0.6

367 97 19
                                    

"minhyung,"

minhyung yang tengah mendengarkan lagu itu melepas earphone kanannya, "ya?"

aku melirik ke jendela kelas. sudah tiga hari berturut-turut ini hujan turun deras.

"lo pulang naik apa?"

"bawa motor sih, kenapa?"

"boleh numpang nggak nanti? sampe halte aja kok,"

"ya ampun diane," minhyung melepas earphone kirinya yang tertinggal, "daripada sampe halte doang mending gua anterin sampe rumah! hujan gini masih naik bus nanti repot lho,"

"gapapa minhyung. lagipula, lo kan ga bawa helm dua kan?"

"gua bisa pinjem dari jeno, atau nanti gua tanya jaemin hari ini dia nganter hina apa enggak,"

"gausah ah repot nanti—,"

"ga repot sumpah," minhyung mendadak serius, "jangan pulang sendiri di."

aku sungkan. tapi tatapan minhyung yang menandakan aku tidak punya pilihan akhirnya membuatku mengangguk.

"yes. tapi gua kumpul ke ruang eskul bentar ya, cuma bentar doang kok. soalnya ada alumni mau dateng katanya, jadi sekedar nyambut aja nanti. gapapa ya?"

aku mengangguk lagi, "iya gapapa,"

tak lama, bel berdering dan menandakan jam pelajaran yang kosong itu telah selesai.











"di,"

aku yang sedang membereskan barangku menengok. minhyung sudah rapi dengan tas nya.

"kenapa minhyung?"

"lo ikut gua aja ke ruangan dance ya? gua takutnya lo nungguin kelamaan ntar kelas mau dikunci lo bingung ngungsi kemana,"

"gapapa nih?" aku ragu, aku tidak tau siapa-siapa di eskul dance kecuali minhyung dan jeno, "nanti gua ganggu,"

"nggak bakal, gua ketuanya nanti yang bilang lo ganggu gua tampol. ayo!"















"kak taey,"

"hai mas jahe," lelaki berambut merah itu tersenyum sambil menghampiri lelaki yang lebih muda darinya, "wah udah kayak apa aja gua ditungguin gini padahal gua kan alumni sini juga,"

"gausah kepedean, gua takut lo nyasar aja nanti kan lo udah tua,"

"wah bangsat ya mentang mentang kamu muda," ia mengalungkan tangannya pada bahu lelaki yang lebih muda darinya itu dan menjitak kepalanya pelan, dan yang dijitak pun hanya tertawa kecil, "gimana kehidupan lo sekarang?"

"baik baik aja, lancar jaya kayak orang diare," omongannya itu disambut gelak tawa oleh yang di sebelahnya, "lo sendiri gimana kak?"

"yaaa yang penting masih idup lah," mereka mulai berjalan masuk ke dalam sekolah, bercengkrama dengan riangnya.

tapi mereka tau, sebenarnya mereka sendiri masih harus membicarakan sesuatu yang serius.

"nih, pokoknya belok kanan dah ruang dance. gua nggak bisa sampe nganterin masuk soalnya lima menit lagi gua mau rapat osis. jangan nyasar lho, cuma belok kanan doang,"

"iya, tau, tau, dasar budak organisasi. gua nggak setua itu juga,"

"kan siapa tau," dia tertawa pelan, dan tiba-tiba atmosfir mulai menjadi dingin, "kak, seminggu yang lalu gua udah mulai mimpi lagi,"

lelaki di depannya terdiam.

"...ada dia?"

"ada," ia mengangguk, "tapi gak ada haechan,"

"jelas," maniknya meredup, "haechan masih belum bangun,"

mereka berdua terdiam. dan akhirnya, lelaki berambut merah itu menghela nafas.

"yaudah, gih pergi ntar lo dicariin. nanti gua kabarin lagi," ia sudah siap melangkah, tapi ternyata yoonoh belum selesai berbicara.

"kak, satu lagi,"

"apa?"

"beberapa hari yang lalu... gua melihat orang mirip dia,"

matanya terbelalak.

"di sekolah ini?"

yoonoh mengangguk.

"lo yakin... lo ga salah orang?"

"kak," yoonoh menatap mata lawannya dalam, "gua gak akan bisa lupa wajah orang yang nyelamatin kita gimana,"









"woi semuanya," minhyung masuk ke sebuah ruangan yang kuduga ruang eskul dance, "temen gua ikut nunggu sini gapapa ya, gua mau nganter dia pulang nanti,"

"halo," aku dengan malu menyapa anggota yang sudah di dalam ruangan, "gua diane, maaf ganggu ya,"

"cieee pulang barengan ada apa ini di antara kalian kok tidak bilang bilang aku nih hm," jeno yang jelas ada berada di dalam duduk disebelah ku, "selo aja di, sabeb disini mah. woi semuanya, kenalan nih temen gue,"

"oooh ini diane yang suka dibahas jeno sama minhyung," lelaki dengan senyum lebar menghampiri mereka, "halo, gua jaemin,"

"halo jaemin."

"eh," jaeminmemiringkan kepalanya, "kok kayaknya gua pernah liat lu deh?"

"ya iyalah kan dia murid sini juga," tiba-tiba renjun muncul di belakangnya, "masa iya lo ga pernah liat. halo diane, ketemu lagi kita,"

"oh renjun!" aku terkejut melihat sesosok yang familiar, "gua gatau lo anak dance,"

"ya soalnya gua belom ngasi tau, wkwkwk,"

tak lama kita senua bercengkrama, tiba-tiba pintu ruangan dance terbuka dan muncul sesosok lelaki yang jauh lebih tua dari kami semua.

"oh, kak taeyong!" minhyung langsung berdiri dari kursinya, "apa kabar kak!"

"halo semuanya!" lelaki itu tersenyum cerah, "udah lama gak ketemu ya!"

"iya kak!" jeno pun ikut berdiri, "kak btw gapapa ya temen gua ada yang numpang nunggu disini dia gak ganggu kok!"

"oh iya gapapa kok, gua hari ini juga dateng bukan buat kegiatan formal," lelaki itu melayangkan pandangannya kepadaku, "siapa?"

dan sebelum aku mengenalkan diri, aku melihat matanya membulat dan jauh membesar.

"halo kak saya—,"

"diane."

satu ruangan kami terdiam, kaget mengapa lelaki yang baru aku lihat pertama kali hari ini tahu nama ku.

"gua tau," matanya melembut, "lo seo diane,"









imagine having a really weak immune baru masuk kuliah seminggu udah tergeletak di kamar lagi dkdhskhsksja maafkan aku karena update lelet :(

dreams // nct (on hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang