****
Bel istirahat berbunyi begitu saja dengan nyaring. Semuanya berbondong-bondong membawa badannya menuju kantin. Melahap makanan yang sudah ditunggu-tunggu oleh mereka. Nyatanya, suara indah bel istirahat lebih dirindukan ketimbang pelajaran yang baru saja mereka bahas di kelasnya masing-masing.
Leya hari ini sedang tak beruntung. Lihat saja gadis itu, menetap di antrean paling belakang. Menunggu gilirannya memesan makanan. Padahal perutnya sudah keroncongan sejak tadi.
Ratu juga, teman Leya yang berada di depannya sudah mencak-mencak tidak jelas sebab kebagian antrean paling terakhir.
“Lo sih, Le lama banget tadi beres-beresnya,” Ratu menoleh ke belakang. Menyalahkan Leya yang tadi sempat membereskan alat belajarnya dahulu sebelum masuk kantin.
“Iya ih maaf deh. Tapikan emang kemarin-kemarin juga kita suka kebagian antre paling belakang, Rat.”
Ratu tidak menjawab, hanya mendengus kecil dan kembali menghadap ke depan.
Leya menghela napas, berusaha lebih sabar lagi dengan apa yang sedang dia lakukan. Kalau bukan karena lapar mana mau Leya menunggu makanan favorit sampai sebegininya.
Tiba-tiba suara gaduh dari arah jam empat terdengar oleh telinga Leya. Membuat sebagian orang yang sedang mengantre juga melongokkan kepalanya. Leya tidak tau apa yang sedang terjadi. Sampai-sampai separuh orang-orang yang Leya lihat menghampiri lingkaran berkerumun itu.
“Ada apa sih?” tanyanya heran.
“Nggak tau gue.” Ratu menyahut dari tempatnya. Ikut menatap orang-orang yang seperti tengah mengadakan meet and greet dengan idola mereka.
“Woy, udah dulu acara salam-salamannya! Lebaran bentar lagi kok, santai aja santai. Kalo terus salaman kapan kita kebagian makannya coba?” teriak seorang cowok dari tengah-tengah orang berkerumun itu.
Mereka sedikit membubarkan diri. Leya jadi dapat melihat orang-orang itu. Mereka yang membuat lingkaran bak blackhole di tengah kantin. Beberapa cowok yang selama Leya bersekolah di sini, mereka tampak selalu berkumpul bersama. Nah, yang tadi berteriak itu namanya Bangkit, yang rambutnya cepak namanya Irsan, berbadan kurus di sebelah Irsan namanya Yoga, dan satu lagi cowok berkulit putih namun tak bisa dibilang sawo matang tak Leya kenali.
What? Wait..
Leya agak sedikit menyipitkan matanya. Menatap dengan jelas cowok berpostur tinggi itu dengan seksama.
“Itukan cowok yang tadi pagi duduk di sebelah gue.” ujar Leya yang terdengar lirih di telinga Ratu.
“Lo ngomong apaan dah, La?” Ratu mengernyitkan alisnya bingung.
“Itu,” Leya menunjuk salah satu cowok yang tidak Leya kenal tadi pagi. “lo tau dia siapa?”
Ratu ikut mengikuti arah telunjuk Leya. Sedetik kemudian Ratu berteriak heboh seheboh goyangan Inul Daratista.
“Ya anjir gue baru ngeh kalo itu Arsa!”
Dahi Leya berkerut-kerut minta di jelaskan.
“Arsa? Siapa? Dia namanya Arsa?”
Ratu menatap Leya cepat. “Bentar-bentar. Nanti gue jelasin. Gue mau say something dulu sama dia,” kemudian Leya melihat Ratu mendehem-dehemkan tenggorokannya. “Congratulations Arsa! Nah iya kayak gitu!” sejurus kemudian Ratu berlalu dari hadapan Leya begitu saja. Ikut-ikutan menghampiri mereka di sana.
Leya jadi kesal karena Ratu mengabaikannya. “Ratu! Ih maen nyelonong aja lagi dia.”
Ketika Ratu hampir sampai di sana. Dia berteriak, membuat sang empu menoleh. Namun anehnya cowok itu bukan menoleh kepada Ratu. Namun ke wajah Leya.
YOU ARE READING
Dark - [On Going]
Teen Fiction🌷Ini tentang kelam, kenangan, dan rumitnya kehidupan🌷 a teenfiction by sweetdonnut Mereka sama-sama punya sisi kelam, kenangan dan alur cerita yang dirumit-rumitkan oleh takdir. Leya bertemu dengan Arsa, cowok baik yang mampu memikat banyak oran...