4. Fight The Bad Feeling

143 13 39
                                    




4

Fight The Bad Feeling

.

.

.

Kedua mata Dalynne menatap aneh sosok sahabat yang hanya terdiam semenjak mereka menginjakkan kakinya di area kantin kampus. Gadis itu tampak murung dengan wajah suram, tampak sangat tidak bergairah.

"Ahri-ya, ada apa denganmu, eoh?"Choi Ahri yang semula hanya menunduk dengan mengaduk jus strawberry-nya itu seketika mendongak saat mendengar suara lengkingan sahabatnya. Namun, gadis itu masih enggan bersuara, hanya gelengan ringan yang ia berikan sebagai jawaban.

"Ck, kaukira aku sebodoh itu, huh?" Dalynne melotot tidak terima dengan jawaban yang diberikan Ahri untuknya.

Terlampau mengenal sifat sang sahabat, akhirnya ia pun mencurahkan segala pikiran-pikiran buruknya kepada Dalynne. Setidaknya ia tidak menyimpan beban ini sendiri.

"Lynne! Menurutmu, wajar atau tidak jika aku memiliki perasaan buruk tentang Taehyung?" Dalynne tampak terdiam, belum mengerti maksud dari pertanyaan yang Ahri lontarkan. "Aku... takut, Lynne! Takut jika aku tidak bisa mempercayai Taehyung di sana. Sedangkan aku sendiri yang mendorongnya untuk menerima tawaran ke Jepang itu." Ahri memegang lengan Dalynne dengan kuat, raut cemas itu sangat jelas terlihat.

"Tenangkan dirimu, Ahri!" Lynne membalas genggaman tangan gadis Choi di hadapannya. "Semua akan baik-baik aja. Kauhanya sedang merindukannya, percayalah padaku!"

"Benarkah?" Lynne mengangguk yakin untuk meyakinkan Ahri.

"Sebaiknya kau menghubunginya, agar rasa rindumu terobati. Menahan rindu itu berat, tahu?" Ahri mengangguk, mengiyakan semua perkataan Dalynne untuknya.

___________

'Tokyo Institute of Technology, Mahasiswi Seni, benar?'

Naomi mengernyit bingung melihat nomor asing di layar ponselnya. Namun, ia tampak acuh mengingat ini bukanlah kali pertama ia mendapat pesan dari nomor asing. Lantas, ia kembali memasukkan ponsel itu ke dalam saku mantel, kemudian kembali membicarakan tentang acara yang akan diselenggarakan dua minggu lagi bersama team club seni yang dipimpin oleh dirinya sendiri.

"Han-chan, kau sudah mengerti mengenai ini?" Naomi bertanya pada adik tingkatnya yang juga ikut berperan dalam acara tersebut.

Gadis imut keturunan Jepang itu mengangguk pasti seraya mengikuti arah telunjuk yang dijelaskan Naomi padanya. Sesekali, kedua bola matanya melirik kakak tingkatnya yang tengah serius menjelaskan sesuatu padanya. Ada perasaan kagum di sana. Tidak heran jika banyak pria yang menyukai gadis di hadapannya saat ini.

"Yukihana Ruii! Apa kaumengerti dengan apa yang kujelaskan barusan?"

Ruii atau yang biasa dipanggil 'Han-chan' itu hanya memamerkan senyum polosnya saat ketahuan melamun. Dan dihadiahi dengusan sebal oleh Naomi.

"Ini, serahkan dan diskusikan ini dengan Minami. Dia ada di ruang musik. Dan aku akan menemui Mr. Leo untuk membicarakan rangkaian acaranya." ujar Naomi seraya menyerahkan sebuah buku sketsa berisi design ruangan dan beberapa dekorasi yang diperlukan pada Ruii.

"Baiklah, aku mengerti, Nechan."

Setelahnya, Naomi bergegas meninggalkan Ruii menuju aula indoor. Namun, sejujurnya ia masih memikirkan soal pesan yang diterimanya beberapa saat lalu. Ada perasaan ingin membalas, hanya saja logikanya lebih memilih untuk mengabaikan pesan tersebut. Membuat pria di seberang taman tampak uring-uringan karena pesannya tidak juga terbalaskan setelah menunggu selama dua puluh menit.

THE TIME [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang