enam: untung bukan kamu

253 47 2
                                    

Seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan kacamata yang tampak familiar terlihat sedang duduk di shelter Damri. Laki-laki itu membolak-balik halaman buku yang berjudul 'Pengantar Manajemen' itu dengan bosan.

"Irza!" sapa seorang gadis yang jalan tergopoh-gopoh menuju tempat kosong di sebelahnya. "Kok tumben ketemunya di sini?"

Irza menutup bukunya. "Kok tumben kamu kelihatan excited ketemu saya?"

Elsa membetulkan posisi kerudung segiempatnya yang berantakan tertiup angin. "Kok kamu ge-er banget?"

"Ya gimana nggak ge-er, raut wajah kamu ngeliat saya kayak nemuin mata air di tengah gurun." Irza mendorong kacamatanya yang melorot di hidungnya. "Ada apa nih?"

Elsa terdiam sejenak, sesaat takjub bagaimana laki-laki ini bisa tahu ia sangat ingin mengatakan sesuatu padanya.

"Iya, bener sih aku mau nanya. Tapi kamu jawab yang jujur ya."

"Wah tergantung."

"Jadi.. Hmm. Asep udah punya pacar belum?" tanya Elsa dengan sedikit rasa geli. Semua gara-gara Rere, batinnya.

"Acan dia mah. Naha kitu?" (Belum. Emangnya kenapa?) sejenak ia bertanya sebelum membelalakkan mata belonya. "Kamu naksir Asep?"

"NGGAK!" seru Elsa sampai orang-orang di halte melirik ke arahnya selama beberapa detik sebelum kembali ke aktivitas mereka masing-masing. "Bukan, bukan aku yang nanyain.

Irza menghela napas lega. "Syukur deh kalo bukan kamu."

Gadis berkerudung itu mengernyitkan dahinya. "Emangnya kenapa kalau aku yang nanya?"

"Nanti kamu sakit hati. Soalnya dia dari kemaren nanyain temen kamu terus tuh."

***

HappenstanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang