Happy Reading
Klik ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️"Kenapa sih kamu dari tadi senyam senyum sendiri sambil ngeliatin hape terus?"
Nada risih cukup terdengar dari pertanyaan yang diajukan Galih. Galih Pranaja. Lekaki yang sudah hampir dua tahun menjalin hubungan pacaran denganku. Numa Saira Nasrin.
Ku letakkan gawaiku diatas meja kafe, "Tau gak Gal? Aku kemarin ke konter brand Korea-"
"Terus mereka ngeluarin produk yang menurutku cocok sama kulitku, atau menurutku produk mereka mungkin bakal ngaruh sama aku." Kata Galih memotong perkataanku. Dan yah, memang yang dikatakannya benar.
"Apa?" tanya Galih dingin saat aku hanya diam sambil melihatnya.
"Kenapa motong orang lagi ngomong sih?" protesku.
"Lah? Bener kan yang aku omongin, Num. Gak inget terakhir kali kamu coba testernya terus anakan jerawat kamu tambah banyak. Kamu tuh udah ngulang kalimat itu berulang kali, Num."
"Nam num nam num, aku gak minum ya, Gal! Lagian kamu tuh mbok ya agak ngertiin, di biarin kek aku lagi ngomong beginian. Biar lega. Terus nih ya, barang kali produk yang ini bisa cocok."
"Halah. Lagian ya Ma, kalau kamu Cuma ngandelin produk begituan tanpa ada perubahan dari diri kamu misalnya ngerawat wajah kamu, rajin bersihin, ganti sarung bantal, atau apalah itu, kan bisa lebih ada manfaatnya. Makanan yang kamu konsumsi tuh juga penting. Gorengan mulu yang dimakan." Gerutu Galih panjang kali lebar.
"Nggih Mas, inggih. Aku tuh mau natural, Gal!" balasku. Kenapa sih Galih suka banget bikin kesel. Ini hari minggu. Dan setiap kami kencan selalu ada saja yang bakal kami debatkan.
"Coba ngomong begitu sama Mama, Bunda, atau Mbak Syila. Diketawain kamu," Jawabnya sambil terkekeh, mengambil jeda untuk meminum kopi miliknya, "Lagian kamu tuh bukan natural, pasrah yang ada." Dan sialnya, dia sekarang sedang tertawa. Dan aku suka tawanya meskipun aku kesal padanya sekarang.
"Tak aduin ke Bunda." Ancamku.
"Aduin aja. Malah disuruh perawatan sama Bunda ke klinik langganannya, tahu kan kalau Bunda pengen ngerasain gimana perawatan sama anak ceweknya." Jawabnya santai.
"Nyebelin." Kataku sambil menggigit kue sus kesayanganku.
"Oh iya, Bunda sama Ayah apa kabar?" tanyaku.
"Baik. Ayah masih kekeuh mau tetep mantau ladang sama sawah meskipun dana pensiun udah cukup buat Bunda ke salon."
Dia itu selain ganteng, juga gak bisa ngelanjutin topik pembicaraan disaat aku gak ada topik baru.
"Gal," panggilku setelah sekian menit kami berdiam diri. Dan lihat! Anak tunggal Bunda cuma melirikku saja, kemudian beralih ke ponselnya.
"Ihh! Galih dengerin aku mau ngomong." Kataku sambil merebut gawai hitam miliknya. Dan dia tidak akan merebutnya, kecuali kalau ada hal penting.
"Ya udah ngomong."
"Kamu ngerasa kalau kamu ganteng nggak?" Ogeb, ngapain harus tanya.
"Menurutmu?" tanyanya sambil mengeluarkan seringai khasnya. Ahhh Galih bisa gak sih gak ganteng.
"Loh, aku tanya kamu ini."
"Kata Bunda sama Ayah aku ganteng. Kenapa?" jawabnya percaya diri.
"Kemarin kan, ada yang komen di foto yang ada kamu sama aku di Instagram kamu, dia bilang gini, 'Itu fans kamu ya, Leh' gitu." Keluhku sambil meminum jus jambu milikku.
"Kamu stalking aku? Aku gak tau. Gak ada buka aplikasinya lagi." Jawabnya santai, kelewat santai malah. "Kamu baper karena itu?" lanjutnya. Dia memang jarang buka aplikasi itu di ponselnya. Padahal aku yakin dia punya ratusan foto kece yang bisa dia share. Biar dia jadi selebgram.
"Are you okay?" tanyaku padanya.
"Numa. Entah aku gak tau harus bilang ini berapa kali lagi sama kamu. Aku bisa nerima kamu. Jerawat kamu gak separah pas kita baru awal pacaran. Sekarang udah mendingan. Kamu harus bersyukur karena itu." Baru aku akan membuka mulut untuk mendebatnya, dia sudah lebih dulu memberiku lirikan tajam disertai gelengan. "Lagian ya Sayang, aku gak masalah kamu cantik segini aja pas kita pacaran. Cantik banget pas udah jadi istriku aja." Kemudian dia memilih bersandar dikursi dengan santainya. Santai banget. Dan bisa-bisanya aku merona karena argumennya.
"Meskipun aku gak punya wajah semulus Song Hae Kyo?" tanyaku.
"Siapa?"
"Itu loh, artis Korea. Ini nih." Kemudian kutunjukkan sebuah foto dari ponselku padanya.
"Gak apa."
"Kok?"
"Karena dia emang si Kyokyo tadi, bukan si Num."
"Resek banget sih, Ana!" protesku sambil mengetuk-ngetukkan ponsel kesayangannya ke atas meja kafe.
"Hei!" ujarnya dibarengi dengan merebut gawainya.
**><**
Aku muncul dengan satu cerita yang ringan menurut otakku. kalian gak perlu mikir ini gimana, cukup nikmatin, baca, komen, dan vote
![](https://img.wattpad.com/cover/141549302-288-k943749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Merawat Jerawat ✔️
ChickLit[ Selesai ] Kalau jerawat udah terlihat mau gimana? Ya gak gimana-gimana, kan yang penting udah ada pacar - Numa Saira Nasrin. "Tapi merawat itu juga penting, Sayang." - Galih Pranaja. "Apaan! tumben banget manggil sayang." "Tadi mau bilang Saira...