Keluargaku

38 2 0
                                    

2012-2013

Hampir satu tahun penuh, Caca bolak-balik dokter THT yang ada di jalan proklamasi Jakarta. Awalnya Caca mengeluh karena kupingnya sedikit berkurang pendengarannya, lalu dokter yang "katanya" merupakan salah satu dokter THT yang paling bagus di Indonesia, menyarankan Caca untuk di fisioterapi. Disini aku masih belum tahu dan belum begitu mengikuti perkembangan Caca, salah satu alasannya karena aku sedang melanjutkan studi S1 di Bandung. Sempat ikut mengantarkan Caca untuk terapi, biasanya Caca selalu bercanda bersamaku. Namun hari itu Caca terlihat berbeda, ia diam saja, aku tidak ngerti apa yang terjadi. Apakah dia sedang tidak mood atau sakit, karena Caca merupakan tipe orang yang tidak mudah untuk mengutarakan perasaanya.

28 July 2014

Sampai hari ini keluarga ku masih menjalani kegiatan masing-masing seperti biasa. Mutia sebagai kaka pertama, sudah lulus kuliah dan menetap kembali di Jakarta setelah menyelesaikan studi S1 nya di ITB, Bandung. Aku dan kaka pertama ku satu kampus, namun berbeda jurusan dan ia dua tahun diatas ku. Papa masih aktif menjabat sebagai direksi disalah satu BUMN di jakarta oleh karena itu mama pun masih aktif menjadi anggota ibu-ibu darmawanita. Sedangkan Caca saat ini merupakan seorang mahasiswa di salah satu kampus swasta Jakarta yang terletak di daerah Menteng dan Khawa, baru menjadi mahasiswa jurusan geologi di Universitas Negri Padjajaran.

Hari ini kita sekeluarga merayakan idul fitri di rumah Jakarta. Caca masih terlihat baik-baik saja untuk kami. Dia masih ceria seperti biasa. Tapi kita sudah menyadari ada bejolan di lehernya.

Agustus 2014

Waktu liburan anak sekolah biasa memang keluarga ku habiskan untuk liburan bersama. Terlebih karena hampir semua anggota keluarga sudah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Agustus 2014, kami sekeluarga diberikan kesempatan untuk jalan-jalan keliling Eropa dan UK. Liburan kali ini kita tidak menggunakan travel, dan selayaknya tourist pada umumnya untuk menuju lokasi wisata kita menggunakan transportasi umum walaupun Papa seperti biasanya lebih suka pakai taxi karena lebih simpel. Caca disini sudah lebih sering diam dan mudah terasa lelah. Tapi kita tetep belom tau kalau Caca itu sedang memendam sakitnya. Keliling UK dan Eropa itu butuh banyak tenaga, kebayang betapa capeknya kita saat itu harus stick to schedule dan lain sebagainya.

14 Maret 2015

Dokter THT di Jakarta itu nyuruh untuk Caca dioperasi di Rumah Sakit Pondok Indah karena ada cairan dikupingnya yang ngebuat selama ini treatment fisioterapi yang dijalankan tidak membuahkan hasil dan Caca rasa kupingnya semakin berkurang pendengarannya.

Waktu itu aku sedang main ke Jakarta karena libur dibandung. Selalu happy kalau ke Jakarta walaupun macetnya luarbiasa.

Hari ini aku janjian sama temen-temen ku, cowo-cowo semua kecuali aku sendiri. Memang dari dulu aku terbiasa main dengan laki-laki. Kita makan malem di fokhey Gandaria City. Sedangkan Mama, Papa, Mutia dan Caca lagi ke Singapore untuk ngecek Caca sakit apa. Aku sama sekali ga tau kenapa tiba-tiba dibawa ke Singapore dan ketika itu juga, semua keluarga ke Singapore dengan salah satu niat untuk jalan-jalan jadi aku pun ga diajak karena katanya Mutia udah cukup.

Kalau ngumpul bareng temen-temen cowo pasti kerjaanya ketawa2 mulu. Obrolan mulai dari serius sampe gak ada topik yang penting. Lalu disela-sela makan itu, papa nelfon. Disitu aku langsung tanya, jadi Caca sakit apa? Masih dengan nada ceria seperti biasa. Terus papa ga bisa jawab, papa cuman ngomong "nanti papa ceritain". Keesokan harinya aku tanya lagi, jawaban papa masih sama "Nanti papa ceritakan". 3 hari 2 malam keluarga ku di Singapore untuk mengetahui penyakit Caca. Di group whatsapp ku Caca kirim foto ketika di Singapore, jalan-jalan ke Marina by the Bay dan lain lain. Di foto itu, muka Caca dan mama masih tersenyum hanya Mutia memang terlihat kurang semangat. Namun ku pikir, ah dia memang seperti itu. Kemudian sampailah keluarga ku di Jakarta, aku langsung tanya lagi "Jadi, Caca sakit apa pah?" belum dijawab juga, Papa langsung sibuk telfon sana sini. Mama pun ditanya gamau jawab sambil papa bisikin bahwa jangan kasih tau aku sekarang.

