok lemas pada pangkuannya dan sadarlah Wonwoo mengapa ia terjatuh.

"JIHOON KAU TIDAK APA-APA?!!"

Tangan Wonwoo sudah setengah jalan menuju Jihoon namun terhenti karena sudah didahului oleh sepasang tangan kokoh.

Soonyoung mengangkat tubuh Jihoon hingga berada dalam dekapannya dan menggoyang-goyangkan pipi Jihoon panik.

"Jihoon. Jihoon. Apakah kau masih sadar?"

Soonyoung berjengit saat tangannya terasa seperti memegang air mendidih. Matanya tak teralihkan dari Jihoon yang bernapas putus-putus itu, bahkan ia seakan dapat melihat uap-uap putih keluar dari bibir lesu Jihoon. Mata Jihoon kehilangan fokus dan berair, walau masih setengah terbuka.

Bahkan kedatangan Jeonghan, S.Coups, dan satu manager mereka itu secara sempurna terabaikan olehnya.

"Manager, tolong siapkan mobil dan antarkan Jihoon kembali ke dorm." Seungcheol menguarkan aura leader nya di saat yang paling tepat. "Jeonghan, bantu angkat Jihoon ke dalam mobil tetapi nanti kembali lagi. Yang lainnya, segera keluar dan informasikan kepada para Carat. Aku akan ikut Jeonghan lalu kembali lagi"

Matanya menyapu Soonyoung yang mendekap Jihoon. "... dan Soonyoung,"

Yang dipanggil menoleh penuh kekhawatiran. Bibirnya siap berargumentasi. "Biarkan aku―"

"Jaga Jihoon di dorm"

Soonyoung terdiam kemudian menangguk mantap.

Ingatannya menjadi samar-samar ketika adegan berganti dengan cepat.

Jihoon digotong. Dirinya masuk ke dalam mobil―bersama manager yang menyetir―dan Jihoon berada dalam dekapannya. Tangan mereka bertaut lemah. Soonyoung tidak ingin menyakiti Jihoon jika memegangnya terlalu keras.

Mata sipit Soonyoung memandangi latar yang berlalu dengan cepat dan buram, pertokoan, bengkel, mall, pusat hiburan. Tangannya tak henti mengelus kepala Jihoon lembut. Benaknya berkeliaran.

Kekhawatirannya yang berubah menjadi kenyataan merupakan hal terburuk yang pernah ia rasakan.

Soonyoung masih ingat betapa kasarnya ia saat mendorong para member menjauh ketika suara tubuh Jihoon yang ambruk terdengar. Dan segala tindakan kekanakannya.

"Ah... Soonyoung bodoh!" jitaknya kepada diri sendiri. Dengan tangan yang bebas tentunya.

Matanya kini memperhatikan pemuda bersurai hitam yang bersandar padanya. Memperhatikan setiap detail terkecil yang dapat dilihatnya.

Mata semi sipitnya yang menggemaskan, hidungnya yang mulus, kulitnya yang seputih dan seindah salju―tetapi sekarang rasanya sangat panas―bersemu kemerahan, bibir tipis lembutnya.

"Soonyoung bodoh" kali ini mengeplak kepalanya sendiri. "Bodoh, bodoh, bodoh." Selagi memori akan kejadian malam itu terputar kembali.

"Soonyoung-ssi... gwaenchana yo?" mata manager nya mengecek dari spion kehawatir.

Soonyoung terkekeh lesu. "Ah... bukan apa-apa..."

Manager nya itu mengangguk kecil dan kembali fokus pada jalanan di depannya.

Mobil pun terus melaju menembus kota dengan cepat. Membawa satu orang sakit dan satu orang yang menyakiti dirinya sendiri.

***












Kependekan ya? Ahahaha

 [✔] Hardworking || Soonhoon (BxB) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang