2.

49 6 2
                                    

"Jadi kau mau kerja apa?"

Yuki menggeleng.

Yuki dan sahabatnya -Zean- sedang membaca buku di perpustakaan kota. Tadi pagi laki-laki itu meminta Yuki untuk menemaninya mengerjakan tugas kuliah di perpustakaan. Tempat itu menyediakan banyak referensi untuk membantunya.

Yuki menghela nafas. Yuki baru saja dipecat dari rumah makan tempatnya bekerja. Boss bilang rumah makan itu sekarang sepi dan terlalu banyak karyawan. Sekarang Yuki bingung setengah mati mau kerja apa. Dia tidak melanjutkan sekolahnya. Orangtuanya tidak sanggup membiayai kuliahnya. Sementara Yuki juga tidak punya talenta tertentu untuk diandalkan. Pasti sulit mencari pekerjaan di kota besar seperti ini kalau tidak punya sesuatu yang bisa dibanggakan.

"Belum tahu. Kau ada ide?"

Zean melepas kacamatanya dan mengalihkan wajahnya dari laptop.

Lelaki itu mengamati Yuki dari ujung rambut hingga ujung kaki. Terlihat serius sekali. Seakan mencari bakat yang bisa dilihat untuk membantunya mencari pekerjaan.

Zean tertawa pelan, "Kurasa kau tak punya bakat apapun. Jadi pekerjaan macam apa yang bisa kau lakukan?"

Pipi Yuki seketika menggelembung marah. Yuki segera mengambil tas selempangnya dan memukul lelaki itu pelan.

"Kau jahat sekali Zean"

Zean semakin tertawa. Rasanya lucu sekali melihat Yuki marah begitu. Wajahnya seperti menjadi lebih manis dan menarik.

"Yaa kau bisa apa. Kita cari pekerjaan yang cocok untuk itu"

Yuki mengangkat bahu.

"Menurut mu?"

"Tidak ada", Zean tertawa lagi.

Yuki mendengus. Memilih mengalihkan pandangannya dan membaca bukunya.

Zean tertawa kecil melihat gadis itu marah.
Tangannya segera mencubit hidung Yuki yang mancung, "Hey, jangan marah"

"Kau menyebalkan"

Zean tertawa lagi. Laki-laki itu menegakkan tubuhnya, menatap Yuki.

"Baiklah baiklah. Aku serius sekarang".

Zean mengambil ponselnya dan berkutat dengan benda pipih itu.

"Apa yang kau lakukan?"

"Mencarikanmu pekerjaan tentu saja"

"Lewat ponsel?"

Zean tertawa pelan, "Itulah gunanya teknologi. Membantu kehidupan mu. Bukannya kau juga punya? Kurasa kau bukan tipe orang yang tidak tahu teknologi. Kau pasti tau caranya mencari informasi lewat internet"

"Tentu saja. Hanya saja tidak kepikiran. Aku justru lebih fokus untuk mencari pekerjaan sendiri, mendatangi setiap tempat untuk melamar pekerjaan"

Zean mengangguk, "Tapi itu menguras waktu dan tenaga"

Yuki mengangkat bahu. Lantas memilih melanjutkan membaca buku tentang astronominya.

"Kau mau jadi penjaga toko bunga? Di dekat musium seni. Aku bingung mencari pekerjaan lainnya. Dengan kau yang tidak melanjutkan sekolahmu, ku rasa kau tidak akan bisa menjadi sekretaris seorang direktur atau sebagainya"

"Aku tak keberatan. Bisa kau bantu mengantarku kesana?"

"Tentu.  Lusa saja ya"

"Baiklah"

Yuki segera membereskan bukunya. Memasukkannya dalam tas berwarna toscanya.

"Hey kau mau kemana?", Zean panik.

KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang