Chapter 8 ~ Tarohan

53 8 4
                                    

"Kamu adalah bukti. Dari indahnya paras dan hati"
-----------------------------------------------

Bel istirahat berbunyi. Semua anak langsung bergerombol menuju ke markas terfavorit yang kadang dibuat oleh anak tertentu untuk mabal, yaitu KANTIN. Hampir semua siswa di Galaksi welky ini tak pernah absen ke kantin. Entah mengapa jika mendengar bel istirahat jiwa yang tadinya hilang kini menyatu kembali. Seperti halnya dengan kedua cowok tampan ini Dev Nichol dan Bara Novando. Jika bel istirahat kurang 15 menit mereka langsung berpura-pura izin ke toilet untuk memesan kursi disana. Maklum, kursi kantin hanya terbatas. Jadi siapa cepat dia dapat.

"Lin.. gimana tadi ko bisa ga telat. Tumben tumben ish.." tanya Selin yang tengah duduk bersama Berlin, Bara, dan Nichol yang tadi sudah memesan 4 kursi.

"Wah wah.. gelar lu buat jadi Miss Molor bakalan ilang nih," canda Bara.

"Gue juga ga tahu Sel. Tiba-tiba aja tuh cowok ada dikamar gue dan bangunin gue dari mimpi-mimpi buruk gue yang sudah selama ini gue alamin" Terang Berlin sambil mengingat-ingat kejadian tadi dan tak menyadari pipinya bersemu merah.

Flashback on.
Seorang laki laki bertubuh tinggi berjaket hitam berjalan santai memasuki kediaman Gerald. menaiki tangga sambil melihat-lihat.

"Ternyata masih sama." gumam laki tersebut yang tengah melihat dekorasi dan tatanan ruang.

Menaiki tangga sambil bersenandung. Ketika sampai pada yang ia tuju, ia pun membuka gagang pintu secara perlahan dan mendapati seseorang tengah tertidur pulas. Ia pun berjalan mendekati. Ia melihat raut wajah cantik nan anggun itu samar-samar. Betapa terkejutnya wajah nan ayu itu ternyata sedang bermimpi buruk sambil menangis tersedu-sedu. Ia pun bisa melihat keringat bercucuran. Sambil mengatakan "jangan tinggalin gue. Lo harus balik...pliss gue mohon".  Laki laki itupun duduk dipucuk kasur sambil memegangi tangan cewek tersebut. Ia pun juga meneteskan air mata. Betapa sakitnya yang tengah ia rasakan, telah meninggalkan gadis kecilnya kesepian. Betapa teganya ia pergi tanpa kabar. Ia pun mencoba membangunkan wanitanya dari mimpinya dengan menepuk pipinya pelan. Ternyata masih tidak ada respon. Ia membungkukkan badan dan mendekatkan wajahnya. Ia melihat setiap jengkal wajah cantik itu dengan teliti. lebih dekat ia mendekatkan wajahnya dan mencium bibir ranum wanita itu lembut. Ia mengulum bibir ranum tersebut sambil memejamkan mata. Mendengar degupan jantung keduanya yang saling beradu. semakin lama ia mencium, tiba-tiba sang pemilik bibir ranum tersebut membuka mata tapi tidak sempurna. Dengan cepat laki laki tersebut mengakhiri ciumannya.

"Hei..ngapain lo ada dikamar gue?" Menunjukan suara khas bangun tidurnya sambil menggeliat.

"Cepet bangun molor. Udah jam 06.00" jawab laki laki tersebut masih tetap di posisinya.

"Apaa?? Beneran?? Gue ga salah denger?" Ucap Berlin sedikit berteriak.

"Iye aduh. Ngapain sih pake teriak segala. Cepet bangun terus mandi bau tau ga lo!" Ucap laki laki itu sambil melemparkan bantal tepat diwajah Berlin.

"Aduh..sakit gilaa. Sans aja kali." Ringis Berlin sambil mengusap wajahnya. Berlin sulit melihat wajah laki laki itu karena pencahayan dikamarnya kurang.
"Siapa lo?" Tanya Berlin melotot.

Alih-alih menjawab pertanyaan Berlin, cowok tersebut melenggang pergi tanpa pamit.

"Dasarr ga jelas lo?" Teriak Berlin.

Flashback off.

"Emang siapa cowok itu? Masa lo ga ngenalin sih Lin?" Kepo Selin pun mulai menjadi.

NEED U {On Editing}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang