Chapter 9 ~ Sepucuk Surat

51 8 2
                                    

"Kasmaran aku kepadamu"
----------------------------------------------

"Hei.. lo udah liat hasil ulangan kita belom?" Tanya Selin kepada dua sahabatnya.

Kedua sahabatnya hanya menganggukkan kepala pelan sambil menunjukan ekspresi sedih.

"Kenapa? Hasilnya jelek?" Tanyanya lagi.

Tapi mereka masih tetap tidak bergeming.

"Yaudah kali guys. Mungkin ulangan berikutnya kita bisa lebih baik" ucap Selin menuturi.

Dan nihil, teman temannya hanya diam tanpa suara dan mengabaikan Selin.

"Kalian kenapa sih? Ada masalah ya? Cerita dong?"

Berlin pun menyodorkan selembar kertas hasil ulangan kepada Selin.

"Nilai kita bagus ko, kenapa kalian pada sedih?" Tanya Selin.

"Jadi gini ceritanya. Tadi tuh si Bara kesenengan karena nilainya bagus. Terus dia nge sok, pake acara bawain buku Pak Wijaya segala. Nah, pas die mau ambil tuh buku. Si Bara ga sengaja nyenggol tempat kacamata Pak Wijaya terus jadi jatuh terus pecah," terang Berlin sedih.

"Terus gimana? Dia kena hukuman apa? Si Bara juga ngapa pake acara carmuk segala, hadeh !" Selin mengusap mukanya kasar.

"Lo kan tahu, Pak Wijaya orangnya kaya gitu. Jadi si Bara kena skor dan sekarang lagi ada di ruang gutu. Pasti tuh anak, diomelin abis-abisan sama Pak Jaya" Nichol menambahi.

"Yaudah.. nanti kita ajak ngomong si Bara. Dan cara solusi biar si kutu kupret itu kaga jadi di skor," ide Berlin.

"Oke setuju" serempak Nichol dan Selin.

****
Mereka pun berniat mengambil hati guru killer tersebut agar Bara tidak di skors. Mereka pun memasuki ruang guru bersama.

"Permisi Pak Wijaya. Saya mau menyampaikan sesuatu pak" ucap Nichol lembut.

"Ada apa heh? Soal teman kalian itu? Ga ada toleran buat dia. Ga tahu apa nih tempat kacamatanya Bapak belinya di Hongkong? Main pecah pecahin gitu aja. Ga ada dispensasi" tegas Pak Wiaya.

"Ayo lah Pak, teman saya kan ga sengaja ngejatuhin. Nanti, saya dan teman-teman saya akan berusaha mengganti kok Pak" pinta Selin.

"Bener tuh Pak. Lagian produk Hongkong dari manenye Pak. Orang di pasar Gembrong banyak beginian!" Berlin sambil melihat lihat tempat kacamata itu.

"Kamu tahu darimana kalo itu beli di pasar Gembrong?" Tanya Pak Jaya.

"Yaelah pak. Kakek saya tuh sering beli tempat kacamata disana, banyak pilihannya lagi. Jadi? Bapak ga usah khawatir. kami akan ganti dengan yang lebih baik" ucap Berlin mantap.

"Yaudah Bara tidak akan saya skors. Jadi? di pasar Gembrong ada? Kenapa gue kebujuk tipuan orang sosmed yak?" tanya Pak Wijaya bingung

"Makannya pak, kalo mau beli-beli barang tuh harus tahu bibit bebet bobotnya pak. Kan kalo sudah ketipu kayak gini, bapak sendiri yang repot? Betul tidak?" Berlin sambil menunjukan jempolnya.

"Kamu itu memang anak pintar yah. Yasudah, saya tidak akan kasih skors Bara dan kalian juga ga usah ganti ini barang. Jadi, ngrepotin kalian. Makasih banyak ya" ucap Pak Jaya seraya tersenyum.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEED U {On Editing}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang