3.

31 4 0
                                    

"Yuki pulang", ujar gadis itu sambil melepas sepatunya di ambang pintu.

Seorang wanita paruh baya yang notabene adalah ibunya tersenyum dari dapur, "Ibu masak rendang. Ayo makan Yuki! Ajak Rose sekalian!"

Yuki menggangguk dan masuk ke dalam rumah.

Diletakkannya tas selempang di atas sofa lantas melanjutkan langkahnya ke kamar di pojok ruangan.

Yuki mengetuk pintu.

"Rose! Makan!"

Yuki mengetuk pintu lagi lebih keras, tidak sabaran.

Terdengar seseorang mengerang dari dalam kamar. Yuki cekikikan. Itu pasti adiknya.

"Iya kaaak. Sabar", suara cempreng Rose.

Yuki tertawa dan menyusul ibu nya ke meja makan. Ibunya memakai daster motif dengan celemek biru. Sibuk mengangkat piring berisi rendang kesukaannya.

"Ayah belum pulang?", tanya Yuki sambil duduk di samping ibunya.

"Belum. Mungkin nanti malam. Katanya ada lembur di pabrik"

Ibu Yuki meraih piring dan mengisinya dengan nasi dan rendang. "Kau mau telur dadar?"

Yuki mengangguk. Membiarkan ibunya menambahkan telur dan meletakkan piringnya di depan Yuki.

"Rose mana? Sudah kau panggil?"

Yuki mengangguk, "Sudah. Mungkin sebentar lagi dia menyusul"

"Tuh perempuan itu kemari", Yuki menunjuk ujung lorong dengan dagunya. Terlihat seorang gadis berjalan mendekat.

"Ibu masak apa?", tanya Rose.

"Rendang. Sini duduk"

"Bagaimana sekolah mu?"

"Baik"

"Kau tak sibuk pacaran kan?", seloroh Yuki.

Rose menggeleng, "Masih kecil. Tak perlu pacaran2. Kalau kakak baru harusnya segera cari, kalau bisa untuk jadi suami sekalian. Usia sudah mau kepala 3 kok pacar saja tidak punya"

Yuki melempar sapu tangan dari sakunya. Tapi meleset dari adiknya.

Ibu tertawa.

"Sudah sudah. Ayo makan. Lantas bantu ibu cuci piring"

"Ibu yakin Rose itu adik kandung Yuki?", Yuki menhela nafas sebal.

Rose dan Ibu semakin tertawa.

****

KEMBALITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang