cuit... cuit...
Burung-burung meramaikan hari dengan suara merdunya. Pagi itu, Alice, gadis cantik yang identik dengan kacamata besar itu, masih saja terlelap di atas ranjangnya yang tipis.
"Alice!!! Sudah jam berapa ini?! Masih belum bangun juga?!!" teriak sang Ibu dari luar kamar.
Sepasang mata bulat itu seketika terbuka akibat terkejut oleh suara sang Ibu yang menggelegar. Alice segera memakai kacamata besar yang senantiasa bersamanya dan melihat jam waker yang ada di samping ranjangnya. Ia terkejut ketika melihat jarum jam telah menunjukan pukul 6:12.
"Ya ampun! Aku terlambat! Kenapa kau tidak berbunyi?!" teriak Alice pada jam waker 'nya dengan sangat panik.
Dengan terburu-buru, Alice segera keluar dari kamarnya dan berlari ke kamar mandi. Tanpa sadar, ia melupakan handuknya di dalam kamar. Ya, Alice mandi tanpa membawa serta handuk bersamanya. Saat ia sudah selesai mandi, Ia kembali panik saat ia sadar kalau ia lupa membawa handuknya.
"Aku lupa membawa handuk... lalu Aku harus bagaimana keluar dari kamar mandi ini?"
Akhirnya, Alice memutuskan memakai kembali baju tidurnya dan berjalan keluar dari kamar mandi menuju kamar tidurnya.
"Berhasil!"
Alice melompat-lompat sejenak untuk merayakan keberhasilannya yang konyol itu. Kemudian Alice segera membuka lemari pakaiannya dan meraih setelan seragam, lengkap dengan dasinya. Ia tergesa-gesa memakainya. Seusai mengenakan seragam, Alice menyisir rambutnya hingga rapi, kemudian keluar dari kamarnya, bergegas untuk segera sarapan. Sesampainya di dapur, Alice memeluk sang Ibu, lalu duduk di kursi yang ada dekat meja makan, menunggu sarapan di hidangkan.
"Alice, kamu ini sudah besar... masih saja bangun jam segini! Kelak bila sudah menikah nanti, suruh suamimu menjadi jam waker untukmu!" oceh sang Ibu yang tengah sibuk menghidangkan sarapan untuknya.
Alice hanya tertawa dan menganggap sepele ocehan Ibunya.
"Hari pertama di sekolah yang baru, bukankah sangat tidak pantas bila kamu datang terlambat?!" Ibu Alice terus berceloteh, tak berhenti.
Alice hanya tersenyum dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Alice menoleh ke kiri dan ke kanan, ia tidak bisa menemukan sosok Ayahnya.
"Ma, Papa dimana?" tanya Alice pada Ibunya.
Ibunya menarik napas panjang dan mulai berbicara...
"Papamu masih tidur, ia keletihan mencari kerja kesana-sini. Zaman sekarang, mencari pekerjaan itu bagai mencari jarum dalam tumpukan jerami. Untunglah kamu bersekolah dengan beasiswa. Kalau tidak, mungkin saja kamu tidak bisa bersekolah karena ekonomi kita yang tidak menentu."
Alice hanya menunduk dan mulai menyantap hidangan yang begitu menggiurkan. Setelahnya, Alice segera berpamitan dan berlari pergi dari rumah.
...
Tepat di depan gerbang sekolah ia berhenti. Alice mengatur napasnya sesaat dan berjalan masuk ke dalam sekolahnya.
"Bagusnya lokasi sekolah tidak jauh dari rumahku." Alice sembarang berujar.
Sekolah megah dan bergengsi, dimana kebanyakan murid disana adalah anak dari orang tersohor. Sekolah berkreditasi tinggi ini menjadi sekolah terfavorit di ibukota. Guru-guru yang terpilih juga bukan sembarang guru, mereka harus setidaknya bertitel S2 untuk bisa menjadi guru di sekolah favorit ini, juga melewati sejumlah tes yang sudah pasti sangat sulit.
Sedangkan Alice... ia hanyalah seorang gadis yang beruntung karena ia mendapat sebuah beasiswa dari pemerintah. Gadis cantik itu adalah juara pertama dalam sebuah acara yang diadakan oleh pemerintah. Melawan anak-anak lainnya, ia terpilih menjadi pemenang dari acara tersebut.
"Jadi inilah sekolah terfavorit di Ibukota!" teriak Alice yang mengundang perhatian murid-murid yang sedang berlalu-lalang.
Tak peduli akan tatapan orang padanya, Alice malah berlari masuk ke dalam kelas yang sudah ditentukan. Ia melihat ada beberapa bangku yang kosong disana, hanya saja tidak berani mendudukinya, karena mungkin saja bangku itu sudah ada pemiliknya. Sambil menunggu, Alice menoleh ke kiri dan ke kanan, tak sengaja ia melihat seseorang lewat di depan kelasnya. Berjalan santai seraya menggenggam jas sekolahnya. Tatapan Alice terpaku padanya. Alice berjalan keluar dari kelas dan berhenti di ambang pintu. Kepalanya keluar dari ambang pintu dan mengintip ke arah luar kelas. Ia melihat punggung orang itu saat berjalan dan langsung terkagum-kagum.
"Siapa dia? Mungkinkah orang itu satu angkatan denganku, hanya saja berbeda kelas? Atau mungkin ia malah kakak kelasku? " batin Alice yang tersenyum sendiri.
Tak lama kemudian, Alice merasa ada yang mencolek bahunya dan berbalik untuk melihat siapa itu. Ternyata adalah seorang wanita paruh baya dengan kacamata besar sedang memicingkan mata ke arahnya.
"Biar kutebak... Kamu adalah Nn. Zhao?" ujar wanita tua itu dengan suara beratnya.
Tak tahu harus menjawab apa, Alice hanya mengangguk seraya tersenyum kecut.
"Perkenalkan, saya adalah wali kelasmu, kau bisa memanggilku guru Wang. Aku juga guru matematikamu. Ini sudah waktunya belajar, jadi untuk apa kau masih berdiri disini?" ucap guru itu dengan tegas, kemudian masuk ke dalam kelas.
Tepat sebelum dirinya masuk ke dalam kelas, Alice kembali melihat sosok yang dikaguminya tersebut sedang berbicara dengan seseorang lainnya.
"Nn. Zhao!!! Apa yang kau lihat disana?!" bentak guru itu.
Terkejut, Alice segera berbalik dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Kembali ke dalam kelas!!!" bentak guru itu lagi.
Sebelum kembali ke kelas, Alice menyempatkan diri mengintip untuk terakhir kalinya. Kini ia melihat orang itu dan temannya tengah melihat ke arahnya dan tersenyum ke arahnya. Tidak menyangka ia disadari, Alice senang bukan main. Dengan pipi yang memerah, Alice segera kembali ke kelas dan duduk di tempat yang sudah di tetapkan oleh guru itu. Seraya mengeluarkan alat-alat tulisnya, Alice terus membayangkan orang yang baru saja mempersembahkan sebuah senyuman padanya.
"Siapa dia? Kenapa ia bisa melihat ke arahku? Kenapa ia tersenyum padaku tadi? Entahlah... yang pasti, kelak, aku akan tahu siapa dia dan siapa namanya!"
...
Writer : Evelyn A Chandra

KAMU SEDANG MEMBACA
We're All Alone
RomansaMasa sma adalah masa para muda-mudi jatuh cinta. Ketika jatuh cinta, semua kan terasa indah. Juga terasa cinta seperti memiliki dunianya sendiri. Salah satunya adalah seorang gadis lugu dengan kacamata besar bernama Alice. Ia diam-diam jatuh cinta p...