#28

997 88 5
                                    

A/N: Chapter ini masih kurang sesuai untuk young readers. Read at your own risk! Again, you've been warned.


××××××

SI BEBAL mau keluar dari kabin, kira-kira mau suruh itu pembantu-pembantu di khemah dekat kami kasi prepare makanan, tapi saya berkeras mau panggang makanan sendiri.

"Lama bei kalau mau panggang sendiri... gelap lagi ni..." rengek si bebal.

"Tapi itulah bah nama dia camping! Lagipun kita ada unggun api giant juga tu, jadi kau nda perasan juga tu di sekeliling kau gelap. Nanti kau tau juga apa maksud saya," bilang saya.

Nda lama lepas tu, salah satu itu pembantu datang dan bagitau kami yang preparations sudah kena buat dan semua sudah siap. Kami keluar dan macam yang diharapkan, ada unggun api giant yang saya minta tolong sama itu pembantu semua kasi nyala untuk saya. Terang-benderang betul sampai satu area kami menyala ni. Ada cabang-cabang kecil pokok tumbang lagi yang kena kasi nyala guna lilin individual di sana sini dan kasi bentuk ini lingkaran cahaya selamat di sekeliling kami. Sekarang dia nda payah sudah mau worry pasal kena "telan" gelap. Si bebal renung di sana sini dengan kagum.

Kami duduk di kayu dan mula memanggang. Terlampau rapat betul si bebal duduk dan setiap kali tangan dia tergesel saya, meremang terus bulu roma di badan saya. Tapi pasal kami duduk di luar dan angin sepoi-sepoi sejuk bertiup, tenang juga saya sikit. Lepas habis makan, terus saya terlampau mengantuk ni.

"Penat owh saya. Bah, mehlah kita balik," saya menguap dan berjalan pigi kabin.

"Kau mau pi mana?" tanya dia.

"Balik pi kabin kan...? Saya mau tidur," bilang saya.

"Kita nda tidur dalam kabin ni," bilang si bebal.

"Jadi kau mau tidur sini konon? Bah, tidurlah kau siok-siok sini arrr!" bilang saya.

"Of courselah bah bukan sini! Ikut saya," bilang dia dan tarik saya pigi area lain. Saya renung ja tangan dia yang pegang tangan saya. Kulit saya nda lagi rasa panas, tapi masih kesemutan ni.

Dia berhenti dan bila saya mendongak, tersangkut nafas saya di tekak. Kami di depan satu khemah, tapi bukan khemah biasa-biasa arrr. Itu khemah kena hias dengan lampu biru sapphire yang mistik sana sini dan bila kami masuk, ada satu balang kaca kecil yang berkilau kena gantung di siling khemah dan kasi terang ini satu sleeping bag. Macam kami kena keliling stardust yang berkilau-kilau ja rasa dia owh.

Saya tengok si bebal dengan muka penuh tanda tanya.

"Apa? Kau yang mati-mati mau ni 'pengalaman camping yang tulen' kan? Tapi saya nda suka gelap, jadi ini ja lah yang saya mampu buat dalam ni situasi," jelas dia.

"Wah... amazing owh. Jadi... mana khemah saya?" tanya saya. Dia renung saya.

"Inilah khemah KITA," bilang dia.

Iya bah pula. Manalah dia mau tidur sendirian. Di rumah sekarang pun dia nda mau tidur sendirian.

Saya tengok di sekeliling. Kecilnya ni khemah, apalagi kalau ada ni barang-barang semua dan ada satu sleeping bag ja! Dalam keadaan normal, nda jugalah bah teruk sangat sebab terbiasa sudah juga saya sama dia, tapi malam ni nda. Inner monster saya baru ja tenang, saya pun nda tau bila mau si 'inner monster' mau bangkit balik.

LITTLE SECRET (COMPLETED)Where stories live. Discover now