Apakah ia punya waktu untuk malam ini? Apakah ia akan mengatakan 'ya'? Kurasa ia akan menerima ajakanku, lagipula aku 'kan kekasihnya.
Akan tetapi.. "Ahk!", ucapku kesal. Ini adalah hal yang sepele, namun ini hampir membuatku gila.
Aku bergelut dengan pikiranku sendiri, bertanya-tanya tentang semua hal itu. Setahuku ia memiliki banyak deadline proyek kantor yang harus ia selesaikan pada minggu ini. Sedaritadi aku hanya memainkan ponselku sembari berjalan kesana kemari di hadapan meja kerjaku. Kumenoleh ke arah jam dinding, pukul 05.48 sore, kira-kira sudah lebih dari 5 menit aku seperti ini.
Kududukkan tubuhku di atas kursi lalu menghela nafas panjang, "Apakah aku menganggunya jika aku mengajaknya makan malam?", benakku lagi. Sudah 2 minggu sejak kami bertemu, pesan yang kukirim pun jarang sekali dibalas olehnya. Dalam sehari, hanya sekali atau paling banyak dua kali ia membalasnya. Namun, ia gemar menelponku saat tengah malam, meskipun tak setiap hari. Seringkali aku mengajaknya untuk pergi berkencan, tetapi ia selalu menolak. Apa lagi alasannya kalau bukan karena proyek itu.
Seketika aku tertegun, tak seharusnya aku berpikir seperti itu. "Harusnya aku mendukung dan memakluminya. Ia baru saja mendapat pekerjaan, ia juga mendapat posisi yang bagus di perusahaan tempat ia bekerja.", ucapku menahan keegoisan diriku seraya memegang dahi dengan satu tangan.
Kutatap layar ponselku lama dimana fotonya terpampang disana. Kuhela nafasku seraya menekan tombol off untuk mematikan layar ponselku lalu kuletakkan di atas meja. Kali ini kuterdiam menopang dagu.
Tak berapa lama, kuambil kembali ponselku yang berada di atas meja.
"Apa malam ini kau punya waktu untuk makan malam bersamaku?"
Sent
5 menit kutunggu. 10 menit masih kutunggu. 15 menit berlalu.
Ting! Ponselku berbunyi.
"..."
Aku terdiam sejenak setelah membaca pesan darinya.
"Ayolah, kali ini saja.
Ini hanya makan malam."
Sent
Kali ini tak memakan waktu lama untuk menunggu balasan darinya, hanya dalam 5 menit. Wow, ini rekor tercepat— selama 2 minggu ini.
"..."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebuah senyuman terukir di wajahku saat kubaca pesan yang dikiriminya. "Yes!", ucapku girang, lalu dengan cepat kubalas lagi pesan darinya.
