24 Juli 2015, Caca genap berusia 20 tahun. Usia dimana anak muda ingin mengeksplor dunia lebih, ingin mencoba berbagai hal, ingin menikmati hidup tanpa harus terbebani. Hari ulangtahun itu aku ingin membuat Caca merasa bahwa dia dikelilingi orang-orang yang sayang dengan dia, dari keluarga dan teman. Aku kumpulkan ucapan semangat dan selamat ulangtahun dari teman-teman Caca di bangku SMA dan kuliah. Hari ulangtahun di keluarga ku dijadikan momen untuk berkumpul keluarga, baik keluarga inti dan keluarga dari papa atau mama. Kali ini, kita merayakan ulangtahun Caca di Tesate Menteng.
Aku dan kaka ku mendekor satu ruangan khusus untuk ulangtahun Caca. Dalam satu ruangan dengan kapasitas 15 orang, cukup untuk keluarga ku dan keluarga adik Mama, aku penuhi dengan balon helium pink putih dengan gantungan ucapan dibawahnya. Malam itu, aku sangat bersyukur dan bahagia masih diberikan kesempatan berkumpul dengan keluarga ku lengkap dengan keadaan yang dapat dibilang "sehat". Setiap senyum dan canda gurau malam itu, benar-benar aku hayati karena aku tidak tahu apakah aku masih di beri kesempatan ini lagi di tahun yang akan datang.
Dengan keadan syukur serta sedikit khawatir, aku kembali ke Bandung menjalankan aktivitas ku. Kala itu aku sedang menikmati hari-hari terakhir ku di kota Bandung tercinta. Kuliah di ITB memiliki banyak kenangan & pengalaman, mulai dari kampus itu sendiri hingga "Bandung" itu sendiri yang hanya orang Bandung dan yang pernah tinggal di kota ini yang bisa merasakannya. Salah satu tradisi kampus ku sebelum wisuda adalah wisuda nite. Dimana malam yang akan kita habiskan waktu bersama teman-teman semasa kuliah untuk "terakhir" kalinya. Malam dimana kita mengenang masa-masa kuliah dan masih belum terbebani dengan tanggung jawab kerja.
Sembari mempersiapkan sidang ku, aku mulai memikirkan rencana masa depan ku. Kala itu aku masih berniat untuk melanjutkan studi s2 baru melanjutkan kerja. Aku merupakan tipe orang yang mempertimbangkan banyak hal, yang kadang dapat membuat ku bingung harus berbuat apa. Keraguan ku di kuatkan dengan dorongan Papa yang menyarankan ku S2 terlebih dahulu pertama karena aku sudah tau mau jurusan apa dan Papa sebentar lagi akan pensiun. Papa merasa selagi Papa masih bisa membiayai ku, sebaiknya aku segera berangkat s2. Selain itu, aku juga berfikir, aku seorang wanita yang kelak akan menjadi istri yang harus bertanggung jawab tidak hanya untuk diri sendiri. Alasan lain karena memang aku ingin merasakan tinggal di luar negri haha aku ingin keluar dari zona nyaman ku dan mengeksplore dunia, aku ingin melatih bahasa inggris ku, memperluar networking ku dan banyak alasan lain aku ingin studi di luar negri.
Lalu datanglah waktu sidang ku, 1 September 2015. Dengan berkali-kali revisi hanya dibagian tata kalimat dan tata tulis ku yang membuat ambigu akhirnya aku diizinkan sidang oleh dosen pembimbing ku. Sidang yang cukup dibilang sangat santai, karena dosen penguji ku adalah dosen yang akrab dengan ku. Pertanyaan yang aku dapat juga tidak terlalu sulit bahkan bisa dikategorikan pertanyaan bonus. Aku ingat beberapa hari sebelum sidang, ketika aku sedang berlatih presentasi dengan teman-teman ku, ternyata aku menemukan kesalahan yang fundamental di dalam tugas akhir ku. Satu hari sebelum sidang, aku ingat aku hanya bisa berdoa, membaca yasin dan banyak dzikir karena aku sudah pasrah, tugas akhir ku sudah tidak bisa aku ubah dan salah satu penguji ku merupakan dosen yang pelit akan nilai A. Alhamdulillah berkat doa, sungguh karena doa, dan tentunya ikhitiar, tapi disini aku melihat kekuatan doa adalah 99% dan ikhtiar 1%, aku lulus dengan nilai triple A. Tidak pernah aku bayangkan, aku bisa lulus dari kampus ini dengan nilai triple A. Sejujurnya kalau dilihat lagi, aku pun tidak menyangka bisa masuk kampus ini haha karena aku merasa banyak sekali orang pintar diluar sana, orang yang lebih keras belajarnya dibandingkan diriku, orang yang nilai try out nya jauh lebih tinggi dari aku, sungguh ini semua berkat doa.
Jadwal sidang ku ini sungguh sangat mepet dengan jadwal keberangkatan Mutia ke Manchester. Aku disuruh ikut mengantarkan kaka ku, sebenarnya Mama yang ingin melihat anaknya merantau jauh ke negri orang, aku hanya sebagai penerjemah. Syukur Alhamdulillah aku diberikan kesempatan ke luar negri lagi, karena memang aku hobi traveling. Perjalanan ini menguatkan tekad ku untuk melanjutkan studi ku di Inggris, selain lingkungan dan culture yang menarik, studi s2 di Inggris hanya membutuhkan waktu satu tahun. Aku dan Mama sempat ragu untuk berangkat karena meninggalkan Caca sendiri dirumah hanya bersama Papa. Namun, kita hanya bisa berdoa dan berangkat ke Manchester pada 13 September 2018.
Sepulangnya kami dari Inggris, aku, Mama, Papa dan Caca pergi ke kampong halaman ku di Bangka Belitung. Pulang kampong kali ini bertujuan untuk melihat pabrik air minum Papa dan rumah kami di Bangka. Saat itu sedang ada keluarga dari Mama yang main ke Bangka, jadi Mama mengajaknya bermain ke pantai. Aku dan Caca ikut karena bosan di rumah saja setelah mengikuti aktivitas Papa. Walaupun orangtua ku orang Bangka, tapi aku tidak pernah tinggal di Bangka, dan aku baru menyadari bahwa pantai di Bangka tidak hanya itu saja dan bagusnya luar biasa. Air nya biru jernih dikelilingi oleh batu-batu putih besar. Caca pun semangat bermain ke pantai, melihat semangat dan bahagia muka Caca, pikiran ku berkata. "Mungkin memang dengan tidak mengetahui itu lebih baik" dan aku hanya bisa mensyukuri waktu yang Allah berikan kepada ku untuk bersama keluarga ku. Syukur membuat ku bahagia. Lalu rasa syukur ku berubah menjadi sedih, sedih melihat Caca terbaring letih sepulang dari pantai. Sedih karena tidak tidak mengetahui dia mengidap penyakit kanker.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Journey
No FicciónBuku ini bukan menceritakan tentang hidup ku, tapi tentang bagaimana kehidupan berjalan di keluarga ku. Ini sebuah kisah tentang bagaimana kanker mengubah hidup seseorang serta mengajari kita untuk lebih mengenal diri sendiri & Tuhan. Setiap manus...