****“Arsa?” lirih Leya tanpa sadar.
“Lo tau nama gue?” respon Arsa mendengar lirihan Leya agak sedikit terkejut.
Leya tiba-tiba diserang gelagapan sendiri. Sialan, kenapa setiap bertemu orang ini tingkahnya selalu aneh.
“Ng, by the way, selamat ya lo udah balik ke Indonesia.” ucap Leya ragu-ragu. Sekalian mengalihkan topik barusan.
Arsa menganggukkan kepalanya sembari tersenyum. Leya yang melihat senyuman itu ikut tertular.
“Karena lo udah tau nama gue, gue perlu tau nama lo.”
“Hah?” Leya menaikkan alisnya. Otaknya merangsang ucapan Arsa dengan lambat.
“Lo emang hobi jawab hah ya?” tanya Arsa diselingi kekehan ringan.
“Bukan, maksudnya nama gue, Aleya. Lo bisa panggil gue Leya.”
“Oke, Aleya. Nama yang cantik,” puji Arsa terang-terangan.
“Lo bisa panggil gue Leya.” Leya mengoreksi perkataan Arsa barusan.
“Iya, gue tau.” kata tersenyum lagi.
Leya mengangguk kikuk sambil bergumam oke.
Tadinya Arsa mau bertanya sesuatu, namun terpotong oleh suara bel masuk.
“Kalo gitu gue duluan ya.” pamit Leya saat itu juga. Namun terurung karena pertanyaan Arsa.
“Lo mau ke kelas?”
“Ke gudang.”
Arsa mengernyitkan dahinya bertanya. “Mau apa?”
“Ngambil globe disuruh Pak Haris.”
“Sendiri?”
Leya mengangguk sebagai jawaban.
“Ayo, biar gue bantu.”
“Eh, nggak-nggak, gak usah. Gue bisa sendiri kok.” respon Leya dengan cepat. Teramat cepat malah, sampai Arsa seperti terkejut dengan suaranya.
“Kenapa? Gue rasa sebuah globe terlalu berat untuk ukuran perempuan. Pak Haris juga salah, seharusnya dia nyuruh cowok.”
“Nggak papa, serius. Gue bisa sendiri.” tolak Leya bersikukuh.
“Gue juga serius.”
Hening sejenak. Mereka saling menatap mata dengan mata. Sebenarnya Leya paling malas kalau sudah berdebat tidak ada yang mau mengalah. Seperti sekarang ini, Leya jadi tau kalau Arsa ternyata punya sifat keras kepalanya. Apalagi cowok itu terlalu berlebihan. Sebuah Globe bisa dibuat berat olehnya. Padahal kan beratnya biasa saja. Paling anak SD juga bisa bawa.
Leya menghela napas sebelum berkata pasrah. “Terserah deh. Makasih tapi sebelumnya.”
“Good girl! So, Let's take it.”
****
Leya berjalan pelan di belakang punggung cowok tinggi itu. Entah harus bersyukur atau bagaimana, tapi Arsa benar-benar membantunya. Globe yang dimaksud Pak Haris sangat diluar dugaannya. Leya pikir besarnya hanya seukuran bola basket. Tapi ketika Leya melihatnya, globe itu sangat besar. Besarnya tak bisa Leya sebutkan karena sangat besar. Dia juga agak ragu jika Arsa bisa kuat membawanya sampai ke kelas Leya nanti dengan bagaimana tangan Arsa yang uratnya sampai menonjol karena mengeluarkan tenaga.
“Arsa.” panggil Leya dari belakang. Membuat cowok itu menghentikan langkahnya. Mulanya dia melirik ke sebelahnya sebelum menengok ke belakang dengan susah payah.
YOU ARE READING
Dark - [On Going]
Tienerfictie🌷Ini tentang kelam, kenangan, dan rumitnya kehidupan🌷 a teenfiction by sweetdonnut Mereka sama-sama punya sisi kelam, kenangan dan alur cerita yang dirumit-rumitkan oleh takdir. Leya bertemu dengan Arsa, cowok baik yang mampu memikat banyak oran...