P R O L O G

67 7 3
                                    

****

“Ayah, mau kemana?”

Gadis kecil tiga tahun itu terus saja merengek, minta dijawab pertanyaannya oleh sang ayah. Namun ayahnya tetap saja bergeming menatap gadis kecilnya itu.

Satu cairan bening di pelupuk matanya lolos begitu saja. Fadil tak kuasa menahan tangisnya. Langsung saja dia merengkuh tubuh mungil anak semata wayangnya itu sambil terisak dan melirihkan kata maaf berulang-ulang.

“Kamu anak ayah yang cantik kan?” tanya Fadil tiba-tiba sesaat setelah melepaskan pelukannya.

Gadis kecil itu mengangguk dengan polos. Masih tidak bisa mencerna yang sebenarnya terjadi di sekitarnya. Ibunya yang tiba-tiba masuk kamar dengan pintunya yang ditutup keras, dan Ayahnya yang membawa banyak pakaian di kopernya sembari menangis ke arah dirinya.

“Sebagai anak ayah yang cantik, mulai sekarang dan kelak nanti. Kamu harus bisa hidup tanpa Ayah. Dengan begitu, kamu akan terus menjadi anak ayah yang paling cantik dan pintar. You can promise with me?”

Gadis kecil itu terdiam sebentar. Setelah ayahnya tersenyum meyakinkan, diapun mengangguk.

Selanjutnya ia baru paham. Anggukannya kala itu membuatnya kehilangan separuh jiwanya, hidupnya, dan harapannya.

****

Dark - [On Going] Where stories live. Discover now