Karena masih kuliah di jurusan Teknik Industri, aku balik seperti biasa ke Bandung dengan menggunakan travel yang berada di Sudirman. Seperti biasa juga Papa selalu mau nganterin ke travel, kapan pun itu. Pukul 19:00 WIB tepat dilampu merah Buaran Plaza arah Klender, Papa ngomong "Papa udah curiga kalau ada yang geberes sama sakitnya Caca, makanya kemarin Papa langsung telfon Pak Harris. Dia suruh Papa untuk cek ke Dokter Brett, dia dokter THT paling bagus di Asia. Dokter Brett pas pegang ana langsung suruh PET Scan, dia udah tau penyakit ana dari awal. Ana dibilangin sakit kanker nesofaring stadium 3. Kanker nya ada di bagian belakang hidung dan di getah bening dia. Dokter bilang ga bisa di operasi karena tempatnya yang sulit dijangkau. Treatment sekarang dia suruh kemo dan radiasi, mungkin waktu yang dibutuhkan kira-kira sekitar 3 bulan, papa udah cari apartement deket rumah sakit biar adeknya bisa berobat nyaman". Pertama kali denger kata-kata kanker itu keluar dari mulu Papa, rasanya dada langsung sesak. Pengen banget nangis karena langsung kepikiran aneh-aneh. Aku mencoba menahan rasa tangis itu. Pikiran ku sudah kemana-mana. Sampai papa ngomgong lagi dengan nada tinggi "Delia jangan ceritain ke siapa ini!! Gausah banyak cerita ke orang, orang lain ga perlu tau. Papa belom ngasih tau Caca kalau dia sakit". Saat itu aku hanya bisa diam, "Papa gamau kalau Caca tau Caca sakit ini, Caca jadi drop, Papa mau Caca aktivitas kaya biasa aja".

Akhirnya, tibalah di stasiun travel yang berada dekat supermarket di daerah Sudirman. Perjalanan menuju travel terasa lebih lama dibanding biasanya. Aku tetap mencoba tegar. Jam 20:00 WIB bus travel udah standby untuk perjalanan Jakarta-Bandung. Travel ini punya tempat duduk masing-masing jadi gak nempel sama orang lain. Alhamdulillah banget, karena 5 menit travel ini berangkat, air mata ga bisa di tahan lagi. Air mata ini mengalir dengan sendirinya, di sepanjang perjalanan aku hanya bisa istigfar dan nangis

Esok harinya, aku mulai menjalani hari seperti biasa dan mencoba untuk tidak memikirkan berita kemarin malam. Malamnya, aku makan malem bersama Pras, pacar ku. Kita makan malem di restaurant sushi favorit kita, aku pakai sweater putih karena alergi dingin dan Pras kala itu sedang pakai baju batik karena habis mengikti acara di kampus. Aku coba bertahan untuk tidak menceritakan ini ke siapa pun. Tapi aku berfikir, apa salahnya untuk cerita. Bukanya cerita juga bisa mendapat bantuan doa dari orang lain. Akhirnya aku pun cerita ke Pras, aku selalu bisa cerita apapun ke Pras, apapun. Mulai dari "deep talk" dan topik ga penting. Sifat Pras membuat aku lebih tenang dan lebih bisa mengontrol emosi ku. Pras selalu ada disaat aku butuhkan. Pras pun shock dan terdiam ketika aku menceritakan tentang hal ini. Dia berkata "Sabar ya, semoga Caca kuat dan bisa disembuhkan" Aamiin.

Dari hari itu, aku cuman bisa berdoa semoga Caca bisa disembuhkan namun aku belum menaruh perhatian ku sepenuhnya pada sakit ana ini karena Papa pun minta aku untuk fokus pada kuliah ku. Aku tetap menjalani hari-hari ku seperti biasa begitu juga pun Caca, yang sampai saat itu tidak mengetahui kalau dia mengindap penyakit langka tersebut.

Kanker Nesofaring merupakan salah satu jenis kanker yang langka dibandingkan kanker payudara, serviks dan berbagai jenis kanker yang lebih sering kita dengar. Penyakit ini biasanya menimpa ras Asia terutama yang memiliki keturunan chinese. Selain itu juga, penyakit ini lebih banyak diderita oleh laki-laki dibanding dengankan dengan perempuan. Dokter Brett pun bilang kalau letak dari sel kanker tersebut sangat langka dan sulit untuk dilakukan tindakan apapun, baik radioterapi maupun operasi. Dan seperti yang sampai saat ini kita tahu, bahwa kanker sulit sekali untuk disembuhkan bahkan dengan tindakan medis sekalipun. Itu adalah kesan pertama mengenai kanker ini di dalam keluarga ku. 

Endless JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang