7 November 2017
*Author's POV*
Suhu dikota ini mulai menurun seiring mendekati natal, yang berarti sebentar lagi akan libur bagi mahasiswa dan mahasiswi yang kuliah. Tapi tidak bagi Adia dan sahabat-sahabatnya, semakin menjelang libur semakin banyak project yang harus dikerjakan yang dimana paper dari project tersebut dikumpulkan tidak boleh lewat dari jadwal pengumpulannya. Belum lagi jadwal presentasi yang padat.Terlihat Adia yang sedang berdiskusi perihal progress projectnya dengan dosen mata kuliahnya seusai jam kelas. Tak jauh dari sana terlihat Dika yang sedang mengatakan sesuatu ke Asta, Agam dan Olip.
"Ta, gam, lip. Hari ini Adia gue yang anterin ya. Lo semua gak usah khawatir karna gue cuma mau ngajak dia ngopi dan pasti gue balikin lagi ke rumahnya dengan selamat."Pinta Dika pada ketiga sahabat gadis incarannya.
"Okay. Gue titip dia ya Dik. Kalo dia ada apa-apa sampai rumahnya, lo besok gue abisin."Ucap Asta tegas yang disambut anggukan setuju oleh Olip dan Agam. Dika pun bergidik ngeri tapi segera ia tutupi karna Adia sudah ada disampingnya. Masa gue lemah sih didepan Adia? Batin Dika.
"Agam lo balik hati-hati ya. Olip lo juga hati-hati. Asta.. lo gak balik kerumah malem ini gue laporin ke nyokap lo! Pokoknya hati-hati deh kalian, kalo si Asta berulah tinggalin aja ya pura-pura gak kenal." Ujar Adia yang disambut teriakan ketiga sahabatnya, "SIAP LAKSANAKAN!"
Ketiga sahabat Adia pergi, dua sejoli ini pun melanjutkan perjalanan mereka. Selama perjalanan menuju parkiran, tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut keduanya. Masing-masing hanyut dalam pikiran. Sampai diparkiran tempat mobil berada, Dika membukakan pintu mobil untuk Adia sambil tersenyum hangat. Dika dan Adia sudah didalam mobil dan ditengah keheningan, Adia menyalakan radio.
Flashing back to New York City
Changing flights so you'd stay with me
Problem was I thought I had this rightNow I wish we'd never met
'Cause you're too hard to forget"While I'm cleaning up your mess
I know he's taking off your dress"Keheningan yg ada pun terpecahkan oleh suara milik Mahardika. Refleks, Adia pun menoleh ke arah Dika yang menegang, wajah tanpa ekspresi tetapi tetap menyanyi dengan suara kecil lagu milik 5 Seconds Of Summer ini.
"And I know that you don't
But if I ask you if you love me
I hope you li-li-li-lie-"*piipp*
"Gue ganti ya Dik. Mending cari station radio yang puterin lagu seneng-seneng ya gak?" Ujar Adia, disambut suara kecil Dika yang menyanyikan bait terakhir milik 5SOS
"Lie to me."
"Haduh kacang garing kacang garing."Ucap Adia bete. Dika yang hanyut dalam pikirannya tidak menggubris pernyataan Adia. Sama-sama gak peka dasar kalian ini! - Dada aka Author. Adia maunya diajak ngobrol, sedangkan Dika lagi pengen diam dulu. Duh.
Tersadar dari lamunannya, Dika menginjak pedal gas dan mobil pun melaju perlahan. Sesekali Adia menoleh ke arah Dika, memastikan orang yang dicintainya itu baik-baik saja. Berbeda dengan orang yang dicintai Adia, ia masih memikirkan kisah asmaranya yang sudah terjalin selama 3 tahun dan kandas begitu saja. Ini gue yang salah atau dia sih? Batin Dika.
Angin dingin yang menjadi ciri khas suhu kota di bulan ini, menyadarkan Dika yang segera mematikan AC mobil tapi sia-sia. Ia pun teringat bahwa dia bukan satu-satunya manusia didalam mobilnya, lalu..
"Adia!.. Lo gila ya?! Dingin anjrit! Tutup gak jendelanya!" Kata Dika setengah teriak dihadapan wanita yang memasang muka tidak bersalah dan memasang senyum unjuk gigi miliknya.
"Hahahaha!.. Akhirnya lo sadar juga Dik. Lo kenapa sih?.. Gue ngeri tau, lo ngelamun tapi bawa mobil. Untung pelan, kalo nggak? Kasian temen sekelompok gue nanti, papernya gak ada yang ngerjain!.."Cerocos Adia sambil menutup kaca jendela mobil dan disambut tawa renyah milik Dika.
"Lo lucu deh kalo lagi marah." 5 kata yang diucapkan Dika mampu membuat Adia diam tanpa bahasa dan mati-matian menahan senyum tersipunya.
***************************
"Huh, cafe Bene lagi?!!"Ucap Adia yang memutar bola matanya kesal, saat ia melihat sign yang terpampang dihadapannya.
"Lo kan cuma suka red velvet frappe buatan cafe sini."
Adia keluar dari mobil dan menghiraukan pernyataan Dika tadi. Duh, kalo dia gini terus yang ada gue makin baper. Batinnya.
*Dika's POV*
Aku segera menyusul langkah milik Adia, yang dimana ia menghiraukan perkataanku tadi dan masuk ke dalam cafe dengan terburu-buru. Biarin deh...
"Udah pesen?"Tanyaku, yang disambut anggukan olehnya.
Sekitar 5 menit, aku dan Adia terdiam. Mataku pun tertuju pada raut wajahnya yang terlihat tenang. Adia mengaduk red velvet frappe kesukaannya itu dengan sedotan dan sesekali menjilatnya. Dasar jorok. Aku pun menyentuh kopi pahit dihadapanku yang sudah dingin, tidak ada lagi uap panas keluar dari secangkir kopi. Begitu pula dengan red velvet frappe milik Adia yang es batunya mulai mencair, terlihat dari sekeliling gelas yang basah. Tunggu dulu ada yang aneh dengan wajahnya...
"Ahahahahahaha..!" Aku tertawa keras saat melihat wajahnya yang disekitaran pipi dan bibirnya penuh dengan whipped cream. Adia melemparkan tisu ke arahku dengan muka menahan kesal.
"Lo bilang kek daritadi! Diem lo gak usah ketawa. Bau dasar."Omelnya sambil berusaha membersihkan whipped cream diwajahnya. Refleks, aku mengambil selembar tisu dan membantu membersihkan wajahnya. Adia menepis tanganku dan tertunduk.
"Dik.. makasih tapi gue bisa sendiri." Pintanya dengan wajah dingin. "Iya maaf Di" Oow aku melakukan kesalahan...
"Yee serius banget lo! Hahaha. Gue becanda kali Dik!" Dia menepuk bahuku dan tersenyum lebar. "Sialan lo!"Cemoohku
"Jadi apa yang membuat seorang Mahardika kecewa sangat amat mendalam hari ini sehingga wajahnya yang jelek jadi makin jelek?"Ledek Adia yg membuatku tersenyum kecil.
*Adia's POV*
"Gue putus Di..."Ujarnya diiringi helaan nafas yang berat dan sukses membuat jantungku berdetak lebih cepat. Mungkinkah aku punya kesempatan sekarang?
"H-hah?... kok b-bisa?..."Aku masih terkejut sekaligus bingung akan situasi yg dialami Dika.
"Iya gue putusin Kalya..." aku masih menunggu kalimat selanjutnya yg akan diucapkan Dika. "Gue mutusin karna... ya buat apa gue pertahanin dia Di? Kalya aja udah punya yang lain. Gue selama ini pura-pura gatau didepan dia Di. Karna gue pikir semua orang berhak akan kesempatan kedua. Tapi setelah gue pikir-pikir, kesempatan kedua sama aja kaya lo buat satu cerita yang sama aja alurnya, dan ending nya juga udah tau kali." Dika menjelaskan semua yang dilakukannya untuk hubungan mereka dan bagaimana sikap Kalya padanya. Aku hanya diam, bingung harus memberi pendapat apa.
"Di, menurut lo... disini gue yang salah atau dia sih? Gue udah mikirin tapi gak ketemu karna yg ada gue hanya membenarkan diri gue sendiri."
"Dik.. gue gak banyak pengalaman soal cinta dihidup gue. Tapi dari cerita lo tentang permasalahan ini, kalian berdua cuma kurang komunikasi Dik. Coba lo omongin berdua gimana baiknya. Gue gk bisa ikut campur lebih dalam lagi. Tapi kalo lo butuh temen, gue, asta, agam dan olip ada buat lo Dik."
Dika hanya diam tidak menghiraukan ucapanku tadi. Aku memegang kedua kepalan tangan Dika yg mengeras. Jari-jari ku mengelus pelan kepalan tangannya, berusaha untuk menenangkan dia. Dika pun menghembuskan nafas panjang dan tubuhnya melunak.
"Dik, main ke rumah gue yuk! Gue ada PS4. Yuk kita seneng-seneng hari ini.. gue traktir es krim deh janjiii..."Ucapku dengan nada semangat dan disambut usapan lembut dipuncak kepalaku. Sambil tersenyum, Dika berbicara pelan hampir samar terdengar tapi sukses membuatku baper setengah mati.
"Adia, makasih ya. Gue jadi makin sayang deh sama lo."
Vote anyone?💛
KAMU SEDANG MEMBACA
HOME // AU
FanfictionCerita dimana ada seorang mahasiswa bernama Mahardika Nadindra yang jatuh cinta pada teman sekelasnya yang dimana mereka tidak saling kenal sebelumnya. Ia pun mulai mencari jalan pulang menuju "rumah"nya. . . ©️ddabear