Sebuah Honda jazz hitam terparkir di parkiran dan turun 4 orang anak laki-laki dari mobilnya. 2 orang yang berkulit hitam manis, 1 orang yang mirip seperti orang Korea, dan 1 lagi mirip seperti orang Jepang. Ya, siapa lagi kalau bukan Iel, Rio, Alvin, dan Cakka. Puluhan pasang mata memandang mereka seolah tidak percaya akan apa yang dilihatnya.
Keempat anak itu berjalan menuju ke tengah lapangan tanpa memperdulikan puluhan pasang mata yang menatapnya. Kemudian terdengar suara-suara pelan dari anak-anak perempuan, “waw, gue lagi mimpi ya? Kok bisa ada 4 cowok ganteng di depan gue?” , “sempurna!” , “kalo gak salah mereka itu anak keluarga Hasinuda kan?”
Sedangkan dari anak laki-laki, “cih! Belagu amat sih!” , “yang kayak gitu ganteng? Gantengan juga gue!” , “oh, jadi mereka toh anak kembar 4 itu.” Semua kembali sibuk mengobrol, sementara iel menyiapkan apel MOS.
“AWW!” aduh seorang anak perempuan berkulit hitam manis yang jatuh tertabrak iel yang tadi berjalan tanpa melihat kedepan.
“aduh, sori-sori, lo gapapa kan?” tanya Iel khawatir sambil mengulurkan tangan membantu anak itu berdiri.
“gapapa,” jawab anak itu menerima uluran tangan Iel dan berdiri, lalu memandang wajah Iel. Deg! Jantungnya berdetak cepat.
“nama lo siapa?” tanya Iel.
“gue Dea, kalo lo?” jawab anak yang bernama Dea itu.
“gue Gabriel, panggil aja Iel, gue duluan ya, ada urusan,” kata iel sambil berlari ke tepi lapangan. Dea kemudian senyum-senyum sendiri, sepertinya ia menyukai kakak kelasnya yang satu ini.
“lama amat lo, udah mau mulai tuh apelnya,” kata rio.
“sori,” jawab iel.
Iel memulai apelnya dan mengucapkan penyambutan untuk murid baru. Semua dibagi ke kelas MOS(kelas X), setelah semua masuk ke kelas, Iel, Rio, Alvin, dan Cakka memasuki kelas X-1.
@X-1
Iel, Rio, Alvin, dan Cakka berdiri di depan kelas dan suasana menjadi hening. “hari ini MOS pertama, kalian perkenalkan diri dan bakat kalian masing-masing, dimulai dari kamu,” Rio menunjuk seorang anak perempuan berkulit putih.
“saya Ashilla Zahrantiara, panggil aja Shilla, bakat saya dalam bernyanyi dan fotografi,” kata anak yang ditunjuk Rio tadi, yang bernama Shilla. Iel terpesona, namun tak menunjukkannya, -gengsi-.
“saya Alyssa Saufika Umari, panggil saja Ify, bakat saya bermain piano,” kata anak yang duduk di barisan sebelah Shilla (karna duduknya sendiri-sendiri). Cakka merasa seperti pernah melihat anak ini, namun ia tidak peduli.
“saya Dea Christa Amanda, panggil saja Dea, bakat saya bermain piano, biola, dan gitar,” kata Dea sambil tersenyum pada Iel. Iel membalas senyumannya, dan membuat banyak anak perempuan menatapnya sinis.
“saya Zevana Arga Angesti, panggil saja Zeva, bakat saya bermain basket dan bermain drum, sama bass,” kata anak itu sambil tersenyum pada Alvin, namun Alvin tidak peduli dan tidak membalasnya.
Begitu seterusnya, setelah semua memperkenalkan diri, gantian Cakka yang berbicara, “hari ini kalian buat 1 surat cinta untuk salah satu kakak OSIS, perlengkapannya sudah ada di atas meja, kalau sudah selesai, kumpulkan ke kami.”
Semua mengambil perlengkapan dan segera menulis surat cinta. Surat cinta pun dikumpul, mereka diperbolehkan pulang. Surat-surat cinta tersebut dipilah di ruang osis, ternyata mereka berempat mendapat surat cinta paling banyak. Iel, Rio, Alvin, dan Cakka membawanya ke mobil dan membacanya.
Iel membaca surat cinta dari Dea:
To: Kak Iel
From: Dea
YOU ARE READING
Hasinuda In Love
Teen FictionHasinuda In Love Karya : Kerin Augustin NOTE : Tulisan ini murni milik Kerin Augustin. Tidak ada penambahan, perubahan atau pengurangan huruf sama sekali. Jika ada kesalahan dalam penulisan dan sebagainya maka itu murni dari sang pengarang. Kami tid...