Tiga

22 8 0
                                    

05 November 2017

*Dika's POV*

"Maaaaaa, Dika berangkat yaaa!"ucapku seraya berlari ke arah mama dan mengecup pipinya singkat.

"Iya hati-hati!"Sahut mama sambil sedikit berteriak saat aku hanya membalasnya dengan lambaian tangan dan berlari keluar rumah.

Aku segera menyetop bus yang baru saja lewat, dan mencari tempat yang enak untuk berdiri. Fyi, jam segini alias jam sibuk dipagi hari sekarang, kau tidak akan menemukan tempat duduk guys! Sambil menaikan volume suara lagu yg sedang diputar dan membenarkan earphone ku yang kusut, aku mengetik pesan untuk Kalya.

To: Kalya
"Hari ini mau pergi denganku?"

Tidak ada balasan. Aku pun memasukan hpku ke saku celana dan lanjut menikmati lagu yang sedang kudengarkan sambil sesekali melihat ke arah jalan. Ramai sekali kota ini. 
Aku menengok refleks ke arah depan saat seseorang tertawa keras dan sedikit mendengarkan percakapan mereka,

"Heh malah ketawa-ketawa lo." Ujar lelaki berwajah arab sambil mencubit pelan lengan teman perempuannya, "Yaudah ta, lo liat tugas gue aja ya. Daripada dihukum."

Drrrt.. drrrtt...
You have a new message.

From: Kalya
"Maaf Dika.. Aku sibuk. Hari ini saja aku sudah harus mengerjakan 2 materi presentasi matkul yang berbeda. Bagaimana kalau weekend?"

To: Kalya
"Baiklah, semangat mengerjakan tugasmu! Weekend aku tidak bisa maaf, lain kali saja ya?"

From: Kalya
"Oke, selamat beraktifitas!"

Read.

Mataku kembali fokus ke arah depan dan mencari siapa pemilik suara tawa keras tadi. And i found her. Adia. Teman satu jurusan dikampus. Terkenal karna kepintaran dan ketiga sahabatnya yang selalu menemaninya kemana pun ia pergi. Aku tidak tahu kenapa saat melihatnya, aku sedikit agak senang.. tapi ada yg harus kalian tahu. Meskipun kami sejurusan dan sekelas juga.. dia dan aku tidak saling mengenal satu sama lain. Hebat kan?

Aku melihatnya bergegas turun dari bus yang artinya aku juga harus turun juga. Aku bergegas keluar dari kerumunan zombie didalam bus dan perlahan turun secara pelan-pelan agar tidak terlihat oleh Adia dan 2 sahabatnya. Aku melihat ketiga punggung yang aku hindari sudah masuk terlebih dahulu kedalam kampus sambil bernafas lega aku segera lari ke arah kantin.

"Woi lama banget lo datengnya! Udah mau masuk ini."Ucap Zain

"Aduh sorry... gue telat bangun lagi. Padahal gue udah pasang alarm loh."

"Halah muka-muka kaya lo mah gak mungkin bangun karna alarm hahaha."Ejeknya sambil memakan kacang yang ada ditangannya

"Bacot lo. Udah ah gue mau kekelas, ngapain juga gue susulin lo ke kantin."Gerutuku sambil jalan kearah pintu keluar

"Dih najis udah gede masih aja ngambek. Ayo bareng gue aja masuknya, yuk!"Ucapnya dengan nada yang masih mengejek dan merangkulku

"Lepasin gak?! Kaya homo, najis."Aku segera menepis tangannya yang malah mengenai kepalanya

"Aduh, si bapak kayanya beneran kesel nih. Cerita dong."Ujar Zain yang meringis kesakitan tapi masih sempet-sempetnya bercanda

"Ntar aja, ayo masuk dulu."

***************************

"Terimakasih teman-teman untuk hari ini, semoga materi yang saya sampaikan bisa kalian terima dengan baik dan sampai bertemu minggu depan!"Ucap Mr. Budi yang suaranya perlahan hilang tertimbun teriakan teman-temanku yang saling menanyakan 'Lo mau ke kantin gak?'

Aku pun tetap berada dikursi ku sambil menyiapkan materi perkuliahan setelah ini. tiba-tiba terlintas wajah Adia di benakku. Kenapa aku harus sekelompok sama Adia sih?!

"Arghh! Sial!"Gerutuku sambil mengacak rambut frustasi.

"Lo gak papa Dika?"Tanya seorang perempuan sambil menjulurkan tangannya ke arah rambutku, dan aku langsung menepisnya karena kaget.

"Ah maaf.. Gue gak bermaksud. Gue heran aja tumben-tumbenan lo galau gini. Biasanya juga heboh."Ucapnya sambil tertawa kecil. Oh Shit! Dia tertawa! Dia tertawa padaku!!! Oh tidak Dika jangan gila.

"Eh? Hahaha, gue gapapa kok. Lo gak kekantin? Tumben deh."Tanyaku sambil mempersilahkan dia duduk di kursi sebelahku.

"Gak ah, diet hahahaha."Tawanya. Sumpah ini baru pertama kalinya kami ngobrol lebih dari dua kalimat, biasanya hanya sekedar aku menyapa atau dia yang menyapa. Dan itu juga dengan senyum bukan sapaan seperti "Hi Adia!"

"Biasanya lo banyak makan deh, kenapa tiba-tiba diet?"Tanyaku heran

"Ih gak bisa diajak bercanda lo! Liat nih gue aja bawa bekel."Ucapnya sambil menunjukan tempat makan ciri khasnya yang berwarna abu-abu. Aku pun tertawa.

"Oia Dik, kita mau ngerjain materi presentasi kapan? Minggu depan udah presentasi loh."

"Ah iya, bagaimana kalau weekend ini?"Tanyaku sembari menahan rasa senang didada.

"Itu terlalu mepet Dik. Gimana kalo besok? Kan besok kita juga libur karena ada Workshop untuk batch atas."

Ah sial, aku sengaja mengajaknya weekend karena menghindarinya dan malah diajak besok. Damn you Mr. North!

"O-oke.... Dimana?"

"Di Coffee Shop langganan gue aja ya! Nanti gue kasih tau di sms. Gue nyusul si arab dulu ya ke kantin, bye Dika!"Ujar Adia sambil mengacak rambutku pelan dan langsung berlari keluar kelas.

Ya Tuhan.. Bagaimana ini?

********************************

HOME // AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang