3. Lebih Ganteng dari Mantan

12.2K 1.5K 93
                                    

Reuni
Kumpul-kumpul setelah lama gak ketemu. Dan kemarin si ketua panitia reuni SMA boleh bilang bawa pasangan. Dan reaksi Galih adalah cuma di read aja pesanku. Baiklah, aku tahu dia sedang di Semarang. Dan baru besok dia balik ke Yogya. Jelaslah ini harus dimanfaatkan.

"Kamu ngapain?" ck! Kenapa harus calon emak-emak ini sih yang keluar dari pintu kediaman Bapak Nasrin.

"Duduk." jawabku datar.

"Heh! Anak Paud pun juga tahu kalau kamu duduk. Itu hape dari tadi kedap kedip, di lihat itu loh dek." Izinkan aku merekam tiap perkataan Mbak Syila mulai dari sekarang. Biar keponakanku tahu gimana mulut emaknya.

Karena perkataan Mbak Syila aku pun melangkah kedalam, melihat ponselku berkedip dan bergetar diatas meja ruang tamu. Nama Galih terlihat disana.

"Halo." ucapku pelan.

Ini kok gak dijawab, padahal kuangkat kok teleponnya.

"Gal."

Tiga, dua, satu...

"Kemana aja?" Loh.. Piye tho,

"Hah?"

"Ini telepon ke dua puluh satu dan kamu baru angkat. Kerjaan aku udah selesai, acaramu jam berapa?" ucap Galih terdengar ... Kesal.

"Jam satu."

"Good, kamu belum mandi kan?"

Loh kok tahu, sih.

"Kok tahu?"

"Tahulah, kamu itu jarang mandi. Sekarang mandi sana. Jam setengah satu harus udah siap-" Ee buset. Harus segera dihentikan ini.

"Gal." ucapku memotong perkataan Galih.

"Apa? Gak sopan orang lagi ngomong, disela begitu."

"Ini baru jam sebelas kurang seperempat loh."

"Terus? Mau telat kaya kondangan bulan lalu? Udah, sekarang sana mandi. Aku mau ngopi dulu." dan tanpa basa basi lagi, panggilan itu diakhiri.

* * * * *

Suara klakson mobil Galih terdengar ditelingaku. Kulangkahkan kakiku cepat untuk membuka pintu. Loh-loh, belum apa-apa kok Galih udah ketawa?

Ceklek!

"Tumben udah mandi. Wangi lagi." kok bisa ada Kanjeng Ratu Diana disini?

"Kok Mama bisa sama Galih, tadi katanya Mama ke warung depan itu?"

"Bisalah, orang Galih yang jemput Mama. Jadi gak perlu panas-panasan. Mama tinggal dulu ya, Nang."

"Iya, Ma." ucap Galih sambil tersenyum. Sejenak kuperhatikan wajahnya. Ada yang aneh.

"Ini kantung mata kenapa segede ini sih, Gal?" tanyaku sambil menunjuk bagian bawah matanya.

"Begadang dua hari ini. Yuk!" ajaknya sambil berlalu ke mobil. Sebelum itu aku harus lebih dulu pamit sama Mama.

"Mama, aku berangkat dulu." weitss ini bukan ngomong biasa, aku agak sedikit teriak.

"Iya!" dan dibalas teriakan juga oleh Mama.

Melangkah menuju mobil Galih, membuka, kemudian duduk disampingnya, dan untuk pertama kali aku melihat betapa kacaunya mobil Galih.

Ku keluarkan plastik hitam yang selalu kusimpan dimobil Galih, bukan karena aku mabuk darat, tapi untuk tempat sampah. Kemudian kupunguti sampah disekitar dashboard.

Merawat Jerawat ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang